Kebakaran Museum Nasional merupakan sebuah keprihatinan. Warisan budaya dan ilmu pengetahuan yang dibangun tahun 1862 itu selayaknya diselamatkan.

Tiga hari setelah Museum Nasional terbakar, kita masih bertanya-tanya: mengapa, bagaimana, kok bisa? Belum terjawab memuaskan.

Terhitung sejak Sabtu (16 September 2023) malam, reaksi keprihatinan atas kebakaran museum kebanggaan bangsa itu berubah menjadi kemarahan ”sunyi” karena sejumlah pertanyaan publik itu belum juga terjawab. Bagaimana aset bangsa itu bisa terbakar, apa penyebabnya, dan mengapa hingga kini tidak juga terjelaskan, termasuk koleksi apa saja yang turut hangus atau tak bersisa.

Jawaban resminya, masih diselidiki pihak berwenang. Informasi lain, para saksi telah diperiksa dan koleksi repatriasi dari Belanda aman. Sebanyak 817 koleksi benda prasejarah di enam ruangan Gedung A Museum Nasional dipastikan terdampak kebakaran.

Kondisi bagian bangunan Museum Nasional di Jalan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat, yang terbakar, Sabtu (16/9/2023) malam.

Sebenarnya, meskipun penting dan memang perlu ditanyakan, bukan hanya tentang aman atau tidaknya nasib koleksi. Namun, publik mengikuti, menyoroti, dan berharap kasus ini segera terang benderang. Semua ini tentu bukan tanpa sebab.

Sebelumnya, bangunan Museum Bahari yang dibangun 1718 sebagai gudang rempah VOC, hangus dan runtuh sebagian karena terbakar, 16 Januari 2018. Sebelumnya lagi, 11 Agustus 2010, lebih dari 87 koleksi emas era Mataram Kuno dan Majapahit di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, dicuri (Kompas, 12 Agustus 2023). Hingga kini, kasusnya gelap.

Deretan berikutnya adalah pencurian di Museum Trowulan, Museum Blitar, dan Museum Radya Pustaka, Solo, pada 2000. Koleksi arca yang tak ternilai harganya raib. Bahkan, terkuak selanjutnya berbagai koleksi lain yang ternyata diganti artefak palsu.

Ironi, inilah nasib penyimpan dan perekat memori kolektif bangsa atau komunitas. Museum adalah acuan perspektif bangsa ketika berbagai kepentingan sesaat berbasis politik, etnis, dan keyakinan memecah belah bangsa atau komunitas.

Sebuah museum bukanlah tempat atau terminal akhir hidup sebuah benda. Peran dan fungsi museum lebih dari itu. Mungkin benar bahwa museum-museum besar sekaliber Smithsonian atau British Museum menyediakan ruang rekreasi, edukasi, dan bahkan mengeluarkan dan menghasilkan uang yang tidak kecil dari aktivitas itu.

Namun, lebih dari itu, dikutip dari Jurnal Britannica, tujuan museum di mana pun adalah melestarikan dan menginterpretasikan koleksi dari kesadaran budaya masyarakatnya. Kata kuncinya bukan menyimpan saja, tetapi pesan dan makna koleksi yang berguna bagi masa depan umat manusia.

Museum layaknya jangkar di tengah badai. Sesuatu yang penting dan vital untuk menjaga posisi tetap stabil.

Berbagai fungsi dan peran museum pastinya diketahui para pengelola dan museolog, juga para ahli. Kita apresiasi berbagai perubahan di museum, sekecil apa pun. Pada saat yang sama, kita terus mendorong keamanan museum dan benda koleksinya terus membaik. Demi bangsa yang utuh dan solid.