PT Adhi Karya (Persero) Tbk menargetkan konstruksi LRT Jabodebek tuntas Juli 2023. Perseroan tahun ini membidik kontrak-kontrak baru, mulai dari proyek pemerintah hingga proyek di luar negeri.

Oleh BM LUKITA GRAHADYARINI

 

JAKARTA, KOMPAS — PT Adhi Karya (Persero) Tbk atau ADHI menargetkan konstruksi kereta api ringan atau LRT Jabodebek selesai bulan Juli 2023. Moda kereta tanpa masinis itu dirancang dengan daya tampung setiap rangkaian kereta mencapai 1.700 orang. Selanjutnya, ADHI berencana menggarap proyek konstruksi LRT di Filipina.

Direktur Utama PT Adhi Karya (ADHI) Tbk Entus Asnawi Mukhson mengemukakan, tahap pengujian operasional terus dilakukan dan ditargetkan proyek pengerjaan seluruh konstruksi tuntas pada Juli 2023. Total biaya konstruksi hingga saat ini berkisar Rp 24 triliun, belum termasuk pengerjaan tambahan.

”Perkembangan (pembangunan) prasarana, seperti stasiun dan rel, sudah selesai 95 persen. Diharapkan proyek selesai bulan Juli 2023, dan selanjutnya menunggu arahan pemerintah untuk beroperasi komersial,” ujar Entus, saat uji coba LRT Jabodebek bersama media, Rabu (15/3/2023).

Entus menambahkan, LRT Jabodebek memiliki 27 rangkaian kereta (trainset). Setiap rangkaian kereta terdiri atas enam kereta yang bakal dioperasikan untuk layanan rute Cibubur-Dukuh Atas, serta Bekasi Timur-Dukuh Atas. Kereta tanpa masinis itu memiliki kecepatan rata-rata 60 km/jam dan kecepatan maksimum 80 km/jam. Dengan demikian, estimasi waktu tempuh untuk rute Cibubur-Dukuh Atas sekitar 30 menit, sedangkan Bekasi Timur-Dukuh Atas sekitar 45 menit.

Kapasitas penumpang untuk setiap rangkaian kereta berkisar 740 orang, sedangkan dalam kondisi jam sibuk (pick hour) bisa menampung hingga 1.300 orang penumpang.

”Kelebihan kereta nonmasinis cenderung lebih aman karena sesuai sistem. Jarak antarkereta juga bisa terkelola dengan baik karena ketepatan waktu. LRT tanpa masinis sudah lazim di negara-negara lain,” lanjutnya.

Dengan beroperasinya LRT Jabodebek , lanjut Entus, liabilitas atau utang ADHI ditargetkan terus menurun. Pada tahun 2022, liabilitas ADHI tercatat Rp 31,2 triliun atau turun 9 persen dibandingkan tahun 2021 sejumlah Rp 34,2 triliun.

”Dengan beberapa proyek besar selesai dan kita menerima pembayaran, maka akan kita bayarkan utang-utang ini,” ujarnya.

Kinerja ADHI diharapkan meningkat dengan target kontrak baru tumbuh 10-15 persen, pendapatan perseroan tumbuh 10-15 persen. Sementara itu, laba bersih ditargetkan tumbuh 20-25 persen secara tahunan atau setara dengan target tahun lalu. Tahun lalu, peningkatan laba bersih ADHI melebihi target, yakni sebesar Rp 81,2 miliar atau naik 47 persen.

Proyek baru

Hingga Februari 2023, ADHI mencatat kontrak baru senilai Rp 4,3 triliun atau tumbuh 35,5 persen dibandingkan tahun 2022. Kontrak baru didominasi proyek jalan dan jembatan (64 persen), gedung (16 persen), sumber daya air (16 persen), serta proyek energi, properti dan anak usaha lain.

Entus menambahkan, ADHI berencana menggarap satu proyek konstruksi LRT di Filipina dengan nilai kontrak Rp 3,5 triliun. Sumber pembiayaan paket konstruksi itu berasal dari Bank Pembangunan Asia (ADB).

ADHI juga mulai mempersiapkan proyek LRT Jabodebek tahap II untuk rute Cibubur-Bogor sepanjang 18 km. Selain itu, beberapa proyek tol, seperti Tol Banda Aceh-Sigli, Tol Solo-Jogja, dan Tol Jogja-Bawen. Pihaknya juga menggarap proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan alokasi 7 proyek senilai Rp 2,7 triliun yang diharapkan tuntas pada akhir 2024.

Secara terpisah, Direktur Rekayasa dan Pengembangan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) Bambang Dwi Wijayanto mengatakan, perseroan menargetkan kontrak baru pada tahun 2023 sebesar Rp 3,8 triliun atau meningkat hingga 100-150 persen dari capaian tahun 2022. Per September 2022, WSBP memperoleh nilai kontrak baru senilai Rp 1,53 triliun.

Untuk mencapai target tersebut, WSBP akan fokus menggarap proyek internal Waskita Group. Selain itu, perseroan akan menjadi penetrasi pasar untuk proyek-proyek dari pemerintah, badan usaha milik negara (BUMN), serta swasta dalam negeri dan luar negeri. Berdasarkan segmentasi pasar, sebanyak 68 persen dari kontrak baru WSBP berasal dari internal dan sebanyak 32 persen berasal dari eksternal.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko WSBP Asep Mudzakir menambahkan, perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun ini sebesar Rp 2,3 triliun. Pertumbuhan akan ditopang oleh segmen penjualan beton pracetak, readymix, dan jasa konstruksi.

Asep menambahkan, WSBP menganggarkan belanja modal tahun ini sebesar Rp 80 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung proyek Ibu Kota Negara (IKN), pemeliharaan gedung, dan penyelesaian tanah. ”Kami selektif hanya untuk belanja modal yang menunjang dari sisi produktivitas,” katanya dalam konferensi pers, Rabu.