Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi sebesar 0,02% secara bulanan (month to month/mtm) pada Agustus 2023. Deflasi tersebut ditandai dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 115,24 pada Juli 2023 menjadi 115,22 di Agustus 2023.

"Jika dilihat secara series, deflasi Agustus ini sejalan dengan kondisi Agustus tahun lalu yang sebesar 0,21%, jadi deflasi ini tidak lebih dalam," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Jumat (1/9).

Kelompok pengeluaran yang dominan mendorong deflasi secara bulanan pada Agustus 2023 ialah makanan, minuman, dan tembakau. Kelompok itu tercatat mengalami deflasi 0,25% (mtm) dan memberikan andil terhadap deflasi umum sebesar 0,07% (mtm).

Komoditas utama yang menyebabkan deflasi di kelompok tersebut yakni, daging ayam ras dengan andil terhadap deflasi 0,07% (mtm), bawang merah 0,05% (mtm), telur ayam ras, 0,02% (mtm), dan ikan segar 0,01% (mtm).

Sedangkan dari sisi komponen, BPS mencatat adanya deflasi pada komponen harga diatur pemerintah dan harga bergejolak, masing-masing deflasi 0,02% (mtm) dan 0,51% (mtm). Sedangkan komponen inti tercatat mengalami inflasi 0,13% (mtm).

"Komponen harga bergejolak deflasi 0,51% (mtm), ini pertama di 2023. Komponen ini memberikan andil 0,09% (mtm). Komdoitas yang dominan memberikan andil adalah daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras dan kacang panjang," jelas Pudji.

Adapun secara tahunan (year on year/yoy), BPS mencatat terjadi inflasi 3,27% pada Agustus 2023. Inflasi itu lebih tinggi dari Juli 2023 yang tercatat 3,08% (yoy).

Kelompok pengeluaran transportasi tercatat mengalami inflasi tertinggi pada Agustus 2023, yakni 9,65% (yoy) dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 1,18% (yoy).

Komoditas utama yang mendorong inflasi di kelompok tersebut ialah bensin dengan andil terhadap inflasi 0,83% (yoy), tarif angkutan dalam kota 0,09% (yoy), tarif angkutan antarkota 0,05% (yoy), solar 0,03% (yoy), dan tarif kereta api 0,03% (yoy).

Kelompok lain yang juga mencatatkan inflasi tinggi ialah makanan, minuman, dan tembakau, yaitu 3,51% (yoy) dengan andil terhadap inflasi umum 0,92% (yoy). Beberapa komoditas penyumbang terbesar inflasi diantaranya adalah beras 0,41% (yoy) rokok kretek filter 0,21% (yoy), dan biaya kontrak rumah 0,11% (yoy). (E-1)