<img alt="" data-cke-saved-src="https://www.dpr.go.id/images_pemberitaan/images/2023/2023%20November/DSC08905-scaled.jpg" src="https://www.dpr.go.id/images_pemberitaan/images/2023/2023%20November/DSC08905-scaled.jpg" :467px;="" width:700px"="" style="box-sizing: border-box; border: 0px; vertical-align: middle; margin: 10px; width: 658.698px; max-width: 100%;">
Anggota Komisi VIII DPR RI Wisnu Wijaya mengapresiasi keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam melobi pemerintah kerajaan Arab Saudi sehingga bisa memperoleh kuota tambahan sebanyak 20 ribu. Menurutnya, hal ini akan berdampak pada masa tunggu jemaah, yang harapannya, bisa dipangkas dengan signifikan.
“Sejujurnya, ketika kami reses beberapa waktu lalu, masalah masa tunggu ini yang menjadi keprihatinan banyak konstituen kami. Karena ada yang harus menunggu hingga 40 tahunan lebih, sementara usia mereka saat ini ada yang sudah kadung menginjak 50-an bahkan sudah sepuh,” kata Wisnu dalam keterangan pers yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Senin (6/11/2023).
Wisnu mengatakan, penambahan kuota ini pastinya akan membawa konsekuensi berupa tantangan yang lebih besar bagi Kemenag untuk penyelenggaraan haji di tanah suci pada tahun depan. Apalagi, pihaknya juga masih menyimpan sejumlah catatan serius yang mesti jadi atensi serius terkait penyelenggaraan haji pada tahun 2023.
“Pertama, tingginya angka wafat jemaah yang mencapai 775 orang, dengan rincian usia yang meninggal di atas 65 tahun/lansia sebanyak 577 orang dan usia di bawah 65 tahun sebanyak 198 orang. Untuk itu, gagasan untuk memperkuat screening kesehatan kepada calon jemaah, khususnya bagi lansia, sebelum mereka melakukan pelunasan pembayaran patut dipertimbangkan dengan serius,” imbuh Politisi Fraksi PKS ini.
Perlu dicatat, tegasnya, screening ini bukan menghambat orang untuk ibadah, melainkan ikhtiar untuk memelihara jiwa (hifdzun nafs) yang merupakan bagian dari tujuan syariat (Maqashid Syariat)
Selain itu, Ia menambahkan pelayanan katering, transportasi, akomodasi bagi jemaah perlu dihadirkan lebih memadai selama rangkaian haji. Wisnu berharap tidak ada lagi kabar jemaah yang sempat terlantar di Muzdalifah sampai tidur di luar tenda di Mina karena tenda yang tersedia tidak mampu menampung seluruh jemaah. Hal itu mengingat cuaca di sana cukup ekstrim sehingga sangat berisiko jika terpapar langsung dalam rentang waktu lamaah.
“Kami berharap permasalahan teknis di lapangan tersebut bisa kita hindari jauh-jauh hari. Untuk itu, saya mendorong Kemenag agar bisa segera menyusun berbagai rencana kontinjensi dari berbagai preseden yang sudah ada demi menghadirkan layanan haji yang lebih nyaman dan berkualitas bagi jemaah,” harap Wisnu. (tn/rdn)