Ratusan koleksi benda prasejarah kini kondisinya rusak ringan dan berat, tetapi masih ada yang bisa diselamatkan. 21 orang saksi diperiksa dan beberapa rekaman CCTV mulai dianalisa polisi untuk mengungkap sumber api.

Oleh STEPHANUS ARANDITIO, AGUIDO ADRI

JAKARTA, KOMPAS - Sebanyak 817 koleksi benda prasejarah di enam ruangan Gedung A Museum Nasional Indonesia, Jakarta dipastikan terdampak kebakaran yang terjadi pada Sabtu (16/9/2023) malam. Kondisinya rusak ringan dan berat, tetapi masih ada benda yang masih bisa diselamatkan. Tim masih terus berupaya mengevakuasi benda tak ternilai tersebut untuk selanjutnya diperbaiki.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid mengatakan, proses evakuasi koleksi masih terus dilakukan dengan sangat hati-hati. Hampir 100 orang tim investigasi dari Kemendikbudristek bersama dengan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri telah menyelamatkan sejumlah besar artefak berharga dan sejarah yang ada di dalam Gedung A. Museum Nasional Indonesia atau Museum Nasional sendiri memiliki total 194.000 koleksi.

Koleksi dan benda bersejarah tersebut merupakan koleksi yang terbuat dari perunggu, keramik, terakota, dan kayu. Ada pula koleksi miniatur dan replika benda prasejarah yang ditemukan dalam kondisi utuh maupun rusak ringan sampai berat.

"Susah dikatakan (pemulihan sampai kapan), karena ada bagian tertentu dan kepingan kecil-kecil seperti tanah liat yang pecahannya kecil itu harus disambungkan, tetapi sebagian utuh, cukup banyak patung-patung perunggu yang kita lihat utuh dan sedikit terkena debu dari gedung," kata Hilmar di Museum Nasional, Jakarta, Selasa (19/9/2023).

Menurut Hilmar, koleksi di Museum Nasional tidak diasuransikan, sebab benda-benda bersejarah itu tidak ternilai harganya. Kata Hilmar, hal ini jamak dilakukan di seluruh negara terhadap benda-benda bersejarahnya.

"Ini sifatnya tidak ternilai, jadi kalau di Belanda juga tidak ada asuransinya, ini praktik yang lazim di seluruh dunia," ucapnya.

Pelaksana Tugas Kepala Museum dan Cagar Budaya, Kemendikbudristek Ahmad Mahendra menambahkan, proses evakuasi dilakukan dengan mengerahkan tim ahli khusus untuk mengangkat puing-puing dengan diawasi oleh tim evakuasi koleksi agar dapat mencermati dalam proses pengangkatan koleksi sejarah maupun material bangunan yang terbakar. Alat berat juga dikerahkan untuk mengangkat atap gedung yang rusak di ruangan terdampak.

Enam ruangan di Gedung A yang terbakar termasuk dalam bagian sejarah karena merupakan gedung lama Museum Nasional Indonesia yang dibangun pada tahun 1862 oleh pemerintah Hindia Belanda dan resmi dibuka untuk umum pada 1868.

Di gedung ini tersimpan koleksi-koleksi prasejarah, etnografi, dan keramik yang berasal pada masa prasejarah, klasik, dan kolonial. Koleksi-koleksi prasejarah terdiri atas alat-alat batu. Adapun koleksi etnografi berupa beragam patung dan peralatan tradisional dari berbagai suku di Indonesia.

Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU-MCB) berkomitmen memberikan rincian tentang daftar koleksi yang terdampak, serta langkah penanganan dan restorasinya setelah hasil investigasi resmi diperoleh dari Puslabfor Polri.

"Kejadian ini menjadi momentum bagi kami untuk melakukan perubahan di Museum Nasional Indonesia agar menjadi jauh lebih baik dan menuju standar permuseuman dunia," tutur Ahmad.

Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Komarudin menambahkan, sampai saat ini pihaknya sudah memeriksa 21 orang saksi, mulai dari pekerja renovasi, satuan pengamanan, dan pegawai museum.

Penyelidik juga masih menganalisa rekaman kamera pemantau atau CCTV untuk mencari titik awal api. Namun, sejauh ini, rekaman CCTV tidak langsung memperlihatkan awal titik api tersebut. Sejumlah CCTV juga mati karena ikut terbakar sehingga tidak merekam peristiwa kebakaran.

“Masih terus didalami termasuk dari CCTV. Dari pemeriksaan terlihat warna kemerahan yang ada pada bagian belakang museum. Tidak terlihat awal titik api. Jadi itu hanya sekedar petunjuk saja,” ujar Komarudin.

Dari pemeriksaan CCTV itu, nantinya akan dicocokkan dengan seluruh proses penyelidikan dan beberapa alat bukti berupa benda-benda yang terdampak kebakaran.

“Labfor masih pendalaman, jadi masih sebagian ruangan yang dibersihkan. Itu butuh waktu, kami harus ekstra hati-hati. Ada berbagai hal yang perlu diperhatikan selain penyelidikan terhadap penyebab kebakaran, kami juga mendalami untuk mencari tahu ada atau tidaknya barang yang hilang dari museum,” katanya.

Kenangan Megawati

Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri yang turut menengok kondisi museum pascakebakaran, pada Selasa (19/9) sore, menitipkan pesan agar melibatkan tim ahli dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam tim konservasi. Di balik musibah ini, tim museum bisa mempelajari kembali benda-benda peninggalan sejarah sekaligus memperbaiki tata kelola museum.

Ketua Dewan Pengarah BRIN itu didampingi oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, dan Wakil Kepala BRIN Laksamana Madya Amarulla Octavian. Saat berkeliling di lokasi kebakaran, Megawati menyinggung soal perlu adanya pengembangan pengetahuan pada setiap obyek di museum.

"Bekas kebakaran itu tetap harus dikumpulkan," kata Megawati dalam keterangan tertulisnya.

Megawati pun bernostalgia dengan Museum Nasional karena ia pernah menjadi sukarelawan pada tahun 1980-an. Waktu itu, Megawati dibimbing oleh konservator asal Madiun, Jawa Timur, Abu Ridho Sumoatmojo sekaligus ahli keramik oriental untuk mengonservasi keramik dari berbagai dinasti seperti China, Vietnam, dan Jepang.