Rofi Dwicita (kiri) membantu anggota jemaah yang sedang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) untuk berwudu, sebelum menunaikan shalat Dzuhur, di Mekkah, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023). KOMPAS/ADI PRINANTYO

Rofi Dwicita (kiri) membantu anggota jemaah yang sedang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) untuk berwudu, sebelum menunaikan shalat Dzuhur, di Mekkah, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023).

Ibnu Al Hafizh (27) mendekati ranjang Musbang (72), anggota jemaah haji Indonesia yang sedang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Mekkah, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023) siang. Perlahan-lahan, Musbang beranjak duduk setelah beberapa lama berbaring.

”Pak, sebentar lagi waktunya shalat Dzuhur. Mau saya bantu untuk berwudu?” tanya Ibnu, salah seorang petugas Pembimbing Ibadah Haji Uzur (PIJU) di KKHI Mekkah. Begitu Musbang mengangguk tanda setuju, Ibnu menyiapkan air untuk berwudu.

Satu per satu urutan berwudu ditunaikan Musbang dengan bantuan Ibnu. Air dikucurkan ke tangan Musbang, kemudian disiramkan ke bagian-bagian tubuh, mulai dari kedua tangan, berakhir di kedua kaki. Begitu azan Dzuhur berkumandang, Musbang menjalankan shalat Dzuhur sembari duduk di ranjang.

Mereka harus punya kompetensi yang mumpuni untuk memberi saran-saran terkait ibadah.

Ibnu mengisahkan, Musbang sakit setelah menunaikan umrah wajib di Masjidil Haram beberapa hari sebelumnya. Tak pelak, dia harus dirawat di KKHI Mekkah. ”Kondisi Bapak sudah membaik, alhamdulillah. Semoga Rabu sore ini sudah bisa kembali ke hotel. Jaga kondisi, ya, Pak, supaya waktu puncak haji tetap sehat,” tutur Ibnu, lulusan S-2 Jurusan Hadits Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

Suasana ruang perawatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023). KOMPAS/ADI PRINANTYO

Suasana ruang perawatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023).

Baca juga : Berjuta Cara Layani Jemaah Lansia Berhaji

Rekan Ibnu, Rofi Dwicita, juga menjalankan tugas serupa. Dia menyapa, mengingatkan waktu shalat Dzuhur, dan membantu berwudu. ”Sesekali juga menanyakan kabar kesehatan, dan apa yang dirasakan. Tugas kami memastikan jemaah tetap bisa beribadah wajib meski sedang sakit. Tetapi, ada baiknya juga bertanya kabar, sambil mendoakan supaya segera sembuh,” tutur Rofi.

Selain Ibnu dan Rofi yang bertugas membimbing jemaah laki-laki di KKHI, ada juga Maisarah dan Munawarah yang membimbing ibadah jemaah perempuan. Keempat pembimbing ibadah juga tinggal di KKHI selama musim haji supaya bisa memantau perkembangan para pasien yang sehari-hari ibadahnya mereka bimbing.

Ibadah tetap jalan

Ibnu, Rofi, Maisarah, dan Munawarah ditugaskan tim Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker) Mekkah untuk bersiaga sebagai PIJU di KKHI, yang hingga Rabu (7/6/2023) merawat 60 pasien. Menurut Kepala Seksi Kesehatan Daker Mekkah Andi Ardjuna Sakti, mayoritas pasien penderita komorbid, seperti paru, hipertensi, dan diabetes.

Baca juga : Lansia yang Tersesat dan Tersesat Lagi di Masjidil Haram

”Suhu udara di Mekkah yang rata-rata 40 derajat celsius, ini tentu berpengaruh ke jemaah. Saya menyarankan agar mereka yang punya komorbid mengurangi aktivitas di luar ruangan. Bukannya dilarang, ya. Tapi, misal ada aktivitas, harus jaga kondisi. Jangan minum hanya kalau sudah haus. Paling tidak minum seteguk-seteguk,” kata Ardjuna.

Akses utama menuju Rumah Sakit Ajyad Emergency di Mekkah, Arab Saudi, pertengahan Februari 2023 lalu. KOMPAS/MADINA NUSRAT

Akses utama menuju Rumah Sakit Ajyad Emergency di Mekkah, Arab Saudi, pertengahan Februari 2023 lalu.

Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daker Mekkah Zulkarnaen Nasution menambahkan, tim PIJU dibentuk guna memastikan jemaah yang dirawat inap di KKHI tetap bisa menunaikan ibadah wajib mereka. Salah satunya tentu saja shalat lima waktu.

”Mereka juga wajib memberi saran-saran terkait ibadah wajib haji, termasuk bagaimana supaya jemaah bisa tetap bugar sampai puncak haji, di waktu wukuf nanti. Terutama untuk jemaah lansia yang rentan sakit. Ibadah mana yang prioritas, mana yang bukan prioritas,” kata Zulkarnaen.

Seiring tugas memberi saran seputar ibadah itu, lanjutnya, proses perekrutan pembimbing semacam Ibnu dan Rofi juga tak bisa sembarangan. ”Mereka harus punya kompetensi yang mumpuni untuk memberi saran-saran terkait ibadah. Kami membuka lowongan, kemudian juga ada proses seleksi. Tidak sembarangan,” ujarnya.

Baca juga : Tenaga Medis di Mekkah dan Madinah Perlu Ditambah

Peran pembimbing ibadah seperti Ibnu dan Rofi tergolong signifikan. Anggota jemaah haji mayoritas menunggu bertahun-tahun sebelum akhirnya mewujudkan rukun Islam kelima ini. Perlu rekomendasi terbaik agar ibadah haji mereka sempurna. Dari sosok seperti Ibnu, Rofi, Maisarah, dan Munawarah, nasihat terbaik bisa didapat.