Suasana pengerjaan fasilitas wukuf di Arafah, Arab Saudi, Jumat (16/6/2023) pagi waktu Arab Saudi. Jemaah haji dari berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, akan mulai memasuki Arafah pada 8 Zulhijah atau 26 Juni 2023.KOMPAS/ADI PRINANTYO

Suasana pengerjaan fasilitas wukuf di Arafah, Arab Saudi, Jumat (16/6/2023) pagi waktu Arab Saudi. Jemaah haji dari berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, akan mulai memasuki Arafah pada 8 Zulhijah atau 26 Juni 2023.

MEKKAH, KOMPAS — Pemerintah diminta mencegah masalah-masalah yang mungkin terjadi di sela-sela ibadah sunah tarwiyah, yang dijalankan sebagian jemaah haji Indonesia, termasuk jemaah lanjut usia (lansia). Ketiadaan masalah di tengah tarwiyah ikut menjamin kualitas ibadah haji 2023.

Anggota Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Ibadah Haji 2023, Sunanto, menyatakan, hingga pemantauannya pada Selasa (20/6/2023), terdata lebih dari 3.000 anggota jemaah yang mendaftarkan diri ikut tarwiyah. ”Kami (tim Monev) mendapat informasi terkait banyaknya peserta ibadah tarwiyah dan setelah kami verifikasi, ternyata benar,” kata Sunanto, Selasa (20/6/2023), di Kantor Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.

Ia menambahkan, sesuai pengecekan Tim Monev, di Sektor 11 Mekkah terdata sekitar 3.000 peserta tarwiyah. Lalu, di Sektor 7 tercatat 1.000 orang yang mendaftarkan diri ikut tarwiyah. ”Harus jelas, mekanisme tarwiyah itu bagaimana. Pemerintah memang mempersilakan pelaksanaan tarwiyah secara mandiri, tidak melarang, juga tidak menganjurkan. Tapi, ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan karena terkait dengan warga lansia,” kata Sunanto.

Menurut Sunanto, ada beberapa kloter yang menerapkan syarat ketat terhadap jemaahnya yang mau ikut tarwiyah. Namun, banyak juga yang melonggarkan syarat, bahkan mewajibkan ikut tarwiyah. ”Kalau bagi saya, harus ada penanggung jawabnya. Masalah-masalah yang mungkin muncul saat tarwiyah harus dicegah. Pemerintah harus memastikan itu,” ucap Sunanto.

Baca juga: Konsumsi Jemaah Berhenti, Katering Mukimin di Mekkah Laris

Baca juga: Jelang Puncak Ibadah Haji Fasilitas Jemaah Indonesia Disiapkan

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas diwawancarai wartawan setiba di Kantor Daerah Kerja (Daker) Mekkah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2023, Senin (19/6/2023) malam waktu setempat. Salah satu agenda Menag yaitu memantau persiapan lokasi puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. KOMPAS/ADI PRINANTYO

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas diwawancarai wartawan setiba di Kantor Daerah Kerja (Daker) Mekkah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2023, Senin (19/6/2023) malam waktu setempat. Salah satu agenda Menag yaitu memantau persiapan lokasi puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

Baca juga: Mobilisasi Jemaah Ditargetkan Mengalir Jelang Wukuf

Tarwiyah merupakan ibadah yang ditunaikan sebelum puncak haji dimulai. Praktiknya, jemaah haji menginap di Mina sehari sebelum wukuf, tepatnya pada 8 Zulhijah. Di Mina, mereka beribadah secara individual, seperti merenung, sebelum kemudian menuju ke Arafah untuk wukuf pada pagi hari 9 Zulhijah.

Iklan

Tarwiyah pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daker Mekkah Zulkarnain Nasution menyampaikan, Rasulullah berangkat ke Mina pada 8 Zulhijah dan beribadah di Mina hingga keesokan harinya. ”Esok harinya, 9 Zulhijah pagi, setelah shalat Subuh, Rasulullah menuju Arafah. Itulah tarwiyah. Rute Rasulullah itulah yang ingin diikuti jemaah,” kata Zulkarnain.

Menimbang konteks kepadatan jemaah haji 2023 yang mulai normal lagi pascapandemi, Zulkarnain meminta jemaah benar-benar memikirkan lagi keikutsertaan mereka, dikaitkan dengan kondisi fisik masing-masing. Apalagi, ini ibadah sunah.

Tiga syarat

Di salah satu kelompok terbang (kloter), yakni Kloter JKG 21, terdata peserta tarwiyah enam orang. Menurut pembimbing ibadah Kloter JKG 21, Saprudin, manajemen kloter tidak akan mendampingi mereka karena tidak ada arahan untuk tugas tersebut. ”Kami hanya mendata, melaporkan ke sektor, dan kemudian sistem pelaporan tentu berjenjang ke atas,” ujarnya.

Terhadap keenam peserta ibadah tarwiyah itu, ujar Saprudin, ditetapkan tiga syarat. Pertama, surat pernyataan yang ditandatangani peserta tarwiyah dan ketua kloter. Kedua, pemeriksaan dokter guna memastikan si peserta sehat. Kemudian yang ketiga, peserta tidak termasuk warga lansia.

Baca juga: Petugas Layanan Jemaah Lansia, Sabar Tiada Akhir

Tenda-tenda jemaah haji di Padang Arafah, Mekkah, 27 Juli 2020.AFP

Tenda-tenda jemaah haji di Padang Arafah, Mekkah, 27 Juli 2020.

Baca juga: Jangan Paksakan Diri, Kiat Sehat Jemaah Lansia Berhaji

Baca juga: Kanan-Kiri Mukimin Indonesia di Mekkah dan Sekitarnya

Saat ditanya soal pemberlakuan syarat-syarat ini, Sunanto menyatakan tidak semua kloter menerapkan syarat semacam itu. ”Kalau semua menerapkan syarat begitu, bagus. Tetapi tidak semua. Sementara dalam praktiknya nanti, jemaah bakal kelelahan karena akan menempuh perjalanan dari Mina, lalu ke Arafah, Muzdalifah, lalu ke Mina lagi,” ujarnya.

Ia berharap tidak ada masalah serius di tengah pelaksanaan ibadah tarwiyah, seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, antisipasi dan mitigasi tetap perlu, bahkan harus lebih baik dari tahun ke tahun.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Selasa sore waktu Arab Saudi, meninjau lokasi pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. ”Saya berharap jemaah haji, terutama yang masuk kategori lansia, berkonsentrasi menuju puncak ibadah haji, dan tidak usah memaksakan diri menjalankan ibadah-ibadah sunah,” kata Yaqut yang juga Amirul Haj.

Ia menambahkan, sesuai data, jumlah anggota jemaah yang wafat hingga Selasa kemarin terdata 96 orang. Rata-rata yang wafat, menurut dia, karena kelelahan yang dipicu panas udara tinggi. ”Saya mendengar saat ini puncak musim panas di Arafah. Kalau tahun lalu saja kita sudah merasa panas, apalagi tahun ini. Kita berharap puncak musim panas kali ini cukup bersahabat,” kata Menag.