Sebanyak 126 dari total 817 koleksi benda bersejarah yang terdampak kebakaran di Gedung A Museum Nasional sudah teridentifikasi. Sejumlah ahli dilibatkan, termasuk dari Perancis.

Oleh STEPHANUS ARANDITIO, AGUIDO ADRI

JAKARTA, KOMPAS — Tim ahli dari dalam dan luar negeri terus berupaya menginventarisasi barang koleksi di gedung A di Museum Nasional yang terbakar pada Sabtu (16/9/2023) lalu. Sejumlah ahli dari Perancis turut dilibatkan. Hasilnya, 126 benda koleksi sudah dapat diidentifikasi.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sengaja mengundang ahli dari Perancis karena pengalaman mereka dalam menangani kebakaran Katedral Notre-Dame pada Senin (15/4/2019) silam, termasuk pemulihannya yang masih dilakukan sampai saat ini. Gedung cagar budaya yang berdiri di Kota Paris sejak abad ke-12 itu juga menyimpan berbagai karya seni dan relik agama yang tak ternilai.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengatakan, kolaborasi para pakar dari dalam dan luar negeri ini diharapkan akan memberikan wawasan yang mendalam dan solusi yang lebih efektif dalam memulihkan warisan bersejarah yang terdampak. Mereka sudah berdiskusi dengan para ahli konservator, arkeolog, antropolog, budayawan, sejarawan, kurator, dan akademisi. Berbagai saran dan masukan dikumpulkan untuk merespons bencana sekaligus merencanakan pemulihan museum yang lebih baik.

”Dengan bersama-sama, kami meyakini pemulihan museum ini bukan hanya tentang mengembalikan bangunan fisik, melainkan juga menghidupkan kembali jiwa dan sejarah yang ada di balik setiap artefak,” kata Hilmar dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/9/2023).

Duta Besar Perancis untuk Indonesia Fabien Penone menyampaikan rasa duka atas kebakaran Museum Nasional yang juga pernah mereka rasakan saat Katedral Notre-Dame terbakar. Dia berkomitmen berkolaborasi bersama tim Museum Nasional dalam menjalankan tugas pemugaran koleksi sejarah yang berharga.

”Kolaborasi dengan pihak internasional merupakan langkah bijaksana. Kami berkomitmen berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam upaya pemulihan ini,” kata Fabien.

Ada empat tahapan yang sangat teknis dan kompleks dalam proses penanganan koleksi benda bersejarah Museum Nasional yang terdampak. Pertama, proses evakuasi, dilanjutkan ke proses identifikasi. Setelah itu, didata dengan identifikasi tahap awal.

Tahap ketiga, koleksi benda bersejarah akan diklasifikasi. Proses klasifikasi merupakan tahap untuk menentukan tingkat kerusakan pada koleksi benda bersejarah yang terdampak. Kemudian tahap terakhir, yaitu penanganan untuk pemulihan, dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.

”Kami tetap berjuang dari pagi sampai malam, meskipun masih ada area yang belum aman dari risiko bangunan yang runtuh. Dalam penanganan ini, kami mengandalkan kelompok tim khusus yang terampil dalam teknik pengangkutan menggunakan alat berat secara hati-hati,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU-MCB) Ahmad Mahendra.

126 koleksi teridentifikasi

Sampai dengan Rabu (20/9/2023), tim baru berhasil mengidentifikasi 126 koleksi benda bersejarah di Gedung A Museum Nasional. Jumlah ini diharapkan terus bertambah karena belum termasuk bagian atau fragmen koleksi yang ditemukan dan berhasil dievakuasi.

Sementara itu, di Gedung A Museum Nasional terdapat 817 koleksi yang dipastikan terdampak kebakaran. Koleksi dan benda bersejarah tersebut kebanyakan terbuat dari perunggu, keramik, terakota, dan kayu. Ada pula koleksi miniatur dan replika benda prasejarah yang ditemukan dalam kondisi utuh ataupun rusak ringan sampai berat.

Menurut Ahmad, tim membutuhkan dua pekan ke depan untuk menyelesaikan proses evakuasi dan identifikasi tahap awal. Namun, tim ini berkomitmen pada prioritas penyelamatan dan evakuasi dengan sebaik-baiknya dan tidak mengorbankan kondisi koleksi yang sebagian telah rusak.

”Sehingga proses ini tidak terpaut pada orientasi target waktu,” kata Ahmad.

Di sisi lain, Kepolisian Resor Jakarta Pusat sejauh ini memeriksa 37 saksi, mulai dari pekerja proyek renovasi, petugas satuan pengamanan atau satpam, hingga pegawai museum. Tim Laboratorium Forensik Polri juga terus melakukan penyelidikan di tempat kejadian sehingga belum ada hasil investigasi penyebab kebakaran dari kepolisian.

Keterangan para saksi itu dibutuhkan sebagai upaya merangkai temuan-temuan di lapangan oleh tim penyidik gabungan serta akan dicocokkan satu keterangan dengan keterangan lainnya. ”Masih terus kami dalami dan periksa dari saksi-saksi itu, Penyebabnya, nanti tunggu tim puslabfor. Beberapa barang sudah ada yang dievakuasi,” kata Komisaris Besar Komarudin, Kepala Polres Jakarta Pusat.

Katedral Notre-Dame

Katedral Notre-Dame yang namanya berarti ”Bunda Kami” itu mulai dibangun pada 1163 dan selesai pada 1345. Selain untuk tempat ibadah, katedral juga rumah bagi banyak karya seni dan menjadi salah satu tempat wisata terkenal di dunia.

Sekalipun atap dan menara rusak berat, petugas pemadam kebakaran yang berjibaku memadamkan api di Notre-Dame yakin mereka berhasil menyelamatkan struktur utama bangunan dari kehancuran. Bangunan yang usianya sudah berabad-abad itu masih bisa direnovasi.

Salah satu petugas pemadam kebakaran terluka ketika berupaya memadamkan api. Dia menjadi satu-satunya korban kebakaran tersebut. Sementara, salah satu harta benda yang berhasil diselamatkan dari amuk api adalah mahkota duri dari emas dan tunik. Mahkota ini pernah dikenakan oleh Louis IX dari Perancis, Raja Perancis pada abad ke-13.

Uniknya, kebakaran di Notre-Dame dan Museum Nasional disebabkan oleh dugaan yang hampir sama, yakni akibat aktivitas renovasi bangunan. Hari kejadiannya juga sama-sama terjadi pada Sabtu dan waktu yang hampir berdekatan, Notre-Dame terbakar pada pukul 18.50 waktu setempat, sedangkan Museum Nasional terbakar pada pukul 20.07 WIB.