KAI Commuter menjamin bisa mengangkut hingga 1,5 juta penumpang dengan 1.080-1.090 perjalanan per hari. 

Oleh NASRUN KATINGKA

JAKARTA, KOMPAS —PT Kereta Api Indonesia atau KAI Commuter memastikan jumlah perjalanan KRL Jabodetabek tidak berkurang di tengah kepastian bakal pensiunnya 10 rangkaian kereta tahun ini. Dengan rangkaian saat ini, KRL Jabodetabek dipastikan tetap bisa menampung hingga 1,5 juta penumpang dengan 1.080-1.090 perjalanan per hari. KAI Commuter melakukan rekayasa pengurangan gerbong di setiap rangkaian KRL. Langkah ini ditempuh setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menentang rencana importasi rangkaian kereta bekas.

Sebelum cuti Idul Fitri 1444 Hijriah, KAI Commuter mencatat volume penumpang tertinggi KRL Jabodetabek mencapai 927.000 orang dalam sehari. Ini sekaligus menjadi yang tertinggi sejak tahun 2019.

”Kami siap melayani penumpang dengan jumlah perjalanan hampir 1.100 saat ini. (Selain itu) kami terus berkoordinasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan. Kami juga dibantu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) juga untuk melakukan audit mengenai konservasi dan pengadaan,” kata VP Corporate Secretary KAI Commuter Erni Sylviane Purba, Selasa (25/4/2023).

Pada hari pertama kerja setelah cuti bersama berakhir, Rabu (26/4/2023), kepadatan mulai tampak di sejumlah stasiun KRL Jabodetabek. Penumpang kini sudah didominasi pekerja komuter, yang berdomisili di Jakarta dan daerah sekitarnya. Setelah beberapa hari sebelumnya KRL banyak didominasi penumpang musiman yang ingin berlibur dan bersilaturahmi.

Baca juga: Libur Lebaran, KRL Jabodetabek Angkut 3 Juta Penumpang

Suasana kepadatan penumpang di Stasiun Transit Manggarai, Jakarta Selatan saat jam sibuk, Selasa (11/4/2023) sore.

NASRUN KATINGKA

Suasana kepadatan penumpang di Stasiun Transit Manggarai, Jakarta Selatan saat jam sibuk, Selasa (11/4/2023) sore.

Penumpang-penumpang tampak banyak terkonsentrasi di stasiun transit, seperti Tanah Abang dan Manggarai. Saat jam sibuk antara pukul 07.00-09.00, KRL dari daerah penyangga DKI Jakarta datang dengan rangkaian atau stamformasi (SF), yang bervariasi mulai dari SF8, SF10, hingga SF 12.

Sama seperti saat mengatasi kepadatan sebelum libur Lebaran, langkah ini sebagai upaya KAI Commuter untuk rekayasa mengurai kepadatan guna mengantisipasi kenaikan jumlah pengguna. Pengurangan gerbong dilakukan karena saat ini KAI Commuter tengah melakukan optimalisasi rekayasa sarana dan jumlah perjalanan.

”(Memasuki hari kerja) rekayasa operasi KRL masih kami lakukan,” ujar Erni.

Di sisi lain, pengguna KRL khawatir kepadatan parah seperti sebelum cuti Lebaran kembali terulang. Apalagi dengan fenomena pendatang baru di Jakarta bisa saja turut menambah volume penumpang harian di KRL. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta pasca-Lebaran 2023 memprediksi jumlah pendatang baru ke DKI antara 30.000 orang dan 40.000 orang.

Kekhawatiran warga

Kekhawatiran tersebut seperti diutarakan Alvrydo (29), pekerja swasta asal Tangerang, Banten, yang bekerja di kawasan Juanda, Jakarta Pusat. ”Khawatir penumpang KRL bisa semakin membeludak. Orang di Jakarta semakin bertambah, apalagi sekarang pengurangan rangkaian. Kalau bisa, kalau rangkaian dikurangi, seharusnya jam operasi bisa ditambah,” kata Alvrydo.

Aktivitas penumpang pada hari pertama masuk kerja di Stasiun Manggarai, Jakarta, Rabu (26/4/2023).

NASRUN KATINGKA

Aktivitas penumpang pada hari pertama masuk kerja di Stasiun Manggarai, Jakarta, Rabu (26/4/2023).

Selain itu, penumpang masih mensyukuri jumlah penumpang belum membeludak seperti biasanya. Hal ini juga dipengaruhi imbauan pemerintah agar sejumlah pekerja memperpanjang masa cuti serta kampus dan sekolah yang belum aktif kembali.

”Minggu ini masih belum terlalu padat. Kurang tahu yang jam pagi banget. Tapi kalau dilihat sekarang jam 08.30 biasanya padat banget ini masih normal. Sepertinya kepadatan akan bertambah minggu depan,” ucap Aria Anugrah (26).

Keselamatan dan kenyamanan

Dalam situasi seperti ini, PT KAI Commuter didorong bersiap memastikan keselamatan dan kenyamanan para penumpang tidak terganggu. Hal tersebut disampaikan Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia Aditya Dwi Laksana.

Pada 2023 ada 10 rangkaian kereta yang akan habis masa pakainya, kemudian pada 2024 ada 16 rangkaian kereta yang akan habis masa pakainya.

Menurut Aditya, KAI Commuter harus mencari solusi agar keselamatan tidak dipertaruhkan penggunaan rangkaian kereta yang sudah uzur. Di sisi lain, jika ada rangkaian yang sudah tidak bisa dioperasikan lagi, harus ada solusi agar mengurangi jumlah perjalanan KRL Jabodetabek.

”Mungkin rekayasa yang paling memungkinkan adalah pengurangan jumlah gerbong setiap perjalanan. Jika biasanya 12 gerbong bisa dibagi menjadi 10 dan 8. Dengan demikian, jumlah perjalanan tetap terjaga,” ujar Aditya.

Baca juga: Siasat Penumpang KRL Mengatasi Kepadatan di Stasiun Transit

Suasana kepadatan penumpang di Stasiun Transit Manggarai, Jakarta Selatan, saat jam sibuk, Selasa (11/4/2023) sore. Kepadatan paling parah terjadi di peron 12 dan 13, yakni tujuan akhir Stasiun Bogor.

NASRUN KATINGKA

Suasana kepadatan penumpang di Stasiun Transit Manggarai, Jakarta Selatan, saat jam sibuk, Selasa (11/4/2023) sore. Kepadatan paling parah terjadi di peron 12 dan 13, yakni tujuan akhir Stasiun Bogor.

Aditya juga menambahkan, dalam keadaan yang sangat darurat dan belum adanya kejelasan impor KRL bekas, KAI Commuter bisa mempertimbangkan KA Bandara pada puncak jam-jam sibuk.

”Ini solusi yang ekstrem. Jika tidak ada solusi lain, bisa jadi pertimbangan saat jam sibuk, apalagi saat ini KA Bandara sudah berada di bawah PT KAI Commuter,” ucapnya.

Akan tetapi, menurut Aditya, kedua langkah tersebut hanya sebagai solusi jangka pendek, jika terus dibiarkan akan menjadi bom waktu bagi KAI Commuter. Aditya mengingatkan semakin bertambahnya populasi di daerah Jabotabek juga beriringan dengan jumlah pengguna KRL.

Dengan demikian, dia berharap KAI Commuter bisa membuat jalan peta perketaapian yang terukur. Di sisi lain, Aditya berharap pemerintah bisa melunak dengan membiarkan impor kereta bekas, tetapi dengan pembatasan jumlah dan periode.

Untuk tahun 2023 ini, Aditya melihat opsi impor KRL paling masuk akal. Namun, tetap dengan pembatasan mengingat usia pakai impor KRL bekas yang relatif singkat.

Suasana kepadatan penumpang di Stasiun Transit Manggarai, Jakarta Selatan, saat jam sibuk, Selasa (11/4/2023) sore. Kepadatan paling parah terjadi di peron 12 dan 13, yakni tujuan akhir Stasiun Bogor.

NASRUN KATINGKA

Suasana kepadatan penumpang di Stasiun Transit Manggarai, Jakarta Selatan, saat jam sibuk, Selasa (11/4/2023) sore. Kepadatan paling parah terjadi di peron 12 dan 13, yakni tujuan akhir Stasiun Bogor.

Kemudian pada tahun 2024 upaya retrofit, yakni peremajaan, bisa dilakukan. Opsi retrofit ini juga sempat mengemuka untuk menggantikan wacana impor. Namun, menurut Aditya, upaya retrofit dengan meremajakan mesin tidak bisa untuk jangka pendek karena butuh waktu hingga 17 bulan perawatan. Dengan demikian rangkaian otomatis akan berkurang sehingga mengganggu perjalanan KRL.

Setelah itu, lanjut Aditya, secara bertahap lagi, KAI Commuter bisa merealisasikan pembelian kereta baru kepada PT INKA, yakni pada 2025.

”Hal seperti ini memang tidak bisa langsung menyeluruh, harus bertahap. Apalagi PT KAI juga harus jeli dengan biaya yang harus dikeluarkan. Jadi ke depan, retrofit dan pengadaan baru harus berjalan beriringan,” kata Aditya.