Lonjakan penumpang mudik diprediksi terjadi di angkutan darat, laut, dan udara. Perusahaan transportasi diminta memastikan ketersediaan kursi dan mengantisipasi penumpukan di berbagai moda perjalanan.

Oleh RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE

JAKARTA, KOMPAS —Lonjakan penumpang mudik di periode Lebaran 2023 diprediksikan terjadi di semua lini. Perusahaan transportasi perlu memastikan ketersediaan dengan tepat, serta menyiapkan skenario pencegahan bila terjadi penumpukan penumpang. Hal ini penting karena perjalanan tahun ini menjadi mudik pertama pasca-pencabutan aturan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM.

Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo menjelaskan, masa angkutan Lebaran kereta api akan dimulai pada 14 April 2023-2 Mei 2023. Mengantisipasi lonjakan penumpang yang diprediksikan terjadi pada tahun ini, PT KAI melakukan sejumlah persiapan, seperti menambah perjalanan sebanyak 53 perjalanan per hari dan delapan kereta api (KA), serta menambah enam perjalanan KA untuk mengangkut penumpang yang membawa sepeda motor.

Dengan penambahan itu, frekuensi perjalanan Lebaran 2023 naik 19 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu, atau naik dari 281 perjalanan KA per hari di tahun 2022 menjadi 339 KA per hari tahun ini.

PT KAI sudah melakukan pemeriksaan keselamatan untuk rangkaian perjalanan KA yang digunakan untuk angkutan Lebaran nanti sejak 21 Februari 2023 hingga 10 Maret 2023.

”Tahun lalu, jumlah penumpang sebanyak 6.467.990 seiring sudah tidak ada pembatasan, Lebaran 2023 diproyeksikan naik 7,2 persen menjadi 6,936,532,” ucapnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Senin (3/4/2023).

Hingga 3 April 2023 pukul 07.00 WIB, sebanyak 49 persen tiket sudah dibeli dari total 6,9 juta kursi yang dijual untuk arus mudik dan arus balik. Penumpukan penumpang dapat diantisipasi karena pembelian tiket dilakukan secara daring sehingga frekuensi pembelian dapat dipantau sejak jauh hari.

Di sektor udara, Direktur Layanan dan Niaga PT Garuda Indonesia (Persero) Ade Susardi menerangkan, peningkatan penumpang pesawat udara akan naik 15-20 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu. Untuk itu, maskapai milik negara ini menyediakan 1,2 juta kursi untuk periode 20 April 2023-26 April 2023.

Jumlah tersebut dibagi menjadi 500.000 kursi untuk Garuda Indonesia dan 700.000 kursi untuk anak perusahaanya, Citilink Indonesia. Total armada yang akan digunakan dalam periode ini 97 pesawat.

”Kita monitor semua pergerakan saat Lebaran. Bila tingkat pembelian atau keterisian terus naik, kita siapkan tambahan kapasitas untuk destinasi-destinasi seperti Padang, Surabaya, Sorong, Ujung Pandang, Pekanbaru, dan lainnya,” ujar Ade.

Terkait antisipasi lonjakan harga tiket pesawat, pihaknya hanya mengikuti aturan tarif batas atas dan tarif batas bawah yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan.

Terkait perjalanan lewat perairan, Direktur Utama PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Ferry Indonesia Ira Puspadewi menerangkan, frekuensi penumpang yang menggunakan moda kapal penyeberangan diprediksikan naik 5,39 persen menjadi 6,19 juta penumpang.

Sesuai arahan Presiden, ASDP diminta membenahi sarana dan prasarana yang dimiliki agar penumpang kapal penyeberangan dapat dilayani dengan baik, salah satunya peningkatan kapasitas muat dermaga dari 35 ton menjadi 60 ton. Kemudian, pihaknya telah menambahkan satu dermaga di Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni, yang ditargetkan selesai pada 11 April 2023.

”Penumpang akan mulai banyak pada 19-20 April 2023, dan arus balik pada 29 Mei-1 Mei 2023,” ujarnya.

Agar perjalanan menuju pelabuhan semakin lancar, Ira mengingatkan, sejak tahun 2020 pembelian tiket penyeberangan hanya dilakukan secara daring. Hal ini untuk mengantisipasi antrean pembelian tiket langsung di pelabuhan. Ditambah, pemeriksaan tiket akan dimulai di Kilometer 43 dan Km 97 tol arah Merak sehingga penumpang yang bisa berekendara menuju Pelabuhan Merak hanya mereka yang memiliki tiket.

Mengingat mudik periode ini mejadi yang pertama pasca-pencabutan program PPKM, anggota DPR RI Komisi VI, Deddy Sitorus, meminta para badan usaha milik negara bidang transportasi menyiapkan skenario untuk mengantisipasi krisis bila frekuensi lonjakan lebih tinggi daripada yang diprediksikan.

”Perumusan prediksi lonjakan perlu dilakukan dengan data yang akurat agar mengantisipasi penumpukan. BUMN harus menyiapkan crisis scenario mengingat euforia masyarakat untuk mudik akan naik,” kata Deddy.