Museum berperan penting sebagai media pendidikan kebangsaan, tempat bertemu ingatan masa lalu dengan generasi penerus cita-cita kemerdekaan dan menguatkan pertalian antargenerasi sebagai bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika.

Oleh ASYHADI MUFSI SADZALI

Perjalanan museum di Indonesia telah dimulai sejak lama. Bagi sebagian orang, mungkin museum dipandang sebagai gedung penyimpanan koleksi purbakala. Bagi yang lain, museum menjadi jembatan penghubung antara masa lalu dan misi masa kini dan cita-cita kebangsaan di masa depan.

Lewat ruang museum setiap generasi menghubungkan dirinya dengan warisan peradaban masa lampau. Ada yang benar-benar terhubung, ada pula yang sepintas lalu. Satu di antara sepuluh putra-putri Indonesia memiliki ingatan dan kecintaan pada museum, baik di daerahnya maupun museum nasional yang jadi impian banyak anak Indonesia untuk mengunjunginya.

Dalam ingatan antargenerasi, Museum Nasional diperbincangkan terkait beberapa tragedi kehilangan koleksi, baik karena dicuri maupun dimakan api. Yang lainnya, ada yang mengingat betapa kebudayaan masih sebatas menjadi hiasan romantisisme masa lalu.

Menjaga koleksi peradaban

Ingatan hari ini terasa berbeda dengan ingatan jutaan anak bangsa beberapa hari lalu yang penuh sukacita atas kembalinya ratusan koleksi peradaban bangsa yang lama terjebak di Belanda. Program repatriasi berhasil membawa pulang jiwa-jiwa yang lama hilang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Peristiwa yang akan diingat dan lama diperbincangkan sama kuatnya dengan ingatan atas peristiwa kebakaran Museum Istana Kesultanan Siak pada 18 Januari 2018, juga Museum Bahari pada 16 Januari 2018. Ingatan itu juga tersambung dengan peristiwa tanggal 16 September 2023, dukacita tragedi kebakaran Museum Nasional yang telah berdiri sejak 245 tahun silam.

Sejarah mencatat banyak tragedi yang telah menimpa museum di Indonesia, bukan hanya karena bencana alam, melainkan juga karena ulah manusia.

Bagaimanapun, di akhir episode akan selalu ada kambing hitam, terkadang karena arus pendek atau hal lain. Namun, perlu dicatat bahwa generasi mendatang akan mengingat, dan mempertanyakan, hilangnya bukti nyata sejarah peradaban bangsanya.

Tanpa itu, ingatan mereka akan kebesaran Sriwijaya, Singasari, Majapahit, dan ratusan narasi terasa seperti dongeng pengantar tidur, dan akan kalah bertarung dengan gemerlap modernisasi dan ancaman global. Tak heran jika para tokoh pendiri bangsa begitu memerhatikan soal museum.

Beragam pandangan pernah terucap juga, tercatat misalnya dalam artikel Sutan Takdir Alisjahbana (1954) berjudul ”Museum sebagai Alat Pendidikan Zaman Modern”. Ia melihat museum adalah alat pendidikan zaman modern yang senantiasa akan relevan dengan perkembangan zaman. Artinya, museum berperan penting sebagai media pendidikan kebangsaan, tempat bertemunya ingatan masa lalu dengan generasi penerus cita-cita kemerdekaan.

Setuju atau tidak, museum membantu menguatkan pertalian antargenerasi sebagai bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Lewat narasi ribuan koleksinya, museum mengemban amanah jutaan rakyat Indonesia yang masih hidup ataupun yang telah tiada. Museum menginspirasi generasi tua dan muda untuk melanjutkan proses regenerasi kebangsaan.

Keamanan museum

Museum Nasional, juga banyak museum lainnya, rentan terhadap ancaman dari dalam dan luar museum. Juga dari faktor alam serta manusia. Diibaratkan lumbung padi yang selalu menarik tikus untuk mencuri, juga menjadi momok menakutkan banyak orang, jika lumbung itu terbakar.

Maka, sebagai sumber energi peradaban, museum harus senantiasa berbenah diri, belajar dari pengalaman membangun strategi antisipasi ancaman bencana, mulai dari penyusunan prosedur operasional standar, aktualisasi sarana-prasarana, pengembangan teknologi pengamanan, pengendalian lingkungan, dan melakukan kajian yang hasilnya dilaksanakan penuh integritas.

Di banyak negara kajian keamanan museum menjadi skala prioritas yang terus dikembangkan. Berangkat dari alasan yang sama, bahwa keamanan koleksi museum tidak bisa ditawar atas alasan apa pun.

International Committee on Museum Security and International Council on Museum (1993), dalam buku Museum Security and Protection, secara tegas menyatakan bahwa keamanan museum menjadi prioritas utama dalam penyelenggaraan sebuah museum.

Setiap museum wajib mengenali potensi yang mengancam dari berbagai tingkatan, dan menyiapkan strategi antisipasi pencegahan dan penanganan yang tepat. Strategi ini juga harus selalu dievaluasi berkala dari level teknis hingga ke sarana-prasarana dan kesiapan sumber daya manusia. Ini karena potensi ancaman terus berkembang sehingga senantiasa perlu strategi yang sesuai.

Pakar keamanan museum RB Burke (1989) menegaskan bahwa keamanan museum adalah satu mekanisme perlindungan menyeluruh dan terpadu atas koleksi, media pendukung, fasilitas fisik, personel, dan lingkungan sekitar museum, sebagai langkah antisipasi awal pencegahan pengaruh yang tidak diinginkan dan merugikan museum.

Maka, setiap aspek harus setiap hari terpantau dan tercatat pada laporan yang dalam evaluasi berkala menjadi bahan untuk menyusun strategi antisipasi yang lebih tepat.

Mengamankan museum bukan hal mudah. Perubahan komponen pengamanan bisa berubah dan menjadi tidak relevan dalam hitungan detik, dan ini dapat menimbulkan ancaman serius. Upaya ini membutuhkan komitmen, kesadaran, dan pengetahuan tentang pengamanan museum dari berbagai bentuk ancaman.

Dari hal terkecil—seperti pengecekan kabel, lubang tikus, kondisi arus listrik, iklim dan cuaca terkini, lingkungan terdekat, kesiapan alat pemadam kebakaran, personel siap siaga, strategi darurat—wajib terpantau dan dievaluasi kesesuaiannya karena ancaman bisa tiba kapan saja.

Pihak museum tentu tak bisa melakukan ini sendirian. Beragam instansi pemerintah dan nonpemerintah yang memiliki kemampuan harus menyumbangkan tenaga dan pikiran. Tragedi kebakaran Museum Nasional menjadi momentum yang membuka mata kesadaran betapa penting museum bagi peradaban dan masa depan bangsa. Keamanan museum juga menjadi keamanan bangsa.

Asyhadi Mufsi SadzaliDosen Arkeologi Universitas Jambi, dan Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Komda Sumatera Bagian Selatan