Tiket Whoosh dapat dijual dengan paket ("bundling") guna menutupi transit yang terlalu banyak. Misalnya, PT KCIC bisa menerapkan harga Rp 300.000 untuk tiket Jakarta-Padalarang, termasuk tiket LRT.
Oleh YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
JAKARTA, KOMPAS — Kereta cepat Whoosh mulai dibuka secara komersial pada Rabu (18/10/2023). Sebagian masyarakat sudah menjajal moda transportasi ini dan membuktikan kecepatannya. Perbandingan harga dan kecepatan dengan moda transportasi lain, seperti kereta konvensional dan travel, tetap menjadi pertimbangan pengguna.
Karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Komang Gama Setiawan (28), menilai harga tiket KA Argo Parahyangan dan Whoosh masih berbeda jauh. Tiket kelas termurah KA Argo Parahyangan, yakni kelas ekonomi hanya Rp 150.000. Sementara Whoosh, harga tiket termurah untuk golongan ekonomi premium mencapai Rp 300.000.
Baca juga: Whoosh, China Ingatkan Jangan Asal Cepat di ”Sekuel” Kereta Cepat
Saat menggunakan Whoosh, ia memang hanya menghabiskan waktu sekitar 44 menit dari Stasiun Halim hingga Stasiun Tegalluar. Namun, waktu yang dihabiskan menuju Stasiun Bandung dengan kendaraan pengumpan mencapai 30 menit.
Secara keseluruhan, waktu tempuhnya memang jauh lebih singkat dibandingkan dengan Argo Parahyangan yang mencapai 3 jam. Namun untuk menempuh perjalanan Jakarta-Bandung, pilihan utamanya tetap jatuh pada Argo Parahyangan sebab perbedaan durasi 1,5 jam menurut dia tidak terlalu lama. Sementara perbedaan harga tiket yang mencapai dua kali lipat ia nilai memberatkan.
Preferensinya dalam memilih moda transportasi akhirnya bergantung pada agenda kegiatannya. Apabila ia sedang terburu-buru, ia tak keberatan menggunakan Whoosh. Sebaliknya, saat kondisi santai seperti masa libur, ia memilih naik Argo Parahyangan.
”Kereta cepat akan kelihatan (performanya) ketika makin jauh jaraknya, misal ke Surabaya. Untuk jarak jauh, sangat menghemat waktu, bisa jadi alternatif,” tutur Komang.
Hal serupa diutarakan konsumen lain, Ilvan Prasetia Nugraha (29) yang telah menjajal Whoosh. Kereta api menjadi opsi utamanya ketika ia membutuhkan ketepatan waktu.
Dalam sebulan, ia biasanya meluangkan waktu beberapa kali untuk berlibur dengan keluarga ke Bandung. Selama ini, ia kerap menggunakan mobil travel untuk bepergian Jakarta-Bandung dan sebaliknya. ”Kalau memilih travel itu karena shuttle-nya lebih dekat dengan tujuan saya,” ujar karyawan BUMN itu. Ia rela menghabiskan waktu 3-4 jam di jalan saat menggunakan moda transportasi itu.
Adapun Andrea Novita (27), yang berprofesi sebagai dokter umum, tertarik menggunakan Whoosh karena waktu tempuhnya jauh lebih cepat dari Argo Parahyangan atau mobil travel. Namun, kenyamanan perpindahan dari Whoosh ke kendaraan pengumpan (feeder)tetap jadi pertimbangannya. Jika terjamin, ia tak segan beralih moda transportasi.
Menurut Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRA) Deddy Herlambang, aspek pelayanan jadi perbedaan utama kedua jenis kereta tersebut. Argo Parahyangan menyediakan layanan dari dan ke pusat kota. Whoosh memang lebih cepat, tetapi harus berkali-kali transit jika ingin ke tujuan akhir.
”Dari segmentasi, secara geoekonomis mungkin orang juga berpikir, walaupun lebih murah dan lebih cepat, kita ke Stasiun Halimnya juga repot,” ujarnya.
Penumpang perlu transit hingga tiga kali untuk mencapai Stasiun Halim, Jakarta Timur. Transit bertambah satu kali ketika sampai di stasiun akhir di Tegalluar lalu naik kendaraan pengumpan ke stasiun utama, salah satunya Stasiun Bandung. Hal ini makin merepotkan ketika penumpang bepergian bersama keluarga. Sebab tak semua orang tahan melakukan transit berkali-kali.
Meski demikian, Deddy menambahkan, Argo Parahyangan pun kini ditinggalkan segmen menengah ke bawah karena mereka cenderung memilih kendaraan travel.
Guna mengoptimalkan efektivitas Argo Parahyangan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) dapat menurunkan harga tiketnya. Sementara, tiket Whoosh dapat dijual dengan paket (bundling) guna menutupi transit yang terlalu banyak. Misalnya, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), pengelola Whoosh, bisa menerapkan harga Rp 300.000 untuk tiket Jakarta-Padalarang, sudah termasuk tiket LRT.
”Jadi, orang akan menggunakan LRT, okupansi LRT naik, okupansi Whoosh juga naik,” kata Deddy.
Selain itu, PT KCIC bisa menyediakan bus shuttle di lokasi-lokasi padat penduduk guna meningkatkan jumlah penumpang. Apalagi, masyarakat yang akan ke Bandung ingin merasakan suasana privat. Begitu membeli tiket, mereka berhak mendapatkan suasana privat.
Ketua Institut Studi Transportasi Darmaningtyas berpendapat, Whoosh memiliki potensi pasar pada penumpang yang ingin menjajal kereta itu. Mereka yang sensitif soal tarif adalah penumpang yang menggunakannya secara rutin.
Kendalanya saat ini, angkutan pengumpan di Tegalluar belum beres. Padahal, warga Bandung Timur hingga Sumedang banyak yang turun di sana. Ketiadaan jaminan kendaraan pengumpan itu mendorong mereka memilih mengendarai kendaraan travel yang langsung mengantar ke tempat tujuan.
Di sisi lain, Argo Parahyangan justru bisa mendapat pasar baru ketika mengubah pola operasional dengan menambah pemberhentiannya, seperti di Cikampek, Cikarang, dan Bekasi. Upaya ini diperkirakan hanya menambah waktu perjalanan 10 menit, ketika ruas tertentu dapat dipacu lebih kencang.
”Mungkin keduanya akan berjalan beriringan karena akan muncul demand baru dari tempat-tempat pemberhentian baru dan tarifnya harus kompetitif dengan Whoosh,” kata Darmaningtyas.
Masyarakat dapat memesan tiket perjalanan Whoosh mulai Rabu (18/10/2023) dengan tarif Rp 300.000 untuk kelas ekomomi premium. Rute perjalanan yang dilayani adalah Halim-Padalarang serta Halim-Tegalluar, begitu pula sebaliknya. Tarif itu berlaku untuk seluruh tujuan dengan tambahan layanan gratis kereta pengumpan dari dan menuju Stasiun Padalarang, Cimahi, dan Bandung.
Khusus keberangkatan 18 Oktober-30 November 2023, PT KCIC memberikan tarif promosi senilai Rp 150.000 dengan rute Halim-Padalarang serta Halim-Tegalluar, dan sebaliknya.
”KCIC akan menggunakan strategy dynamic pricing sehingga penerapan tarif akan mengikuti pola permintaan atau strategi perusahaan dengan menggunakan perhitungan dan kajian yang tepat,” ujar Sekretaris Korporasi PT KCIC Eva Chairunisa dalam keterangan tertulisnya.
Adapun tiket Whoosh dapat dipesan melalui situs ticket.kcic.co.id, mesin penjual otomatis di stasiun, serta loket. Selain itu, pembelian juga dapat dilakukan di aplikasi Whoosh dan aplikasi pemesanan tiket lainnya mulai Selasa (17/10/2023). PT KCIC juga terbuka terhadap pemesanan untuk perjalanan grup atau rombongan melalui permohonan resmi.
Terdapat 14 perjalanan Whoosh per hari dengan rincian tujuh perjalanan, dari Stasiun Halim, Jakarta, dan tujuh dari Stasiun Tegalluar, Jawa Barat. Keberangkatan pertama di setiap stasiun dimulai pukul 06.40. Adapun kereta terakhir bergerak pada pukul 18.50.
Dalam rentang 14-17 Oktober 2023, total ada 10.200 tiket yang sudah dipesan masyarakat. Sebanyak 3.050 pemesanan berupa tiket perseorangan, sedangkan 7.150 lainnya adalah tiket rombongan.
Adapun tiket Whoosh dapat dipesan melalui situs ticket.kcic.co.id, mesin penjual otomatis di stasiun, serta loket. Selain itu, pembelian juga dapat dilakukan di aplikasi Whoosh dan aplikasi pemesanan tiket lainnya mulai Selasa (17/10/2023). PT KCIC juga terbuka terhadap pemesanan untuk perjalanan grup atau rombongan melalui permohonan resmi.
Terdapat 14 perjalanan Whoosh per hari dengan rincian tujuh perjalanan, dari Stasiun Halim, Jakarta, dan tujuh dari Stasiun Tegalluar, Jawa Barat. Keberangkatan pertama di setiap stasiun dimulai pukul 06.40. Adapun kereta terakhir bergerak pada pukul 18.50.
Dalam rentang 14-17 Oktober 2023, total ada 10.200 tiket yang sudah dipesan masyarakat. Sebanyak 3.050 pemesanan berupa tiket perseorangan, sedangkan 7.150 lainnya adalah tiket rombongan.