“Mudik Aman dan Berkesan” yang menjadi “tagline” pada mudik Lebaran 2023 akan terwujud bila berbagai upaya peningkatan pelayanan yang dilakukan pemerintah didukung sepenuhnya oleh masyarakat.
Oleh MB DEWI PANCAWATI
Apresiasi yang diberikan kepada seluruh komponen lintas sektoral dalam penyelenggaraan mudik Lebaran tahun 2022 menjadi tantangan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal lagi, agar kekurangan dan kendala pada mudik tahun lalu bisa diminimalisir pada tahun ini.
Penyelenggaraan mudik tahun 2022, di tengah suasana pandemi Covid-19 yang belum terkendali dan masih adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), mendapat apresiasi karena secara umum dinilai dapat berjalan dengan baik. Meski masih ada kekurangan, namun masyarakat puas atas kinerja pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR, Kakorlantas Polri, Basarnas, BMKG dan seluruh stakeholder terkait penyelenggaraan angkutan lebaran tahun 2022.
Kepuasan publik tampak dari hasil survei Kementerian Perhubungan (Kemenhub), dimana sebagian besar masyarakat sebesar 90 persen menyatakan bahwa penyelenggaraan Lebaran tahun 2022 dinilai baik dan lancar.
Selaras dengan hal tersebut, jajak pendapat yang dilakukan Kompas pada 10-13 Mei 2022 merekam, tujuh dari 10 responden menyatakan puas dengan kinerja pemerintah dalam mengelola angkutan Lebaran 2022. Lebih terperinci, kepuasan pemudik penumpang kendaraan umum mencapai angka 74,2 persen. Sementara dari pemudik berkendaraan pribadi, sebanyak 66,8 persen responden menyatakan puas.
Namun demikian, di balik apresiasi tersebut masih terdapat sejumlah permasalahan dan kekurangan yang merupakan catatan hasil evaluasi yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk perbaikan pelayanan. Diantaranya, masih terdapat kemacetan di beberapa ruas tol, kepadatan di rest area, kendaraan yang berhenti di bahu jalan, dan penumpukan di penyeberangan Merak-Bakauheni. Selain itu juga masih terdapat permasalahan dalam pengaturan lalu lintas di jalur non tol dampak pemberlakuan kebijakan satu arah (one way) pada jalan tol.
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Antrean kendaraan yang akan memasuki feri di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten, Rabu (19/4/2023). Puncak arus mudik Lebaran 2023 mulai terlihat di Pelabuhan Merak saat dini hari.
Perbaikan manajemen
Infrastruktur jalan yang sudah baik dengan terhubungnya tol Trans-Jawa belum cukup membuat perjalanan mudik dari arah Barat menuju kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi lancar. Peristiwa tragis mudik tahun 2016 yang kemudian terkenal dengan tragedi Brebes Exit (Brexit) saat tol Trans-Jawa sudah terhubung hingga Brebes pada Kilometer 57,5 Jalan Tol Pejagan-Pemalang, menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah untuk menyiapkan skema manajemen mudik sebaik mungkin.
Saat itu, dibangunnya jalan tol hingga Brebes yang diklaim bisa ditempuh dalam waktu 4 jam dari Jakarta menjadi daya tarik pemudik untuk mencoba jalan tol baru sebagai kelanjutan dari Kilometer 35 Jalan Tol Kanci-Pejagan dan kelanjutan dari Kilometer 26 Jalan Tol Palimanan-Kanci.
Tanpa antisipasi dan skema pengaturan lalu lintas yang optimal, kemacetan parah di pintu keluar Brexit yang mengular di dalam jalan tol mengakibatkan perjalanan mudik ke Jawa Tengah dan Jawa Timur harus ditempuh hingga puluhan jam. Momen terburuk mudik Lebaran tersebut bahkan merenggut nyawa sekitar 17 orang karena kelelahan terjebak kemacetan.
Meski saat ini Jalan Tol Trans-Jawa (JTTJ) yang sudah beroperasi mencapai 1.056,38 kilometer, terbentang dari Merak (Banten) hingga Probolinggo (Jawa Timur), namun manajemen arus mudik dan balik lebaran tetap harus dipersiapkan dengan matang. Apalagi euforia masyarakat Indonesia dalam tradisi mudik tahun ini semakin tinggi dengan tidak adanya lagi pembatasan aktivitas.
FAKHRI FADLURROHMAN
Antrean mobil saat akan membayar di Gerbang Tol Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat, Rabu (19/4/2023) dini hari. Lonjakan pemudik mulai terjadi di Trans-Jawa beberapa hari jelang Lebaran 2023.
Perekonomian yang semakin membaik, imunitas masyarakat juga sudah semakin baik (sudah mencapai 98 persen), adanya libur sekolah dan cuti bersama yang diperpanjang, serta persepsi positif masyarakat terhadap penyelenggaraan angkutan lebaran tahun lalu, juga menjadi pendorong terjadinya potensi besar pergerakan masyarakat.
Animo tinggi masyarakat mudik lebaran tahun ini pun terlihat dari proyeksi jumlah pemudik secara nasional tahun 2023 yang mencapai 123,8 juta orang atau 45,8 persen jumlah penduduk Indonesia yang terpantau dari hasil survei Potensi Pergerakan Nasional Masyarakat yang dilakukan Kementerian Perhubungan. Proyeksi ini bahkan naik sekitar 46 persen dari jumlah pemudik tahun 2022 yang mencapai 85 juta orang.
Dari jumlah tersebut, selain yang bertujuan mudik atau pulang kampung, sebanyak 14,1 persen (17,8 juta) masyarakat mengaku bepergian untuk tujuan liburan. Dan 14,8 persen (18,3 juta) pergerakan masyarakat berasal dari wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi).
Mobil pribadi menjadi pilihan moda terfavorit untuk perjalanan mudik tahun ini. Dari semua moda transportasi, sebanyak 22,7 persen atau 23,32 juta adalah mobil pribadi. Diikuti sepeda motor 20,30 persen (25,13 juta), bus 18,39 persen (22,77 juta), Kereta api 11,69 persen (14,47 juta), mobil sewa 7,7 persen (9,53 juta), dan moda lainnya seperti pesawat, kapal laut, dan sebagainya.
FAKHRI FADLURROHMAN
Mobil melaju menuju Gerbang Tol Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat, Rabu (19/4/2023). Untuk mengurai kemacetan akibat kendaraan yang membludak, Kepolisian memberlakukan rekayasa lalu lintas satu arah dan contraflow.
Tol Trans-Jawa menjadi pilihan jalur utama pengguna mobil (33,53 persen atau 9,2 juta) dibanding jalur lainnya. Selain mobil pribadi, jalan Tol Trans-Jawa juga akan dipenuhi oleh bus, mobil sewaan, maupun travel. Oleh karena itu diperlukan skema untuk mengatasi potensi kemacetan pada ruas jalan tol Trans-Jawa agar perjalanan mudik menjadi nyaman.
Dalam sebuah webinar, Aan Suhanan, Direktur Penegakan Hukum (Dirgakkum) Korlantas Polri, menyampaikan, berbagai simulasi dibuat untuk mengurai kemacetan pada jalan tol Trans-Jawa hingga mencapai V/C Ratio kurang dari 0,8. V/C ratio adalah perbandingan volume kendaraan dengan kapasitas jalan. Apabila nilai V/C ratio telah mencapai nilai 0.8 atau lebih besar, maka dapat dikategorikan arus telah mendekati kapasitas, sehingga perlu dilakukan tindakan manajemen dan rekayasa lalu lintas.
Baca juga: Liputan Lebaran 2023
Dari berbagai simulasi, pemberlakuan contraflow yaitu penggunaan sejumlah lajur untuk arah yang berlawanan dan skema satu arah (one way), menggunakan semua jalur untuk arah yang sama ditambah pemberlakuan ganjil genap menjadi pilihan yang dinilai paling efektif untuk mengurai kepadatan lalu lintas. Mengingat ketika memasuki Tol Cipali (Cikopo-Palimanan) terjadi penyempitan atau bottleneck dari empat lajur menjadi dua lajur sehingga one way menjadi satu-satunya pilihan.
Oleh karena itu, rekayasa contraflow akan diberlakukan dari Kilometer (Km) 47 (Tol Jakarta-Cikampek) hingga Km 72 (Tol Cikopo-Palimanan) kemudian dilanjutkan dengan one way dari Km 72 hingga Km 414 (Gerbang Tol Kalikangkung, Jawa Tengah), mulai tanggal 18 April pukul 14.00 WIB hingga 21 April pukul 24.00 WIB, kecuali pukul 24.00 – 08.00 WIB. Pemberlakuan contraflow dan one way melihat dinamika dan kondisi kepadatan di lapangan.
Perbaikan manajemen arus mudik juga dilakukan pada rest area yang tahun lalu menjadi problem terjadinya kemacetan. Menumpuknya antrian kendaraan untuk masuk rest area menyebabkan kemacetan panjang sehingga kendaraan yang tidak mendapat parkir di rest area menggunakan bahu jalan untuk beristirahat. Tahun ini, untuk mengantisipasi kemacetan selain memperbanyak dan memanfaatkan semua rest area (Tipe A,B, dan C) Polisi juga akan melakukan kanalisasi di pintu masuk dan pintu keluar rest area agar tidak terjadi penumpukan kendaraan yang akan masuk maupun keluar. Waktu istirahat juga akan dibatasi sekitar 30 menit.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Kendaraan memasuki Rest Area 207A, Tol Palimanan-Kanci, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (18/4/2023) siang. Polisi dan pengelola tol menerapkan sistem buka tutup area istirahat untuk mengurai kepadatan saat arus mudik Lebaran.
Penyeberangan laut
Penumpukan kendaraan di Pelabuhan Merak yang terjadi pada arus mudik Lebaran 2022 menjadi satu titik krusial yang harus diperbaiki. Antisipasi untuk meminimalisir kepadatan dan penumpukan kendaraan di Pelabuhan Merak pada tahun ini sudah disiapkan dengan skema penambahan dermaga dan kapal feri serta pemesanan tiket secara daring.
Polri menyiapkan 15 dermaga dan 78 kapal feri untuk mengantisipasi kepadatan pemudik di Pelabuhan Merak, tahun lalu hanya ada 7 dermaga dan 48 feri yang disiapkan. Selain di Merak, antisipasi penumpukan pemudik dilakukan dengan pengoperasian Pelabuhan Ciwandan, yang digunakan untuk penyeberangan khusus roda dua dan truk roda enam dan selebihnya, atau angkutan barang.
Upaya lainnya untuk mengantisipasi kepadatan arus pemudik, Polri dan pemangku kepentingan terkait menyiapkan strategi delaying system atau menunda perjalanan. Apabila terjadi peningkatan jumlah kendaraan yang signifikan di Pelabuhan Merak, maka kendaraan yang menuju ke Merak untuk menyeberang ke Sumatera diarahkan menunggu di rest area yang ada di KM 43 dan KM 68. Pengaturan supaya ditahan sejenak di rest area menunggu giliran kendaraan yang sudah ada di dermaga naik ke atas kapal. Kalau dermaga sudah kosong, kendaraan yang di rest area masuk ke dermaga.
Sementara angkutan kereta api cenderung aman tanpa kendala yang berarti. Untuk meningkatkan pelayanan kepada pemudik pada angkutan lebaran tahun ini, PT Kereta Api Indonesia memberikan pelayanan ekstra, antara lain customer service mobile, penambahan tenaga cleaning service, pemberian takjil sebanyak 34.400 paket di 21 stasiun, menyediakan perpustakaan mini/pojok baca di sejumlah stasiun dan memberikan cenderamata untuk penumpang anak, sampai pemberian doorprize bagi penumpang di beberapa kereta unggulan, dan kereta ekonomi.
Di atas kertas segala skema perbaikan manajemen arus mudik sudah diantisipasi semaksimal mungkin termasuk kesiapan petugasnya untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal. Namun semua itu akan berhasil bila didukung oleh masyarakat yang peduli dan toleran pada pemudik lainnya sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Dengan demikian, tagline pemerintah “Mudik Aman dan Berkesan” bisa terwujud. (LITBANG KOMPAS)