KOMPAS/ADI PRINANTYO
Sejumlah anggota jemaah haji asal Indonesia bersiap memasuki bus Shalawat nomor 4 yang berhenti di depan Hotel Mina View, kawasan Syisya, Mekkah, Arab Saudi, Senin (12/6/2023) siang waktu Mekkah. Pelayanan bus Shalawat akan berhenti sementara seiring puncak ibadah haji, tepatnya pada 6-13 Dzulhijjah 1444 H.
MEKKAH, KOMPAS — Situasi kota Mekkah, Arab Saudi, yang makin padat oleh jemaah haji menjelang wukuf di Arafah, bertepatan dengan Idul Adha pada 10 Dzulhijah 1444 Hijriyah, berkonsekuensi penghentian sejumlah fasilitas bagi jemaah haji Indonesia. Dalam kalender Masehi, 10 Dzulhijjah jatuh pada Kamis (29/6/2023).
Fasilitas yang akan dihentikan sementara adalah konsumsi pada 7 Dzulhijjah (26/6/2023) serta 14-15 Dzulhijjah (3-4/7/2023). Selain konsumsi, penghentian sementara layanan juga akan diberlakukan untuk fasilitas transportasi gratis bus Shalawat, dari 6 Dzulhijjah (25/6/2023) hingga 13 Dzulhijjah (2/7/2023).
Kepala Seksi Konsumsi Daerah Kerja (Daker) Mekkah Beny Darmawan menjelaskan, latar belakang keputusan itu terkait kesulitan distribusi makanan-minuman pada saat puncak ibadah haji. ”Jutaan orang akan tinggal di Mekkah, mereka jemaah haji dari berbagai dunia sehingga potensi kemacetan lalu lintas di dalam kota Mekkah sangat besar. Sulit sekali mendistribusikan konsumsi pada saat seperti itu,” tutur Beny, Senin (12/6/2023).
Baca Juga:
KOMPAS/ADI PRINANTYO
Suasana di Terminal Bus Syib Amir di Mekkah, Arab Saudi, Selasa (6/6/2023) siang waktu Arab Saudi. Tak jarang anggota jemaah lansia kesulitan mencapai terminal yang menyediakan bus Shalawat, sebutan untuk bus gratis fasilitas Pemerintah RI untuk jemaah Indonesia yang akan kembali ke hotel.
Baca Juga: Kanan-Kiri Mukimin Indonesia di Mekkah dan Sekitarnya
Jemaah haji, lanjut dia, diimbau mengusahakan sendiri makanan-minuman untuk mereka pada tanggal-tanggal itu. Bisa dengan membeli makanan di sekitar hotel atau pemondokan. Atau, bisa juga membeli makanan di hotel karena mayoritas hotel biasanya sudah menjual makanan dalam porsi lebih banyak menjelang puncak ibadah haji.
Pembelian makanan-minuman, tambah Beny, bisa menggunakan living cost (biaya hidup) yang senilai 750 riyal (sekitar Rp 3 juta) per orang.
Beny mengingatkan, jemaah harus memilih makanan yang sehat. ”Jangan sembarangan membeli makanan di jalan. Sebaiknya tetap dipastikan lagi kebersihannya, juga kecukupan gizinya,” tutur Beny lagi.
Ditanya tentang tanggal 8, 9, hingga 13 Dzulhijah, Beny menegaskan bahwa jemaah akan tetap mendapatkan konsumsi selama di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Frekuensi makan-minumnya sama, yaitu tiga kali dalam sehari.
Soenadji (87), anggota jemaah haji asal Tuban, Jawa Timur, mengungkapkan kepuasannya akan fasilitas konsumsi selama di hotel di Mekkah. ”Menu makan tiga kali dalam sehari, baik-baik saja. Saya cocok, terima kasih,” kata Soenadji saat ditemui di Masjidil Haram, Minggu (11/6/2023) malam.
Anggota jemaah asal Bojonegoro, Jatim, Syafi’il Anam, menambahkan, frekuensi makan yang tiga kali sehari selama ini sudah cukup membantu jemaah saat tinggal di Mekkah. ”Awalnya, kan, fasilitas konsumsi hanya disediakan dua kali sehari, tetapi lalu diubah menjadi tiga kali sehari. Itu sangat membantu kami, jemaah haji Indonesia. Terutama pada saat awal-awal di Mekkah,” kata Anam.
Bus Shalawat untuk ”Armuzna”
Bus Shalawat, fasilitas transportasi gratis jemaah Indonesia yang melayani perjalanan jemaah dari hotel menuju Masjidil Haram pergi-pulang, juga akan dihentikan sementara pada 6-13 Dzulhijjah. ”Mulai tanggal 6 sampai 13 Dzulhijjah, layanan Bus Shalawat berhenti sementara,” ujar Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid, di Mekkah, Senin (12/6/2023).
”Jemaah diimbau fokus beribadah di musala hotel masing-masing, khususnya selama tidak ada layanan bus Shalawat. Cuaca sangat panas di Mekkah, jemaah bisa fokus pada persiapan fisik,” ujarnya. Atau, jika tidak di musala hotel, bisa beribadah di masjid di seputar hotel.
Menurut Subhan, mulai 6 Dzulhijjah, armada bus Shalawat akan disiapkan untuk layanan transportasi dalam kegiatan ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Jemaah, kata Subhan, dijadwalkan mulai diberangkatkan ke Arafah pada 8 Dzulhijjah. Pada 13 Dzulhijjah, jemaah akan kembali dari Mina ke hotelnya masing-masing di Mekkah.
”Bus Shalawat akan kembali beroperasi pada 14 Dzulhijjah 1444 H (3/7/2023) sampai 6 Muharram 1445 H (25/7/2023),” ucap Subhan, sembari menambahkan telah disiagakan 450 armada untuk bus Shalawat ini. Adapun untuk bidang transportasi ini, sebanyak 200 personel diterjunkan untuk melayani jemaah.
KOMPAS/ADI PRINANTYO
Sejumlah penyedia jasa kursi roda berjalan di seputaran bus-bus jemaah Indonesia di Terminal Syib Amir, kawasan Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Sabtu (10/6/2023). Belakangan ini jasa dorong kursi roda dikeluhkan karena tarif yang tergolong mahal.
Baca Juga: Haji, Status, dan Pesan Kemanusiaan
Berdasar pantauan, bus Shalawat sangat membantu perjalanan jemaah dari hotel masing-masing ke Masjidil Haram. Operasional bus selama 24 jam juga menunjang kebutuhan jemaah untuk menuju Masjidil Haram sesuai kebutuhan mereka.
Pada jam-jam di luar waktu normal, seperti sebelum shalat Subuh (pukul 03.00 dini hari) misalnya, bus Shalawat juga tersedia di hotel untuk mengantar jemaah yang akan shalat di Masjidil Haram.
Kepala Seksi Transportasi Daker Mekkah Asep Subhana menambahkan, seiring makin padatnya kota Mekkah mendekati puncak haji, bisa terjadi kedatangan bus Shalawat di hotel-hotel sedikit tersendat. ”Ketersendatan ini karena jalanan Mekkah hari-hari ini tentu lebih macet daripada sebelumnya. Maklum saja, jemaahnya sudah lebih banyak,” kata Asep.
Jika lalu lintas lancar, tim transportasi menargetkan bus Shalawat tiba di hotel tiap 3 hingga 5 menit saja. Namun, jika jalanan macet, kedatangan bus bisa mencapai 30 menit kemudian, atau bahkan bisa dua jam sesudah bus sebelumnya. ”Jadi, kalau kedatangan agak lama dari biasanya, saya mohon jemaah bersabar, kondisinya memang lebih padat.”
Selain bus Shalawat yang melayani transportasi di dalam kota Mekkah, Seksi Transportasi Daker Mekkah juga menerjunkan 935 bus antarkota. Bus-bus antarkota ini, menurut Asep, utamanya melayani perjalanan jemaah Indonesia dari Madinah ke Mekkah. Tak ketinggalan, puluhan truk yang khusus mengangkut koper jemaah.