Kereta Api menjadi salah satu pilihan moda transportasi Lebaran yang banyak digunakan masyarakat. Makin nyamannya perjalanan menggunakan kereta api membuat animo penumpang kian meningkat dari tahun ke tahun.

Oleh ANDREAS YOGA PRASETYO

Peningkatan jumlah penumpang kereta api di masa Lebaran ini terlihat dari paparan data PT Kereta Api (Persero). Pada Angkutan Lebaran 2023 ini, PT KAI menyiapkan 7.458 perjalanan kereta api jarak jauh dan lokal atau rata-rata 339 perjalanan kereta per hari. Jumlah perjalanan tersebut naik 19 persen dibandingkan pada masa Lebaran 2022, yaitu sebanyak 6.175 perjalanan kereta api (KA).

Pada angkutan lebaran tahun ini total disediakan 6.936.532 kapasitas tempat duduk. Sebanyak 3.065.404 kursi diantaranya merupakan perjalanan KA Jarak Jauh dan 1.011.084 perjalanan KA Lokal.

Populernya mudik dengan kereta api ini juga terlihat dari proyeksi pemudik di Lebaran 2023. Hasil survei Potensi Pergerakan Nasional Masyarakat yang dilakukan oleh Kemenhub memperlihatkan kereta api menjadi moda transportasi terbanyak kedua setelah bus yang akan digunakan pemudik tahun ini. Sebanyak 11,69 persen publik atau 14,47 juta orang yang akan mudik memilih menggunakan kereta api.

Banyaknya warga yang memilih mudik menggunakan kereta api tidak terlepas dari kenyamanan dan ketepatan waktu perjalanan. Pada Lebaran 2022 lalu, ketepatan waktu baik keberangkatan maupun kedatangan kereta api mencapai 99 persen. Ini artinya, nyaris seluruh rangkaian perjalanan kereta api di masa Lebaran berjalan tepat waktu.

PT KAI juga mencatat kondisi zero accident, perjalanan kereta api berlangsung secara aman tanpa terjadi insiden kecelakaan (zero accident). Kepuasan masyarakat terhdap layanan kereta api di masa Lebaran lalu ini tercermin pula dari jajak pendapat Kompas pada Mei 2022.

Pengumpulan opini publik yang dilakukan setelah pelaksanaan mudik Lebaran 2022 ini menemukan bahwa angka ketidakpuasan terhadap layanan kereta api (15,2 persen) merupakan yang paling rendah dibandingkan layanan transportasi umum lainnya, seperti bus (20,2 persen) maupun pesawat terbang (17,1 persen).

Tidak dimungkiri, capaian ini merupakan buah dari transformasi manajemen yang dilakukan PT KAI sejak 2009. Secara mendasar transformasi yang dilakukan PT KAI ialah merubah mindset ke arah customer oriented. Orientasi ke pelanggan inilah yang membuat masyarakat menjadi nyaman menggunakan layanan kereta api.

Penumpang bejubel di peron Stasiun Gambir, Selasa 13 September 1977, menunggu kereta api yang akan mengangkut mereka mudik ke kampung halamannya. Karcis yang dijual tanpa tanda tempat duduk secara tak terbatas menyebabkan para penumpang berebut untuk bisa naik lebih dulu ke dalam kereta.

KOMPAS/KARTONO RYADI

Penumpang bejubel di peron Stasiun Gambir, Selasa 13 September 1977, menunggu kereta api yang akan mengangkut mereka mudik ke kampung halamannya. Karcis yang dijual tanpa tanda tempat duduk secara tak terbatas menyebabkan para penumpang berebut untuk bisa naik lebih dulu ke dalam kereta.

Masa lalu

Melihat sejarahnya, penggunaan kereta api sebagai angkutan Lebaran sudah berlangsung lama. Dari catatan arsip berita Kompas, mudik dengan menggunakan kereta api setidaknya sudah dilakukan pada 1966. Saat itu PT KAI mengoperasikan KA Gaya Baru sebagai kereta lebaran. Kereta yang dioperasikan pada 18 Januari – 31 Januari 1966 ini dioperasikan untuk menampung para penumpang kereta jarak jauh menjelang dan sesudah Lebaran.

Bukan hanya menyediakan kereta khusus, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi, dan Pariwisata juga memberikan kebijakan khusus berupa pemberian reduksi 50 persen atas harga tiket kereta api. Kebijakan tersebut diambil pemerintah untuk meringankan beban biaya transportasi bagi masyarakat yang akan mengunjungi orang tua dan kerabat di kampung halaman.

Langkah pemerintah itu tidak terlepas dari kondisi perekonomian rakyat yang belum pulih akibat krisis ekonomi dan gejolak politik yang dialami bangsa Indonesia. Merespon kelesuan ekonomi nasional tersebut, PT KAI juga tidak menaikkan harga tiket kereta hingga 1968.

Tahun-tahun sesudahnya hingga 1980, pemberitaan seputar kereta api di masa Lebaran tidak terlepas dari problem keterbatasan daya tampung kereta dan lonjakan penumpang. Permasalahan ini direspon dengan berbagai kebijakan dari pemerintah dan PT KAI. Secara garis besar penambahan perjalanan kereta, jumlah gerbong kereta, dan daya tampung penumpang menjadi solusi yang dilakukan saat itu.

Penambahan perjalanan kereta dilakukan pada Lebaran tahun 1969. PT KAI menyediakan 10 perjalanan kereta tambahan KA Eskpres dan KA Cepat dari Stasiun Gambir, Stasiun Pasar Senen, dan Stasiun Jakarta Kota. Demikian pula untuk penambahan gerbong kereta. PT KAI menambah empat gerbong kereta pada KA Jaya jurusan Jakarta Gambir – Surabaya dan tiga gerbong tambahan pada KA Ekspres rute Bandung – Surabaya.

Stasiun Gambir dipadati penumpang yang ingin mudik (3/7/1980). Mereka antre sejak jam 05.00 sedang loket karcis dibuka jam 16.00. Calo pun menggunakan kesempatan dalam kesempitan ini.

KOMPAS/DUDY SUDIBYO (DS)

Stasiun Gambir dipadati penumpang yang ingin mudik (3/7/1980). Mereka antre sejak jam 05.00 sedang loket karcis dibuka jam 16.00. Calo pun menggunakan kesempatan dalam kesempitan ini.

Sedangkan penambahan daya tampung penumpang pernah dilakukan dengan tidak membatasi jumlah penumpang selama seminggu sebelum dan sesudah hari raya Idul Fitri. Kebijakan ini tercatat pernah dilakukan pada angkutan Lebaran 1973 pada kereta api Senja. KASenja ini tetap beroperasi sesuai jadwal, hanya saja jumlah penumpangnya tidak dibatasi.

Tahun berikutnya, kebijakan ini diteruskan pada masa Lebaran 1974. Kereta-kereta api penumpang dari Jakarta tujuan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur menerima penumpang secara tak terbatas. PT KAI mengoperasikan delapan kereta api yang sudah punya jadwal rutin dan tiga kereta tambahan dengan mengangkut penumpang lebih dari jumlah tempat duduk yang tersedia.

Tiap kereta yang keluar dari Jakarta kapasitas penumpangnya meningkat hingga 75 persen dari daya tampung semula. Penambahan kapasitas itu diharapkan mengurangi kepadatan penumpang yang mencapai 12.000 orang setiap harinya. Jumlah penumpang selama masa Lebaran saat itu lebih besar dibanding tahun 1973 yang mencapai 6.500 penumpang per hari (Kompas, 15/10/1974).

Fenomena lonjakan penumpang ini juga diikuti dengan sejumlah pengaturan pembelian tiket dan pengaturan stasiun. Khusus di musim Lebaran, PT KAI meniadakan penjualan tiket melalui agen. Di ibu kota, pembelian tiket kereta Lebaran dilayani di lima stasiun keberangkatan di Jakarta. Penutupan penjualan tiket di agen ini untuk menghilangkan sistem jatah tiket agen.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/5q_wnqFAhMHqt4tNLBCNsgcQdeI=/1024x674/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F05%2F11%2FBW-00040772-II-32-RUT031_1620751378_jpg.jpg

Suasana gerbong barang yang dipenuhi para pemudik yang naik kereta api dari Stasiun Senen, Jakarta (16/2/1996).

Pembenahan

Keterbatasan daya tampung kereta ini juga membawa kisah-kisah unik dari sisi penumpang. Perjuangan untuk mendapatkan tempat duduk menjadi siklus cerita yang berulang setiap tahun. Selain antrean mencari tiket kereta, pengumuman “karcis habis” menjadi fenomena yang jamak ditemui calon pemudik.

Namun, tiket yang cepat habis di loket-loket resmi stasiun ini selalu diikuti dengan beredarnya tiket di tangan calo dengan harga yang berlipat-lipat. Pembelian tiket dengan menyertakan KTP yang diberlakukan pada masa Lebaran 1974 juga tidak mampu membendung maraknya calo tiket.

Ada pula penjualan karcis "berdiri" bagi penumpang kereta api. Harga karcis ini sama dengan harga tiket bagi penumpang yang duduk. Bedanya, pada karcis tersebut diberi cap "berdiri" dan baru di jual bila karcis duduk telah habis terjual. Meski tidak mendapat tempat duduk, penjualan tiket “berdiri” ini juga laris diborong pemudik.

Lonjakan daya tampung penumpang di luar batas tempat duduk membuat kenyamanan selama perjalanan kereta menjadi sangat tipis. Penumpang berdesak-desakan di sela-sela antara kursi, di sekitar pintu keluar, dan di kamar kecil.

Suasana ini masih ditemui hingga 2010. Padatnya pemudik pengguna kereta api kelas ekonomi memaksa beberapa penumpang memilih berdiri di sambungan kereta (bordes) dan toilet, seperti pada KA Tawangjaya jurusan Stasiun Pasar Senen-Semarang Poncol. Dari 106 kapasitas tempat duduk, tiap gerbong kereta ekonomi ini dipenuhi 170 orang. Kursi yang seharusnya dimuati tiga penumpang hingga lima orang.

Suasana yang terjadi dari tahun 1966 – 2010 tersebut, kini tidak ditemui lagi. Pembenahan mendasar manajemen dan layanan kereta api membuat pemudik lebih nyaman dalam menggunakan moda kereta api. Dalam hal mencari tiket, calon pemudik dapat memesan tiket jauh-jauh hari sebelum masa mudik Lebaran, yaitu mulai tanggal 26 Februari 2023. Pemesanan tiket Lebaran dapat dilakukan melalui berbagai platform seperti aplikasi laman PT KAI, dan sejumlah kanal mitra resmi penjualan yang mudah dijangkau seperti toko-toko ritel modern.

Dari laman Kementerian BUMN, VP Public Relations PT KAI Joni Martinus menyatakan per 1 April 2023 penjualan tiket beberapa KA pada periode angkutan Lebaran 2023 telah mencapai 100 persen. Tiket yang ludes terjual ini seperti KA Airlangga (Pasar Senen - Surabaya Pasarturi), KA Pasundan Tambahan (Bandung Kiaracondong - Surabaya Gubeng), KA Sri Tanjung (Yogyakarta Lempuyangan – Banyuwangi Ketapang), KA Kahuripan (Bandung Kiaracondong - Blitar), dan KA Bengawan (Pasar Senen – Solo Purwosari).

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/F7FduTVBZ3OtoGeZuocezPSR1cE=/1024x937/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F04%2F07%2Fdea5824b-1566-4905-8ad5-8be86f76b3ae_png.png

Kereta rakyat

Hanya saja, tidak semua tiket kereta api segera ludes terjual. Hingga 8 April 2023 jumlah tiket Lebaran yang telah terjual baru mencapai 1.597.028 tiket atau 52 persen dari total tiket yang disediakan. Penjualan tiket terbanyak terjadi untuk keberangkatan H-1 hingga H-3.

Untuk meningkatkan penjualan PT KAI mengadakan program Diskon Mudik 2023 dengan memberikan potongan harga tiket hingga 20 persen untuk keberangkatan lebih awal (12-17 April 2023). Upaya ini juga sekaligus mengurai penumpukan arus mudik dan arus balik.

Namun, terlepas dari strategi diskon penjualan, minat masyarakat menggunakan kereta api ternyata lebih banyak datang dari jenis KA ekonomi.Sebagian besar tiket kereta yang segera habis terjual ialah KA ekonomi dengan tarif yang relatif murah. KA Airlangga dengan harga Rp104.000; KA Bengawan RP 74.000; dan tiket KA Sri Tanjung yang dijual dengan harga Rp 94.000.

Kondisi ini menggambarkan bagaimana kereta api sebenarnya identik sebagai kereta rakyat. Pilihan sebagian besar masyarakat Indonesia dalam menggunakan bus dan kereta api untuk mudik Lebaran tidak dapat dilepaskan dari kemampuan daya beli masyarakat dalam mengakses transportasi rakyat.

Tahun ini diperkirakan akan ada 123,8 juta orang yang akan bepergian saat Lebaran 2023. Sebanyak 18,3 juta orang diantaranya dari wilayah Jabodetabek. Di tengah prediksi lonjakan masyarakat yang akan mudik Lebaran tahun ini dan kesulitan sebagian masyarakat kecil yang belum pulih benar dari kelesuan akibat dampak pandemi, kehandalan manajemen mudik aman dan nyaman PT KAI dapat diperluas dengan menambah layanan kereta ekonomi atau mudik gratis bagi mereka yang membutuhkan. (LITBANG KOMPAS)