Pada saat proses pemadaman, damkar menyemprot dengan menggunakan air bertekanan besar. Ini diduga membuat atap roboh lalu menimpa 817 koleksi di museum.
Oleh STEPHANUS ARANDITIO
JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah ahli menyayangkan proses pemadaman kebakaran Museum Nasional Indonesia yang tidak sesuai dengan standar prosedur operasional atau SOP penanganan kebakaran di bangunan cagar budaya. Tanpa merendahkan segala upaya yang sudah dilakukan tim pemadam, para ahli menilai proses pemadaman yang dilakukan justru memperparah dampak terhadap koleksi benda bersejarah.
Anggota Dewan Pengawas Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Pusat, Junus Satrio Atmodjo mengatakan, seharusnya tim pemadam kebakaran (damkar) menggunakan teknik pemadaman yang lebih fokus pada penyelamatan koleksi museum. Sebab, menurut dia, koleksi benda bersejarah tersebut sama dengan nyawa seseorang yang tidak ternilai harganya.
Pada saat proses pemadaman, damkar menyemprot dengan menggunakan air bertekanan besar, sehingga diduga membuat atap dan dinding menjadi roboh menimpa koleksi museum. Sementara di bawahnya, koleksi museum yang terbuat dari keramik, terakota, perunggu, batu, dan tanah liat yang rawan pecah. Sistem penyiraman air otomatis di atap bangunan (sprinkler) berfungsi, tetapi kurang mampu menjinakkan kobaran api.
"Memang tidak sinkron, karena pikiran mereka (damkar) memadamkan kebakaran, sementara kami standarnya ingin mengamankan apa yang ada di dalam. Dua-duanya betul, hanya karena kita tidak membahas ini ya beginilah yang terjadi. Seharusnya mereka menggunakan teknik spray atau lainnya, tetapi kemarin memang dalam kondisi darurat," kata Junus dalam diskusi bertajuk "Museum Itu Penting" di Museum Toeti Heraty, Jakarta, Senin (25/9/2023).
Dia berharap, kejadian ini menjadi momentum untuk menyusun standar operasional penanganan dan penanggulangan bencana pada bangunan cagar budaya atau museum yang menyimpan banyak nilai kebudayaan bangsa. Semua pihak perlu dilibatkan dan dilatih turun temurun untuk menjaga standar tersebut.
Junus yang juga terlibat dalam tim ahli konservasi pascakebakaran Museum Nasional mengatakan, saat ini semua proses investigasi Museum Nasional yang dilakukan kepolisian wajib didampingi oleh tim ahli. Hal ini dilakukan agar upaya konservasi koleksi museum bisa dilakukan sesuai standar arkeologis yang benar.
Anggota Dewan Pengawas IAAI Pusat, Gatot Ghautama, menambahkan, penyusunan Pedoman Cagar Budaya Aman Bencana sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 sampai saat ini tidak berjalan dengan baik. Dalam pedoman tersebut dijelaskan berbagai aspek manajemen risiko bencana pada cagar budaya, termasuk kebakaran.
"Sampai sekarang mungkin belum pernah di museum-museum, terutama yang di bawah kementerian atau Ditjen Kebudayaan, kelihatannya belum. Sekarang penanganan yang dilakukan seperti tahu bulat, mendadak, ada kejadian baru terpikirkan," ucap Gatot.
Proses evakuasi dan konservasi koleksi Museum Nasional kini akan menghadapi tantangan baru, yakni memasuki musim penghujan. Sementara, baru dua dari enam ruangan di Gedung A yang sudah bisa dimulai proses konservasi. Ruangan lainnya masih dalam proses investigasi oleh kepolisian dan tim ahli.
"Ini bisa menjadi bencana kedua setelah ini, yang paling dekat yaitu hujan. Semua harus ditutup, kalau air hujan masuk itu akan menghanyutkan semua bukti yang ada di bawah, jadi penanganannya harus sangat hati-hati," tutur Junus.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Fitra Arda, mengatakan, pihaknya tetap mengapresiasi kinerja tim damkar karena langsung tiba hanya dalam waktu 10 menit setelah alarm kebakaran berbunyi. Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta, operasi pemadaman kebakaran di Museum Nasional berlangsung sekitar empat jam, mulai pukul 20.07 sampai 00.15 WIB.
Dia mengungkapkan, restorasi gedung cagar budaya yang dibangun pada 1862 ini akan dilakukan secara menyeluruh hingga tahun depan. Proses restorasi dimulai dari membuat kajian teknis arkeologis, kajian pengamanan dan keamanan museum, kajian koleksi, hingga peningkatan kapasitas sumber daya manusia pengelola museum.
"Saya mengakui pengelolaan keamanan ini yang kami masih belum, termasuk SDM-nya, sehingga orang-orang di dalam yang bertugas itu kami perlu perkuat ke depan, ini momentum mengubah cara kami bekerja ke depan," kata Fitra.
Proses konservasi Museum Nasional Indonesia diperkirakan akan memakan waktu satu tahun. Selama itu pula Gedung A museum akan ditutup sementara. Namun, penutupan ini tidak mengganggu layanan museum lainnya yang akan dibuka.
"Museum akan ditutup kemungkinan sampai setahun, kami akan memulihkan betul sampai dia oke untuk dibuka lagi, tetapi tidak mengurangi layanan museum dan ada juga museum virtual yang masih bisa diakses," ucapnya.
Sampai saat ini, tim yang melibatkan ahli konservator, arkeolog, antropolog, budayawan, sejarawan, kurator, dan akademisi tim baru berhasil mengidentifikasi 126 koleksi benda bersejarah di Gedung A Museum Nasional. Sementara itu, di Gedung A Museum Nasional terdapat 817 koleksi yang dipastikan terdampak kebakaran.
Ratusan koleksi tersebut ada di enam ruangan, yakni di Galeri Prasejarah, Galeri Keramik, Galeri Perunggu, Galeri Terakota, Ruang Budaya Indonesia, Ruang Alam Indonesia, dan Ruang Peradaban Islam. Koleksinya kebanyakan terbuat dari perunggu, keramik, terakota, dan kayu. Ada pula koleksi miniatur dan replika benda prasejarah yang ditemukan dalam kondisi utuh ataupun rusak ringan sampai berat.
Di sisi lain, Kepolisian Resor Jakarta Pusat sejauh ini memeriksa 37 saksi, mulai dari pekerja proyek renovasi, petugas satuan pengamanan atau satpam, hingga pegawai museum. Tim Laboratorium Forensik Polri juga terus melakukan penyelidikan di tempat kejadian sehingga belum ada hasil investigasi penyebab kebakaran dari kepolisian.