Insiden pilot tidur dalam penerbangan Batik Air bisa mengganggu pemulihan pariwisata Indonesia.

Oleh BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA, YOSEPHA DEBRINA RATIH

JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Gabungan Pengusaha Industri Pariwisata atau GIPI Hariyadi Sukamdani mengatakan, insiden pilot Batik Air yang tertidur saat menerbangkan pesawat dari Kendari ke Jakarta bisa memberikan citra negatif pariwisata Indonesia di mata mancanegara. Sebab, wisatawan mancanegara atau wisman bisa langsung menilai penerbangan domestik Indonesia berbahaya dan ceroboh. Hal ini bisa menurunkan kunjangan wisman ke Tanah Air.

“Ini pasti berpengaruh sekali ke kunjungan wisman ke Indonesia. Ini kan viral ke mana-mana. Ini jadi citra negatif bahwa penerbangan domestik Indonesia ini tidak menjamin keselamatan dan ceroboh,” ujarnya dihubungi Sabtu (9/3/2024).

Hariyadi mengatakan, wisman akhirnya menjadi cemas berkunjung ke Indonesia. Kalaupun mereka sudah tiba di Tanah Air, mereka pun bisa cenderung memilih menetap di satu lokasi saja dan enggan terbang ke destinasi wisata domestik di daerah lainnya.

“Mereka kan punya pilihan mau ke Indonesia atau tidak? Oh ternyata safety penerbangannya kurang, mereka tidak jadi ke sini. Misal sudah sampai di Bali, ya sudah di sana saja. Tidak mampir ke daerah lain karena meragukan keselamatan penerbangan domestiknya,” ujar Hariyadi.'

Sistem penilaian

Bagi wisatawan domestik atau penumpang dalam negeri, Hariyadi melanjutkan, juga dirugikan. Sebab masyarakat tidak punya banyak alternatif dalam hal maskapai penerbangan yang bisa dipercaya.

Ia meminta regulator, maskapai terkait, dan seluruh pemangku kepentingan industri penerbangan berbenah secara menyeluruh. Audit dan pemeriksaan beban kerja yang sesuai dan waktu istirahat yang cukup bagi pilot mesti dilakukan. Tujuannya agar industri penerbangan dalam negeri bisa diandalkan untuk turut mendorong pengembangan pariwisata Tanah Air.

Hariyadi juga mengatakan, regulator perlu membuat semacam publikasi dan penghargaan kepada maskapai yang mencatat prestasi sepanjang tahun. Misalkan, maskapai yang paling tepat waktu. Dengan demikian, publik bisa menilai sendiri. Maskapai yang berkinerja buruk akan dengan sendirinya tersisih dari pilihan publik.

“Hal ini mendorong maskapai untuk membenahi pengelolaannya. Selain itu juga menjadi insentif bagi maskapai untuk berlomba-lomba mendapatkan kepercayaan dari publik,“ ujar Hariyadi.

https://cdn-assetd.kompas.id/Waahyr8AYbONmrgKtlNAKC6e_yw=/1024x544/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F01%2F25%2Fff7b99d4-c9c7-441b-90ee-ff99c82098f5_jpg.jpg

Jumlah Kedatangan Turis Internasional secara Global, Tahun 2019-2022

Nihil pilihan

Peneliti Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah, Mada Sotya Sasongko, mengemukakan, keamanan merupakan salah satu konsep dasar sapta pesona yang perlu dipenuhi untuk mewujudkan pariwisata yang ideal. Faktor keamanan dalam perjalanan menjadi pertimbangan utama wisatawan bepergian.

Insiden tertidurnya pilot Batik Air berisiko memengaruhi keyakinan seseorang untuk beperjalanan. Namun, pengunjung seolah tak memiliki opsi lain ketika terbang dari dan ke banyak daerah di Indonesia.

“Lion Group itu kan, low cost carrier ya, penerbangan murah. Sebagian besar rute-rute pesawat ke daerah-daerah itu hanya ada rute mereka. Jadi masyarakat tak punya pilihan lain,” ujarnya.

Sotya menilai kejadian-kejadian penerbangan ini sangat mengkhawatirkan. Apalagi akses transportasi tercepat di Indonesia sebagai negara kepulauan adalah menggunakan pesawat.

“Mungkin mereka (Lion Group) menekan harga tiket sebagai salah satu daya tariknya. Beberapa staf atau kru punya tugas yang banyak sehingga berdampak pada operasionalnya. Kalau hal ini tak segera ditindaklanjuti, ke depannya akan berdampak buruk terhadap pariwisata kita,” tutur Sotya.

https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2024/01/07/4af3395d-270e-4bc5-9e04-1450f6cac909_gif.gif

Persoalan semacam ini, masih menurut Sotya, bisa menjadi persoalan serius bagi Indonesia. Sebab, sebagian besar destinasi superprioritas Indonesia berada di kepulauan-kepulauan.

Dalam wawancaranya kepada sejumlah calon penumpang, Sotya mengatakan, mereka rela membayar lebih mahal jika ada pilihan maskapai lain dengan tingkat kenyamanan, keselamatan, dan ketepatan waktu yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan segmentasi kelompok ini ada.

Pemerintah, menurut Sotya, harus mendukung dengan menerbitkan kebijakan, seperti insentif atau subsidi pada maskapai. Tujuannya, mereka dapat menjamin pelayanan yang aman, nyaman, dan tepat waktu.

“Apabila pemerintah berniat menjadikan pariwisata sebagai lokomotif pendapatan negara, maka penerbangan perlu didukung. Kunjungan para pengunjung asing bisa menambah devisa, jangan hanya melihat dari sisi pengeluaran,“ kata Sotya.

Industri pariwisata Indonesia, sebagaimana di negara lain, masih dalam fase pemulihan pascapandemi Covid-19. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar survei terhadap 84 responden pada 18 Juni-14 Juli 2023. Mereka meliputi pakar dan pimpinan dari kalangan akademisi, pemerintah, dan industri.

Hasil laporan menyebutkan, 76,19 persen responden menilai kondisi pariwisata saat ini tengah menuju pemulihan yang ditunjukkan dari sejumlah aspek yang belum sepenuhnya pulih. Melihat geliat pariwisata hingga 2022, 35,71 responden persen optimistis kondisi pariwisata pada 2024 akan pulih seperti masa sebelum pandemi.

Meskipun demikian, lebih banyak pakar yang percaya bahwa pemulihan akan tercapai setelah 2024. Sebanyak 26,19 persen responden yakin pemulihan terjadi tepat pada 2025 dan 23,81 persen responden percaya pemulihan akan terjadi setelah 2025.