Sampai dengan triwulan pertama tahun ini, utang luar negeri Indonesia mencapai 402,8 miliar dollar AS, turun 1,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
JAKARTA, KOMPAS — Utang luar negeri Indonesia pada triwulan pertama tahun ini mencapai 402,8 miliar dollar AS, menurun 1,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini terjadi baik dari sektor publik maupun swasta.
Mengutip data Bank Indonesia (BI), utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan pertama tahun ini terdiri dari utang publik (pemerintah dan bank sentral) yang mencapai 203,41 miliar dollar AS atau setara dengan 50,49 persen dari total ULN. Adapun sisanya berasal dari utang swasta sebesar 199,38 miliar dollar AS atau 49,11 persen dari total ULN Indonesia.
Dalam keterangan persnya, Senin (15/5/2023), Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, ULN publik pada triwulan pertama tahun ini menurun 0,85 persen secara tahunan. Perkembangan ULN publik tersebut dipengaruhi oleh penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan sentimen positif pelaku pasar global yang tetap terjaga.
Penurunan juga dicatat ULN swasta pada triwulan ketiga 2023 sebesar 3,02 persen secara tahunan. Pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) dan lembaga keuangan (financial corporations) masing-masing mengalami kontraksi 2,9 persen dan 3,5 persen secara tahunan.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi; industri pengolahan; pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 77,9 persen dari total ULN swasta. ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,4 persen terhadap total ULN swasta.
Erwin menjelaskan, struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada triwulan I-2023 tetap terkendali, tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang tetap stabil di kisaran 30,1 persen. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,6 persen dari total ULN.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Ekonom Citi Indonesia Helmi Arman menjelaskan, sejak sebelum pandemi, ULN Indonesia mengalami tren penurunan. Saat itu, perekonomian memang sedang terkontraksi sehingga tidak membutuhkan banyak tambahan utang untuk investasi.
Penurunan ini akibat biaya dana dalam dollar AS meningkat dipicu kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat. Hal ini membuat biaya dana utang kian mahal sehingga banyak pihak mengurangi permintaan utang dalam dollar AS. ”Biayanya jadi lebih mahal untuk menambah utang. Di sisi lain pembayaran utang kian berjalan mulus karena perekonomian kian melaju,” ujar Helmi, Senin.