JAKARTA, KOMPAS.com – Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 4,5 persen hingga 5,3 persen pada 2023. Meski demikian, tantangan global masih membayangi ekonomi Indonesia.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman mengatakan, tantangan global itu mencakup kebijakan moneter negara maju yang agresif, hingga ketegangan geopolitk Rusia-Ukraina yang belum usai.

Selain itu, ada krisis keuangan yang terjadi di AS, seperti penutupan Silicon Valley Bank, Signature Bank, hingga Silvergate. 

“Kami baru saja selesai melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Maret. Kami mencermati perkembangan perekonomian Indonesia, serta menentukan respons kebijakan apa yang diperlukan dengan memperhatikan prospek yang terjadi,” kata Aida dalam Kick Off Serambi 2023, Senin (20/3/2023).

Aida mengungkapkan, strategi Bank Indonesia adalah tetap konsisten, inovatif, dan sinergi (KIS). BI mengaku akan konsisten untuk terus mengawal stabilisasi sekaligus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Selain itu, BI juga mengaku akan terus inovatif karena tantangan global sangat kompleks. Sementara itu, sinergi dengan instansi lainnya juga diperlukan untuk menjaga pertumbuhann ekonomi Indonesia.

“Dengan demikian, kita harapkan Indonesia bisa menjadi negara maju di 2045 dan kita bisa stabil, pulih, dan bangkit. Kesimpulan kami, perkembangan ekonomi Indonesia di bulan Maret ini masih on track dengan tiga kata, optimis tetapi berwaspada,” lanjutnya.

Aida juga mengaku optimistis dengan laju ekonomi Indonesia di tahun ini tetap baik, yang tercermin dari geliat aktivitas ekonomi masyarakat yang meningkat. Aida memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di tahun ini dapat mencapai 4,5 persen hingga 5,3 persen (yoy).

Adapun proyeksi ini ditopang oleh konsumsi swasta yang berkisar 4,6 persen, hingga 5,3 persen. Selain itu juga, konsumsi pemerintah ditargetkan mencapai 3,2 persen hingga 4 persen. Baca juga: BI Kantongi Devisa Hasil Ekspor 173 Juta Dollar AS

Adapun porsi investasi diperkirakan 6,8 persen sampai dengan 7,6 persen. Sementara itu, kinerja ekspor tahun ini ditargetkan mencapai 6 persen sampai dengan 6,8 persen, dan untuk perkiraan impor 6,5 persen sampai 7,3 persen.

Selain itu, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara maju akan meningkat 1 persen (yoy) dan negara berkembang 3,7 persen (yoy). Untuk menjaga kestabilan moneter, BI memastikan akan tetap melakukan bauran kebijakan moneter serta makro ekonomi, secara konsisten, inovatif dan sinergi.

"Kami konsisten dalam mengawal stabilisasi, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang kesinambungan, dan inovatif. Kami akan terus kawal stabilisasi dan terus mendukung pertumbuhan ekonomi berkesinambungan,” kata dia.