KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Buruh membongkar beras impor dari Thailand yang baru tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dengan menggunakan Kapal Vimc Unity, Senin (29/5/2023). Pada 2024, pemerintah menetapkan kuota mengimpor beras sebanyak 3,6 juta ton.
Indeks harga pangan dunia terus turun. Begitu juga dengan harga serealia, termasuk beras, di pasar internasional juga mulai turun. Lalu, bagaimana dengan harga beras di Indonesia?
Pada 8 Maret 2024, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) merilis, indeks harga pangan dunia pada Februari 2024 sebesar 117,3. Angka tersebut turun 0,7 persen secara bulanan dan 10,5 persen secara tahunan. Indeks itu juga sudah jauh di bawah rerata Indeks Harga Pangan pada 2022 yang mencapai 144,7.
Penurunan indeks itu dipengaruhi penurunan harga serealia, termasuk gandum dan beras, serta minyak nabati. Indeks harga serealia dan minyak nabati pada Februari 2024 masing-masing sebesar 113,8 dan 120,9. Indeks harga serealia turun 5 persen secara bulanan dan 22,4 persen secara tahunan. Adapun minyak nabati turun 1,3 persen secara bulanan dan 11 persen secara tahunan.
Penurunan indeks serealia dipengaruhi penurunan harga gandum, jagung, dan beras. Adapun penurunan indeks harga minyak nabati didorong penurunan harga minyak kedelai dan biji bunga matahari.
Secara khusus, FAO menyebutkan indeks harga beras dunia pada Februari 2024 sebesar 140,5 atau turun 1,6 persen secara bulanan. Namun, angka tersebut masih lebih tinggi 12,3 persen dibandingkan dengan indeks pada periode yang sama tahun lalu.
”Penurunan harga beras secara bulanan itu terjadi lantaran permintaan beras impor, selain dari Indonesia, masih rendah dan panen baru mulai dilakukan di beberapa negara produsen beras,” sebut FAO.
Penurunan harga beras secara bulanan itu terjadi lantaran permintaan beras impor, selain dari Indonesia, masih rendah dan panen baru mulai dilakukan di beberapa negara produsen beras.
SUMBER: FAO
Indeks Harga Pangan Edisi Maret 2024 yang dirilis Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada 8 Maret 2024.
Di India, harga beras di dalam negeri dijual lebih rendah dibandingkan negara-negara produsen beras di Asia. Hal ini terjadi karena Pemerintah India menggulirkan program penyediaan beras bersubsidi bagi masyarakat untuk menekan harga beras, terutama menjelang pemilu yang akan berlangsung pada Mei 2024.
India juga masih membatasi ekspor beras brasmati dan mempertahankan tarif ekspor beras pratanak sebesar 20 persen sejak Agustus 2023. Saat ini, India tengah mematangkan rencana memperpanjang pengenaan tarif ekspor beras pratanak yang akan berakhir pada 31 Maret 2024.
Penurunan harga beras paling tajam terjadi di Vietnam. Harga beras di negara tersebut berada di level terendah sejak Juli 2023. Penurunan harga beras itu disebabkan dimulainya panen padi yang mampu mengurangi berkurang pasokan beras Vietnam akibat mengekspor beras ke Indonesia.
FAO juga melaporkan, penurunan harga beras di Thailand tidak terlalu signifikan karena permintaan beras dari negara lain melambat dan bhat terdepresiasi. FAO bahkan menyebut kekecewaan Thailand terhadap tender Perum Bulog, badan usaha milik Indonesia, turut menyumbang sentimen negatif pasar perberasan negeri gajah putih tersebut.
Dalam tender tersebut, Bulog yang berencana mengimpor 300.000 ton beras Thailand menawarkan harga terendah, yakni 655 dollar AS per ton. Harga tersebut termasuk berbagai biaya hingga sampai pelabuhan di Indonesia (Reuters, 29/2/2024).
Selain itu, FAO mengingatkan, dampak El Nino masih ada. Fenomena itu akan berpengaruh pada musim tanam dan panen padi di sejumlah negara produsen beras pada tahun ini.
Baca juga: Menggendong Problem Beras
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara buruh tani mulai mencabuti benih padi di lahan persemaian sebelum ditanam kembali di areal persawahan di Desa Kedungjaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, 20 Februari 2024.
Laporan bulanan Bank Dunia tentang Data Harga Komoditas (The Pink Sheet) Edisi Maret 2024 menunjukkan, harga beras di pasar internasional mulai turun kendati masih di atas harga rerata pada 2022 dan 2023. Pada Februari 2024, harga beras Thailand dan Vietnam dengan kadar pecah 5 persen masing-masing sebesar 624 dollar AS per ton dan 614,3 dollar AS per ton.
Pada 2022, harga rerata beras Thailand dan Vietnam jenis itu masing-masing sebesar 436,8 dollar AS per ton dan 404,5 dollar AS per ton. Adapun pada 2023, harga rerata beras Thailand mencapai 553,7 dollar AS per ton dan beras Vietnam 523,7 dollar AS per ton.
Merujuk data tersebut, harga beras Thailand dan Vietnam pada Februari 2024 masing-masing Rp 9.725 per kilogram (kg) dan Rp 9.573 per kg. Waktu itu, nilai tukar rupiah pada akhir Februari 2024 sebesar Rp 15.585 per dollar AS.
Lalu, bagaimana dengan harga beras di Indonesia? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga rerata nasional beras berbagai jenis di Indonesia pada Februari 2024 menembus Rp 15.157 per kg. Harga tersebut naik 19,28 persen secara tahunan. Harga beras itu jauh lebih tinggi daripada harga beras dunia, terutama beras Thailand dan Vietnam.
Per 10 Maret 2023, Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan, harga rerata nasional beras medium di tingkat eceran Rp 14.320 per kg. Dalam sepekan, harga beras tersebut turun 0,21 persen.
Adapun harga rerata nasional beras premium di tingkat eceran sebesar Rp 16.450 per kg. Harga beras tersebut turun tipis 0,06 persen dalam sepekan. Kendati begitu, harga rerata beras medium dan premium tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, masing-masing sebesar 17,39 persen dan 17,75 persen.
Beras telah menyumbang inflasi selama tujuh bulan berturut-turut sejak Agustus 2023 hingga Februari 2024. BPS mencatat, tingkat inflasi bulanan beras pada Agustus-Desember 2023 masing-masing sebesar 1,43 persen, 5,61 persen, 1,72 persen, 0,43 persen, dan 0,48 persen. Kemudian, pada Januari dan Februari 2024, tingkat inflasi bulanan beras masing-masing 0,64 persen dan 5,32 persen.
Baca juga: Beras Picu Inflasi Lagi, Harga Nasi Lauk Naik Cukup Tinggi
Tokoh tani yang juga Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Demak Hery Sugihartono, Minggu (10/3/2024), berpendapat, kendati turun, harga beras masih cukup tinggi lantaran faktor meningkatnya permintaan musiman pada masa Ramadhan-Lebaran. Penurunan harga gabah itu tidak akan secepat penurunan harga gabah di tingkat petani.
”Proses gabah dari petani menjadi beras hingga dijual eceran membutuhkan waktu cukup lama, yakni sekitar tiga minggu. Hal ini juga menjadi faktor penentu penurunan harga beras,” katanya ketika dihubungi dari Jakarta.
Sementara itu, Bapanas menyatakan penurunan harga beras terjadi secara bertahap seiring meluasnya panen padi di sejumlah daerah di Indonesia. Bapanas juga memperkirakan harga beras bakal turun signifikan mulai akhir Maret 2024 hingga panen raya padi pada April 2024.
Untuk meredam kenaikan harga beras, Bapanas telah meminta Bulog menggulirkan cadangan beras pemerintah (CBP). CBP itu digunakan baik untuk operasi pasar, gerakan pangan murah, maupun bantuan beras bagi 22 juta keluarga berpenghasilan rendah.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Petugas menyiapkan sejumlah komoditas pangan yang akan dijual dalam kegiatan Gerakan Pangan Murah di Kelurahan Lontar, Kecamatan Sambikerep, Surabaya, Kamis (7/3/2024). Komoditas yang disediakan antara lain 8 ton beras, 500 kilogram gula pasir, dan 2300 liter minyak.
Bapanas bahkan merelaksasi harga eceran tertinggi (HET) beras premium untuk menstabilkan harga beras jenis tesebut. Relaksasi tersebut berlangsung selama dua pekan, yakni pada 10-23 Maret 2024.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengemukakan, relaksasi HET hanya ditujukan untuk beras premium, bukan medium. HET beras premium di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia dinaikkan Rp 1.000 per kg dari HET sebelumnya.
”Kami akan mengawasi penerapan relaksasi HET beras premium itu bersama Satuan Tugas Pangan Polri. Pengawasan akan dilakukan secara berkala baik ke pasar tradisional maupun ritel modern," ujarnya.
Relaksasi HET hanya ditujukan untuk beras premium, bukan medium. HET beras premium di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia dinaikkan Rp 1.000 per kg dari HET sebelumnya.
Bapanas menyebutkan, HET sementara beras premium di wilayah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, dan Sulawesi, ditetapkan menjadi Rp 14.900 per kg dari sebelumnya Rp 13.900 per kg. Di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan, dan Kepulauan Bangka Belitung, ditetapkan Rp 15.400 per kg dari sebelumnya Rp 14.400 per kg.
Di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, HET beras premium dinaikkan sementara menjadi Rp 15.400 per kg dari Rp 14.400 per kg. Adapun di wilayah Maluku dan Papua, ditetapkan Rp 15.800 per kg dari sebelumnya Rp 14.800 per kg.
Pemberlakuan HET sementara itu berdasarkan Surat Kepala Bapanas Nomor 102/TS.02.02/K/3/2024 yang diterbitkan pada 8 Maret 2024. Adapun ketentuan HET sebelumnya diatur dalam Peraturan Bapanas Nomor 7 Tahun 2023 tentang HET Beras.
”Untuk penyaluran program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan, Bulog akan menjual beras medium dengan HET yang ditetapkan dalam Peraturan Bapanas Nomor 7 Tahun 2023, yakni Rp 10.900-Rp 11.800 per kg berdasarkan zonasi,” kata Arief.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Pemberitahuan mengenai pembatasan jumlah pembelian terhadap beras kualitas premium di sebuah supermarket ritel di kawasan Kreo, Kota Tangerang, Banten, Minggu (18/2/2024). Penjualan beras premium di supermarket tersebut dibatasi satu kantong beras berat 5 kilogram bagi setiap pengunjung.
Sebelumnya, penggilingan dan perusahaan pemasok beras premium dan peritel modern meminta agar HET beras dinaikkan. Hal itu mengingat biaya produksi beras premium membengkak lantaran kenaikan harga gabah di tingkat petani. Jika menjual beras premium dengan HET lama, penggilingan dan perusahaan pemasok beras bisa merugi.
Hal itu telah menyebabkan pendistribusian beras premium terhambat. Bahkan, di Lampung, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mendapati produsen beras premium menghentikan sementara pasokan beras jenis tersebut ke pasar ritel modern.
Kepala Kantor Wilayah II KPPU Wahyu Bekti Anggoro menuturkan, distribusi beras medium dihentikan sementara karena ritel modern tidak dapat menjual produk di atas HET. Kondisi itulah yang membuat stok beras kemasan di ritel modern di Lampung terbatas.
”Produsen hanya mendistribusikan beras ke toko-toko dan pedagang di pasar tradisional yang bersedia menerima dan menjualnya dengan harga di atas HET. Produsen akan kembali mendistribusikan beras kemasan ke ritel modern jika harganya sudah di bawah HET,” tuturnya (Kompas, 21/2/2024).
Baca juga: Imbas Harga Mahal, Produsen Hentikan Sementara Distribusi Beras ke Ritel Modern di Lampung