Area yang terkoneksi dengan beragam transportasi publik yang terintegrasi akan meningkatkan prospek ekonomi, mobilitas masyarakat, dan menumbuhkan antusiasme orang-orang untuk tinggal di kawasan.

Oleh BM LUKITA GRAHADYARINI

JAKARTA, KOMPAS — Beroperasinya moda kereta ringan lintas raya terpadu atau LRT Jabodebek pada akhir Agustus 2023 dan rencana operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau KCJB bulan Oktober 2023 diyakini mendorong transformasi properti kawasan. Transportasi massal baru itu dinilai menjadi daya tarik bagi pertumbuhan hunian dan fasilitas komersial.

Country Manager 99 Group Indonesia Maria Herawati Manik, Jumat (8/9/2023), mengemukakan, upaya pemerintah meresmikan operasional kedua proyek transportasi massal itu merupakan langkah signifikan yang berdampak pada masyarakat, maupun transformasi properti di kawasan. Becermin pada pengembangan moda raya terpadu (MRT) Jakarta, daerah yang belum dikembangkan secara maksimal menjadi potensial di masa depan. Hal serupa diperkirakan terjadi di kawasan LRT Jabodebek dan KCJB.

”Area yang semakin terkoneksi dengan beragam jenis transportasi publik yang terintegrasi akan meningkatkan prospek ekonomi, mobilitas masyarakat, dan menumbuhkan antusiasme orang-orang untuk tinggal di kawasan sehingga berpotensi untuk pengembangan hunian dan komersial dalam jangka panjang,” ujar Maria dalam keterangan pers.

Sejak tahun 2022, tren permintaan hunian di sejumlah area kecamatan yang dilalui LRT Jabodebek meningkat cukup signifikan. Pertumbuhan diperkirakan terus meningkat pasca-peresmian operasional LRT Jabodebek. Kondisi serupa juga diprediksi terjadi setelah beroperasinya KCJB.

Pada semester satu (Januari-Juni) 2023, permintaan hunian mengalami pertumbuhan di kawasan yang dilalui LRT Jabodebek pada 21 kecamatan. Sebanyak 99 grup mengelompokkan 21 kecamatan itu dalam empat area dengan permintaan hunian tumbuh di 11,7-22 persen.

https://cdn-assetd.kompas.id/NgBvsoKc1w4U1UJMm3Vu3ZUIQx0=/1024x983/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F11%2F20%2F20201120-H09-NSW-Properti-Residensial-mumed_1605885170_jpg.jpg

Peningkatan permintaan hunian sebesar 22 persen, yakni di sekitar Kecamatan Ciracas, Cipayung, dan Cimanggis (area 4) yang terdekat dari Stasiun TMII, Stasiun Kampung Rambutan, Stasiun Ciracas, dan Stasiun Harjamukti. Adapun di kawasan pinggiran Jakarta, yakni di Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Rawa Lumbu, Bekasi Timur, Mustika Jaya, Tambun Selatan (area 3) yang terdekat dari Stasiun Jatibening Baru, Cikunir 1, Cikunir 2, Bekasi Barat, Bekasi Timur, permintaan hunian tumbuh 18,4 persen.

Dari sisi tren harga, harga rata-rata rumah di area 4 berkisar Rp 1,43 miliar, sedangkan harga rumah pada area 3 rata-rata sebesar Rp 800 juta atau tumbuh 9,4 persen.

Area komersial

Maria menambahkan, peningkatan permintaan hunian juga ditopang dengan rencana pengembangan kawasan berorientasi transit (TOD) pada kawasan di dekat stasiun LRT, antara lain di area Stasiun Jatimulya, Jatibening Baru, Ciracas, Ciliwung, Cikoko, dan Harjamukti. Pengembangan kawasan TOD akan dilengkapi dengan apartemen dan area komersial, seperti pusat perbelanjaan, ruko, dan ritel pendukung.

Baca juga: Hunian di Kawasan TOD Makin Dilirik Konsumen

Pengembangan area komersial yang terintegrasi LRT Jabodebek dinilai mengakomodasi kebutuhan populasi yang tinggal dan beraktivitas di kawasan, serta menarik orang-orang selain penghuni untuk berkunjung berkat aksesibilitas yang semakin mudah.

Sementara itu, KCJB yang dioperasikan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) melintasi empat area stasiun yang mengusung konsep TOD, yakni Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar yang mencakup 14 kecamatan.

Pada semester I-2023 mencatat, permintaan hunian di kecamatan sekitar empat stasiun KCJB mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan semester II-2022. Di antaranya, permintaan hunian pada kecamatan di kawasan Stasiun Halim tumbuh 26,2 persen, Padalarang tumbuh 26,3 persen, dan Tegalluar tumbuh 34,4 persen.

Pengembangan kawasan TOD KCJB skala menengah dan besar, meliputi Halim Superblock seluas 19,2 hektar (area Stasiun Halim), Kotawana seluas 250 hektar (area Stasiun Karawang), dan Talaga Luar seluas 340 hektar (Stasiun Tegalluar) juga akan mendorong pertumbuhan polulasi, kenaikan nilai properti, dan investasi kawasan.

Kawasan TOD KCJB rencananya terdiri dari residensial dan komersial, seperti apartemen komersial, apartemen MBR, rumah tapak, ruang konvensi dan pameran, perhotelan, pusat belanja, pergudangan, perkantoran, serta area wisata mencakup desa kreatif dan museum budaya.

Sebelumnya, Director Strategic Consultancy Knight Frank Indonesia, Sindiani S Adinata, Kamis (7/9/2023), menyatakan, pertumbuhan kawasan permukiman akan menjadi pemicu permintaan untuk fasilitas komersial. Sejalan dengan makin berkembangnya kawasan perumahan, maka permintaan ruang komersial akan terus tumbuh.

Pengembang properti dinilai akan mengalokasikan lahan untuk fasilitas komersial, baik ruko, perkantoran ataupun pusat belanja, apabila kawasan perumahan sudah ramai. Ia menyoroti pembangunan outlet mal di Karawang yang digarap sejalan dengan pertumbuhan populasi kawasan.

”Mal yang mudah diakses dengan transport publik akan memiliki peluang tidak hanya untuk melayani pasar dari penduduk di sekitarnya, tetapi konsumen yang lebih luas yakni pengunjung daerah lainnya,” kata Sindiani.