Digitalisasi pembelajaran menjadi jalan keluar yang efektif untuk memperluas akses pendidikan tinggi. Untuk itu, pengembangan pembelajaran digital perlu dirancang agar mudah diakses oleh mahasiswa dari aneka komunitas.

 
 
Oleh
ABDUL HARIS

Ilustrasi

SUPRIYANTO

Ilustrasi

Tanggal 17 Agustus, seluruh masyarakat merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Momentum istimewa untuk mengingat kembali cita-cita berdirinya republik ini agar kita tidak lupa tujuan berhimpun dalam kesatuan bangsa dan negara, serta membantu kita mempersiapkan langkah ke depan. Salah satu alasan utama mengapa Indonesia dilahirkan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana mandat mukadimah konstitusi.

Sejak awal kemerdekaan, Indonesia punya pekerjaan rumah untuk mendidik putra-putri bangsa melalui inklusi pendidikan berkualitas, terutama di perguruan tinggi. Pada 2022, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi di Indonesia masih 31,16 persen. Namun, strategi perluasan akses pendidikan secara konvensional melalui penambahan kuota mahasiswa dan jumlah dosen memerlukan waktu lebih lama dan biaya lebih besar. Di hadapan situasi demikian, digitalisasi pembelajaran menjadi jalan keluar yang efektif.

Akselerasi digitalisasi pembelajaran

Hingga usia 78 tahun, Indonesia telah mengalami berbagai ujian, salah satunya pandemi Covid-19 yang baru saja kita lalui. Kalau ada yang patut kita syukuri dari pandemi Covid-19 yang telah memorakporandakan berbagai kemapanan dan pakem di dunia pendidikan tinggi adalah bagaimana fenomena tersebut melecut akselerasi digitalisasi pembelajaran secara eksponensial.

Sejatinya gagasan pembelajaran berbasis internet telah lama digaungkan oleh para pembuat kebijakan dan pengamat pedagogi, bahkan beberapa perguruan tinggi di Indonesia telah mengimplementasikan sistem tersebut jauh-jauh hari. Akan tetapi, sebelum pandemi melanda, imbauan-imbauan tersebut tidak diikuti dengan aksi dan penerapan yang konkret dan massal, malah cenderung berisi "latahisme" berbalut jargon menuju Revolusi Industri 4.0.

Baca juga: ”New IT” dan Reposisi Pendidikan Tinggi

Menariknya, saat Covid-19 mulai terdeteksi di Tanah Air dan pemerintah membatasi mobilitas penduduk, dalam waktu yang relatif singkat, adaptasi lewat beragam platform berbasis internet, penyelenggaraan kelas daring, dan produksi massive open online courses (MOOCs) terbukti mampu menjadi solusi penutupan kelas sebagai konsekuensi yang tak terhindarkan untuk mencegah rantai penularan virus. Kini, ketika pandemi telah berhasil teratasi, pembelajaran digital telah menjadi pola normal baru dan bahkan bersintesis dengan pola pembelajaran tradisional, menjadi pembelajaran bauran (blended learning).

Naif apabila mengatakan bahwa utilisasi digital dalam pembelajaran hanya membawa kemudahan dan manfaat semata. Faktanya, meskipun terdapat beberapa dampak positif, rupanya masih banyak sivitas akademika yang kesulitan dalam memanfaatkan sumber daya pembelajaran daring. Oleh karena itu, tatkala pandemi berakhir, mereka berangsur-angsur kembali ke mode tatap muka penuh.

Sementara itu, walaupun tantangan tersebut memang nyata, di sisi lain mahasiswa difabel mengutarakan bahwa pembelajaran digital terasa lebih mudah diakses dan inklusif. Maka, bagaimana strategi digitalisasi pendidikan tinggi ke depan supaya terus diminati dan tetap kompatibel dengan tantangan zaman?

Perbandingan anggaran pemerintah untuk pendidikan dan investasi pendidikan digital Indonesia dengan sejumlah negara lain berdasarkan kajian yang dilakukan lembaga konsultan manajemen global Kearney.

DOKUMENTASI KEARNEY

Perbandingan anggaran pemerintah untuk pendidikan dan investasi pendidikan digital Indonesia dengan sejumlah negara lain berdasarkan kajian yang dilakukan lembaga konsultan manajemen global Kearney.

Strategi implementasi

Dalam pengembangan pembelajaran digital ke depan, perguruan tinggi perlu menyediakan fondasi pendidikan digital melalui investasi infrastruktur fisik dan teknis serta peningkatan kualitas sumber daya pengelolanya. Strategi ini bertujuan untuk mengembangkan ekosistem pembelajaran yang holistik, komprehensif, dan terintegrasi disertai dengan teknologi mutakhir.

Pengembangan smart classroom, pemanfaatan virtual realty (VR) dan augmented realty (AR), serta aplikasi kecerdasan buatan adalah beberapa contoh strategi menyediakan pengalaman akademik terbaik bagi mahasiswa. Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, upgrading fasilitas pembelajaran perlu diikuti dengan peningkatan kapasitas manusia sebagai praktisi berkemampuan digital. Saat ini, telah banyak perkuliahan di Indonesia yang mulai memanfaatkan teknologi mutakhir seperti di atas.

Strategi selanjutnya adalah memanfaatkan digitalisasi pendidikan tinggi untuk mengatasi kesenjangan struktural dalam pembelajaran sehingga mengaktifkan lingkungan pendidikan yang inklusif. Salah satu masalah utama pendidikan tinggi di Indonesia adalah inklusivitas dan angka partisipasi yang rendah. Hal ini tidak saja disebabkan oleh hambatan ekonomi dan intelektualitas anak, tetapi juga keterbatasan daya tampung universitas.

Strategi selanjutnya adalah memanfaatkan digitalisasi pendidikan tinggi untuk mengatasi kesenjangan struktural dalam pembelajaran sehingga mengaktifkan lingkungan pendidikan yang inklusif.

Selain itu, proses pembelajaran tatap muka di kampus juga cenderung sulit diikuti oleh mahasiswa difabel sehingga kurang inklusif. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran digital perlu dirancang agar mudah diakses oleh mahasiswa dari aneka komunitas. Alih-alih berasumsi bahwa semua user fasilitas pembelajaran digital adalah mahasiswa yang sempurna dan digital native, pengembang e-learning harus menyediakan ruang-ruang penyesuaian (adjustment) bagi pengguna difabel serta dapat dipahami oleh semua pengguna dengan digital skills yang beragam.

Guna meningkatkan dampak, manfaat, dan relevansinya, digitalisasi pendidikan tinggi hendaknya juga diarahkan untuk mendukung jangkauan universitas di tingkat global. Tujuan universitas adalah pembangunan manusia di tingkat nasional, regional, dan global melalui pengajaran dan penelitian serta diseminasinya lewat segala cara.

Dengan konektivitas internet yang melampaui batas-batas negara, sumber daya pembelajaran digital kini memiliki peluang untuk menjangkau audiens internasional, khususnya bagi mahasiswa, dosen, peneliti, dan para profesional di negara lain. Kampus di Indonesia harus memiliki cita-cita untuk mengeliminasi barrier geografis dan meningkatkan visibility-nya di kalangan komunitas epistemik dunia.

Baca juga : Pendidikan Tinggi 4.0

Digitalisasi pendidikan tinggi mampu menjadi wadah eksperimentasi dan inovasi. Sistem e-learning terhubung dengan teknologi digital yang canggih dan praktik pembelajaran yang inovatif untuk memastikan agar proses pengajaran dan kurikulum relevan dengan dinamika terkini. Untuk itu, penting mengembangkan model, struktur, dan jaringan pendanaan yang berkelanjutan serta menjalin kemitraan strategis dengan banyak pihak. Lewat hubungan dengan para praktisi, dunia industri, dan filantropi, terjadi pertukaran pengetahuan dan sumber daya sehingga membantu ekosistem pembelajaran digital menemukan praktik terbaiknya.

https://cdn-assetd.kompas.id/b_CrKffWM0bV0g5mX-rGTYez1w4=/1024x1499/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F11%2F23%2F20201123-Opini-7_Web_1606140108_jpg.jpg

Kemitraan dan komitmen

Perlu disadari bahwa digitalisasi pendidikan tinggi di beberapa kampus di Indonesia kerap tidak memiliki alokasi anggaran tersendiri. Kalaupun ada, jumlahnya cenderung terbatas karena seringnya hanya dipandang sebagai suplemen sumber daya pembelajaran konvensional. Akan tetapi, kemitraan dengan program transformasi digital yang lebih luas mampu menjembatani persoalan tersebut.

Misalnya, di Indonesia, sejumlah universitas telah bersinergi dengan Indonesia Cyber Education Institute (ICE Institute) untuk menyediakan mata kuliah daring berkualitas. Kemitraan serupa juga dilakukan oleh Universitas Indonesia (UI) dengan Coursera dan LinkedIn Training sehingga mahasiswa dapat mengakses fasilitas ­e-learning secara gratis. Di tengah keterbatasan modalitas perguruan tinggi untuk melakukan transformasi digital, kemitraan menjadi hal yang penting dan strategis.

Baca juga : Strategi Transformasi Digital Pendidikan Tinggi

Digitalisasi pendidikan tinggi merupakan langkah mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia karena memperluas jangkauan pendidikan tinggi di Tanah Air sekaligus meningkatkan relevansinya di tingkat global, jika dirancang dan dikelola dengan tepat. Perencanaan, implementasi, pengawasan, dan evaluasi terhadap strategi-strategi di atas adalah kunci keberhasilannya.

Tak sekadar investasi dan pendanaan dalam infrastruktur digital, kesuksesan pengembangan pembelajaran digital perguruan tinggi perlu ditunjang dengan orkestrasi antara kebijakan, sarana-prasarana, dan sumber daya manusia. Selain itu, pengawasan dan pemantauan menjadi suatu keniscayaan dalam mengartikulasikan strategi tersebut menjadi kenyataan. Tanpa visi, strategi, dan konsistensi, digitalisasi pendidikan hanya sekadar berpindah wadah.

Abdul HarisWakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia

Abdul Haris

ARSIP OLD.UI.AC.ID

Abdul Haris

 
 
Editor:
YOVITA ARIKA