Anies dan Muhaimin, dua tokoh aktivis mahasiswa UGM di era Orde Baru itu dipersatukan dalam Pilpres 2024.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Calon presiden Anies Baswedan menyimulasikan pencoblosan kertas suara bergambar dirinya di depan pendukungnya saat berkampanye di Gedung Olahraga Laga Tangkas, Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/11/2023).
Anies Rasyid Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar lahir dari rahim perguruan tinggi yang sama, yaitu Universitas Gadjah Mada. Keduanya dipertemukan dalam konstelasi politik yang tidak terduga. Semangat sebagai mantan aktivis mahasiswa turut memberi energi keduanya untuk menawarkan perubahan di negeri ini.
Dari sisi usia, Anies sebenarnya lebih muda tiga tahun di bawah Muhaimin. Namun, usia tidak bisa membedakan keduanya. Kedua tokoh ini dilahirkan dan ditempa dari masa gejolak politik di akhir periode rezim Orde Baru.
Perjalanan menjadi aktivis mahasiswa inilah yang menjadi titik temu pertama dua sosok yang menjadi pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024 ini.
Pasangan Anies-Muhaimin atau disingkat Amin diusung oleh koalisi Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Jika mengacu pada perolehan kursi di DPR 2019-2024, koalisi ketiga partai politik ini menguasai 167 kursi atau 29,04 persen dari total kursi parlemen.
Setelah melewati fase aktivisme kemahasiswaan di kampus, keduanya memilih jalur karier yang berbeda. Anies lebih memilih jalur akademik, sedangkan Muhaimin mengambil jalur politik meskipun keduanya juga pernah merasakan di jalur profesional yang tak jauh-jauh dari dunia aktivisme mereka. Selanjutnya, Anies dan Muhaimin mengalami titik kehidupan yang berbeda, tetapi dipertemukan kembali di titik yang sama pada momentum Pemilu 2024 ini.
Anies yang memilih meneruskan langkah di jalur akademik dan Muhaimin yang mengambil rute politik, sebagai bagian dari tahapan hidup yang dijalani setelah mengakhiri masa studi kesarjanaan di kampus, pada akhirnya menjadi masa penempaan kepemimpinan bagi keduanya. Fase inilah yang menjadi titik pertama yang menempa ketokohan sekaligus kepemimpinan Anies dan Muhaimin.
Baca juga: Anies-Muhaimin Usung Prinsip Keadilan untuk Cegah Perpecahan
Anies lebih banyak ditempa di dunia akademik. Sebelum menyelesaikan gelar sarjana ekonomi dari UGM, Anies mengikuti kuliah musim panas di Sophia University, Tokyo, Jepang, dalam bidang kajian Asia pada 1993. Ia mendapat beasiswa JAL Foundation karena memenangi lomba menulis mengenai lingkungan.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Hiasan kepala berupa bando yang bergambar pasangan calon presiden Anies Baswedan dan calon wakil presiden Muhaimin Iskandar yang dijual pedagang asongan saat Anies hadir berkampanye di Gedung Olahraga Laga Tangkas, Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/11/2023).
Dunia akademik memang melekat dalam diri Anies. Peran orangtuanya, Rasyid Baswedan dan Aliyah, yang merupakan pendidik, tak bisa dilepaskan. Selepas menyandang gelar sarjana ekonomi dari UGM pada 1995, Anies melanjutkan studinya ke luar negeri. Departemen Kebijakan Publik, University of Maryland, College Park, Amerika Serikat, menjadi pilihannya. Setelah mendapatkan gelar master, pendidikannya kemudian berlanjut dengan meraih gelar PhD di Departemen Ilmu Politik Northern Illinois University, AS. Disertasi yang ia tulis adalah tentang otonomi daerah dan demokrasi.
Dunia pendidikan menempa dan mengasah jiwa kepemimpinan Anies sehingga turut membentuknya sebagai pribadi yang kerap terlibat dengan upaya-upaya perubahan. Sembari menjalani dunia profesional sebagai peneliti, Anies kemudian tercatat menginisiasi sejumlah gerakan yang memberikan kontribusi pada perubahan. Sebut saja Gerakan Indonesia Mengajar, Gerakan Indonesia Menyala, dan Gerakan Kelas Inspirasi yang tak bisa dilepaskan dari namanya sebagai penggagas.
Jiwa kepemimpinan Anies semakin terlihat saat menjadi Rektor Universitas Paramadina (2007-2014). Tulisannya di harian Kompas saat masih menjadi rektor menjadi perbincangan publik. Tulisan berjudul ”Ini soal Tenun Kebangsaan. Titik!” yang dimuat pada Selasa, 11 September 2012, itu menegaskan pikiran Anies soal kemajemukan sebagai kekuatan dari bangsa ini.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, berkampanye di Gelanggang Olahraga Mini Sumatera Utara, Medan, Minggu (12/3/2023). Anies mengangkat isu bahan pokok yang mahal, pengangguran yang tinggi, dan lalu lintas Kota Medan yang macet.
Pikiran ini sempat ”digugat” saat Anies memenangi pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017. Isu politik identitas kerap diarahkan kepadanya. Namun, di situlah letak jiwa kepemimpinan Anies ditempa. Setiap kritik yang muncul selalu dihadapi dengan tenang. ”Dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang”, begitu prinsip yang selalu Anies pegang. Kepemimpinan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi titik kedua kehidupan publiknya setelah ditempa dunia aktivisme dan gerakan sosial.
Adapun Muhaimin lebih banyak ditempa di dunia politik. Sama dengan Anies, karier sebagai aktivis mahasiswa, terutama menjadi pimpinan puncak PMII, adalah titik pertama Muhaimin bersentuhan dengan urusan publik. Awalnya, ia dipercaya memimpin PMII Cabang Yogyakarta tahun 1991. Kepemimpinannya di Yogya inilah yang menjadi pintu bagi Muhaimin melenggang ke pentas nasional. Ia terpilih sebagai Ketua Umum PB PMII dalam Kongres PMII XI di Samarinda, Kalimantan Timur.
Pengalaman sebagai Ketua Umum PB PMII menjadi modal bagi Muhaimin memasuki dunia politik praktis. Kesempatannya terbuka lebar sebagai generasi baru politik yang dilahirkan dari rahim reformasi 1998. Pada 23 Juli 1998, sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama, termasuk Ketua Umum Pengurus Besar NU Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, mendeklarasikan PKB. Muhaimin langsung dipercaya menjadi sekretaris jenderal mendampingi Ketua Umum PKB yang pertama, Matori Abdul Djalil. Inilah titik kedua bagi Muhaimin bersentuhan dengan ruang publik, terutama dalam panggung perpolitikan nasional.
Baca juga: Gus Muhaimin: Mewujudkan Keadilan Politik dan Kesejahteraan Hidup
Sejarah merekam, prestasi puncak PKB adalah mengantarkan Gus Dur sebagai Presiden RI pada 1999. Namun, Sidang Istimewa MPR, 21 Juli 2001, mengakhiri pemerintahan Gus Dur yang berdampak pada dinamika internal PKB. Lahirnya dualisme kepengurusan, yakni versi Matori yang turut mendukung penjatuhan Gus Dur dan versi Alwi Shihab. Putusan Mahkamah Agung menyatakan PKB versi Alwi Shihab yang sah dan Muhaimin berada dalam gerbong ini.
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Muhaimin Iskandar
Pada Muktamar Ke-2 PKB 2005, Muhaimin terpilih menjadi Ketua Umum PKB. Hasil muktamar ini semakin mengukuhkan titik kehidupan Muhaimin dalam panggung politik. Cicit dari salah satu pendiri NU ini tercatat sebagai sosok ketua umum partai politik termuda ketika awal menjabat sekaligus terlama kedua setelah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Memimpin PKB sepanjang 18 tahun terakhir cukup membuat Muhaimin menjadi politisi yang diperhitungkan meskipun isu seputar konfliknya bersama Gus Dur juga terus mewarnai perjalanan tersebut. Dari rekam jejak politik itulah, sejumlah jabatan pernah disandang Muhaimin, mulai dari lembaga legislatif sebagai Wakil Ketua DPR dan Wakil Ketua MPR hingga di eksekutif sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Tidak hanya itu, sepanjang kepemimpinan Muhaimin sebagai ketua umum, langkah PKB yang bergabung dengan pemerintahan juga menjadikan sejumlah kader partai ini duduk dalam kabinet pemerintahan.
Pemilu 2024 menjadi titik temu kedua antara Anies dan Muhaimin setelah mereka dipertemukan saat menjadi aktivis mahasiswa. Opsi menyandingkan kedua sosok ini menjadi pasangan capres-cawapres juga di luar perkiraan banyak pihak, termasuk partai-partai politik koalisi pengusung. Dalam sejumlah tayangan podcast juga disebutkan bagaimana Anies dan Muhaimin mengakui, bersatunya mereka dalam satu pasangan ini di luar perkiraan. ”Ini opsi yang tidak pernah dipikirkan. Unthinkable,” kata Anies.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Suasana saat berlangsungnya kampanye calon presiden Anies Baswedan di Gedung Olahraga Laga Tangkas, Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/11/2023).
Kini pertemuan keduanya dalam satu pasangan capres dan cawapres adalah titik temu bagi karier kehidupan publik mereka. Anies dan Muhaimin juga kerap menyebutkan rekam jejak perkenalan mereka yang panjang sejak mahasiswa menjadi ikatan yang memudahkan keduanya untuk cepat menyatu. Dalam sejumlah kesempatan, kedua sosok ini juga menyatakan sebagai pasangan dwitunggal yang saling melengkapi satu sama lain. Sesama mantan aktivis mahasiswa yang bertekad menawarkan perubahan bagi Indonesia.