SEJUMLAH ekonom optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapau di angka 5 persen di tengah adanya konflik geopolitik yang membuat dinamika global yang masih diterpa ketidakpastian.
Belum usai konflik antara Rusia-Ukraina, dunia saat ini mengalami turbulensi kembali. Serangan Israel ke Palestina memicu ketegangan di wilayah Timur Tengah yang membuat pasokan komoditas kembali tersendat.
"Meski begitu, di tingkat nasional, saya optimistis ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 5 persen," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi melalui keterangan yang diterima, Senin (30/10).
Tahun politik, lanjutnya, diprediksi akan mendorong daya belanja masyarakat. Ia mendorong pemerintah untuk meningkatkan sektor komoditas dan industri manufaktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Perlu diketahui, 50% dari pertumbuhan ekonomi itu berasal dari konsumsi rumah tangga, sisanya dari investasi, kemudian ekspor dan impor. Untuk itu, kita harus menjaga daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga komoditas," pesannya.
Saat ini negara-negara sedang mengalami permasalahan inflasi, ketegangan politik di kawasan memicu permasalahan lainnya. Data International Monetary Fund (IMF) bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bisa melambat menjadi 2,9% pada 2024 dari perkiraan sebelumnya di angka 3%.
"Saat ini negara-negara Timur Tengah merupakan produsen minyak mentah, sehingga sudah tentu perang Hamas-Israel akan memicu ketidakstabilan mengganggu pasokan energi dan pangan yang berujung naiknya harga minyak dan komoditi," terang Ibrahim.
Menurutnya, sektor energi dan pangan adalah faktor pemicu inflasi secara global. Padahal sebelum ada perang tersebut, tekanan dari inflasi global sudah mulai menurun, namun ternyata semua dikagetkan oleh perang Hamas dan Israel.
"Ini seperti kembali pada titik sebelumnya. Ketidakpastian global juga dipicu perlambatan ekonomi Amerika dan Tiongkok. Saat ini Amerika berada pada tekanan inflasi, sehingga memaksa The Fed harus menahan daya beli masyarakat. Namun pada sisi lain mereka juga harus bisa menjaga jumlah uang yang beredar," jelasnya.
Sementara Tiongkok saat ini sedang mengalami kisruh Evergrande yang mengalami permasalahan keuangan. IMF juga melaporkan pada triwulan ketiga 2023, ada semacam pesimisme dikarenakan tekanan inflasi tetap ada dan pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan atau bahkan menurun akibat ketidakpastian global.
Dalam penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 48 point walaupun sebelumnya sempat menguat 55 point dilevel Rp15.890 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.938.
Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.870-Rp15.950. (Z-5)