Segala kekurangan sebaiknya segera disempurnakan, termasuk, misalnya, dalam hal naik-turunnya penumpang di setiap terminal LRT Jabodebek. Mudah-mudahan, tidak ada kemacetan baru gara-gara aktivitas di stasiun LRT.

Oleh REDAKSI

Pada Mei 1993, harian Kompas menulis rencana pembangunan kereta ringan (LRT) Jabodetabek. Tiga puluh tahun berselang, pembangunan LRT belum tuntas.

Ketika itu, Dirjen Perhubungan Darat menginformasikan tahap awal pengembangan LRT. Jalurnya membentang antara Tangerang-Bekasi, Blok M-Jakarta Kota, dan Jalan Sudirman- Casablanca. Di Jakarta, sekarang baru beroperasi LRT Jakarta fase 1 Pegangsaan Dua-Velodrome sepanjang 5,8 kilometer.

Namun, kabar baik kini telah kita dengar. Pembangunan infrastruktur LRT Jabodebek sudah memasuki tahap akhir.

Jakarta dan sekitarnya terasa kian macet. Padahal, indeks kemacetan belum mencapai puncaknya. Menurut Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Latif Usman, indeks kemacetan di Jakarta pada 2022 naik mencapai 48 persen. Adapun indeks kemacetan sebelum pandemi mencapai 53 persen pada 2019. Sebagai gambaran, indeks kemacetan di atas 40 persen telah masuk kategori tidak nyaman berkendara.

LRT Jabodebek jelas bukan satu-satunya jawaban terhadap kemacetan. Walau demikian, dari rute yang dilayaninya, warga berharap besar terhadap LRT Jabodebek. Pertanyaannya, seberapa baik konektivitas LRT Jabodebek dengan moda transportasi lain? Dengan tata kota yang tak didesain sejak awal, perjalanan dari rumah menuju tempat kerja dan sebaliknya umumnya tak cukup hanya dengan satu jenis moda transportasi.

Mengingat waktu yang tersisa hingga sekitar Juli 2023, sebaiknya ada studi atau langkah untuk langsung mencoba proses transit tersebut. Kita sebaiknya mempelajari apa yang terjadi di Stasiun Manggarai. Proses transit antarkereta pada satu operator saja telah memicu kepadatan di stasiun itu. Semoga hal serupa tak terjadi pada proses transit antarmoda yang bersinggungan dengan LRT Jabodebek.

Segala kekurangan sebaiknya segera disempurnakan, termasuk, misalnya, dalam hal naik-turunnya penumpang di setiap terminal LRT Jabodebek. Mudah-mudahan, tidak ada kemacetan baru gara-gara aktivitas di stasiun LRT.

Penyempurnaan dalam segala hal ini penting karena memengaruhi total lama perjalanan. Jangan sampai perjalanan dengan LRT Jabodebek hanya 45 menit, sedangkan kemacetan menjelang stasiun LRT mencapai 30 menit.

Pembangunan LRT Jabodebek juga tidak boleh hanya berhenti di sini. Perpanjangan trase sebaiknya segera dikerjakan demi memenuhi ekspektasi warga.

Namun, apabila dimungkinkan, pengoperasian LRT di masa mendatang meniru pola pembukaan ruas-ruas jalan tol, yakni dilakukan per segmen sesuai dengan selesainya proyek. Sebagai contoh, jalur Cawang-Cimanggis dapat dioperasikan lebih dulu meski jalur Cawang-Dukuh Atas belum selesai.

Kehadiran moda transportasi baru, seberapa pun jangkauan operasionalnya, sangat membantu warga karena transportasi umum kita belum sepenuhnya terkoneksi dengan baik.