SIDOARJO, KOMPAS — Animo masyarakat terhadap pangan murah semakin meningkat mendekati Ramadhan 2024. Bahkan, beras stabilisasi pasokan dan harga pangan atau SPHP menjadi rebutan, padahal harga beras di pasar berangsur turun. Fenomena tersebut merupakan sebuah anomali.

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menggelar pasar pangan murah di tiga titik sekaligus pada Jumat (8/3/2024). Lokasinya di Alun-Alun Sidoarjo, Pasar Tradisional Larangan, dan Kantor Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Sidoarjo.

 

Total disediakan 4 ton beras stabilisasi pasokan dan harga pangan atau SPHP produksi Bulog untuk pengunjung pasar pangan murah. Namun, beras murah itu terjual habis hanya dalam kurun waktu 30 menit. Hal itu pun memicu kekecewaan calon pembeli yang tidak kebagian barang.

Pedagang beras di Pasar Larangan, Djoyo, mengatakan, setiap hari dia mendapat alokasi 2 ton beras SPHP. Namun, penjualan beras tersebut habis dalam kurun waktu 30 menit. Stok beras SPHP di pedagang saat ini kosong karena permintaan pembeli melebihi alokasi yang ditetapkan.

Baca juga: Harga Beras Masih Tinggi, SPHP Terjual Habis dalam Hitungan Jam

”Pembeli beras medium dan premium sebenarnya normal. Namun, masyarakat cenderung memilih membeli beras SPHP karena harganya jauh lebih murah, yakni Rp 10.900 per kg,” ujar Djoyo.

Warga Sidoarjo rela mengantre berdesakan ebih dari 2 jam untuk membeli kupon beras SPHP di acara pasar murah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sidoarjo, Jumat (8/3/2024). Warga rela antre berjam-jam demi beras murah KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Warga Sidoarjo rela mengantre berdesakan ebih dari 2 jam untuk membeli kupon beras SPHP di acara pasar murah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sidoarjo, Jumat (8/3/2024). Warga rela antre berjam-jam demi beras murah

Dia menambahkan, harga beras kualitas medium berada di kisaran Rp 13.600 per kg, turun dari sebelumnya Rp 14.400 per kg. Adapun harga beras kualitas premium juga turun dari Rp 16.200 per kg menjadi Rp 15.800 per kg. Namun, penurunan itu dinilai kurang signifikan karena harga beras masih tinggi.

Di Kantor Dinas Pertanian Sidoarjo, ratusan warga menolak meninggalkan lokasi pasar pangan murah kendati stok beras SPHP habis. Mereka meminta panitia kembali mendatangkan kembali beras SPHP dari Bulog Surabaya Utara. Masyarakat pun berjubel mengantre di depan stan penjualan beras murah.

”Saya datang sejak pukul 06.00 dan sudah mengantre berdesakan. Tapi, belum sampai di depan tempat penjualan kupon, berasnya sudah habis,” kata Sri Wahyuni (31).

Warga yang tinggal di Kelurahan Magersari itu pun memilih menunggu pengiriman beras SPHP bersama para calon pembeli lainnya yang masih berjubel. Menjelang pukul 09.30 waktu setempat, panitia dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sidoarjo mengumumkan bahwa beras SPHP baru akan diantar pada pukul 14.00 waktu setempat.

Baca juga: Beras Murah Terus Diiburu Masyarakat

Ratusan warga yang telanjur mengantre lantas didata nama berikut nomor identitasnya agar pendistribusian beras lebih merata. Pembelian juga dibatasi maksimal satu kemasan per orang. Sebelumnya, penjualan maksimal dua kemasan per orang.

Warga Sidoarjo harus menulis nama dan nomor KTP untuk membeli beras SPHP di acara pasar murah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sidoarjo, Jumat (8/3/2024). Warga rela antre berjam-jam demi beras murah.KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Warga Sidoarjo harus menulis nama dan nomor KTP untuk membeli beras SPHP di acara pasar murah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sidoarjo, Jumat (8/3/2024). Warga rela antre berjam-jam demi beras murah.

Nasukha (60), warga Sidoarjo, bersyukur bisa mendapatkan beras SPHP sebanyak 15 kg setelah mengantre sejak pagi. Beras itu untuk menopang kebutuhan keluarganya selama bulan puasa hingga Lebaran nanti.

”Keluarga saya empat orang sehingga kebutuhan berasnya sebulan 15 kg. Kalau beli beras di pasar masih mahal karena selisihnya Rp 2.000 per kg,” ucap Nasukha.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sidoarjo Eni Rustrianingsih mengatakan, animo masyarakat terhadap beras SPHP di luar prediksi dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Pihaknya mengakui tidak mengantisipasi membeludaknya pembeli pada gelaran pasar pangan murah tersebut.

Selain beras, Pemkab Sidoarjo juga mengintervensi komoditas lain, seperti telur dan cabai rawit yang harganya tinggi. Untuk telur, pihaknya sudah bekerja sama dengan Kabupaten Blitar yang merupakan sentra produsen telur di Jatim.

Menurut Eni, fenomena tingginya animo masyarakat terhadap beras SPHP merupakan sebuah anomali. Sebab, harga beras medium dan beras premium di pasar tradisional sudah mulai turun. Oleh karena itulah, pihaknya berencana menggencarkan pasar pangan murah, tetapi dengan format kegiatan yang tidak memicu kerumunan.

”Di pasar murah ini, beras SPHP dijual Rp 51.500 per kemasan 5 kg. Harga beras ini memang lebih murah dibandingkan dengan beras kualitas medium di pasar yang harganya masih di kisaran Rp 60.000 per kemasan 5 kg,” ucap Eni.

Warga Sidoarjo tersenyum lebar setelah berhasil membeli beras SPHP di acara pasar murah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sidoarjo, Jumat (8/3/2024). Warga rela antre berjam-jam demi beras murah.KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Warga Sidoarjo tersenyum lebar setelah berhasil membeli beras SPHP di acara pasar murah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sidoarjo, Jumat (8/3/2024). Warga rela antre berjam-jam demi beras murah.

Pasokan aman

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali meminta masyarakat tidak perlu khawatir, Menurut dia, pasokan beras dalam kondisi cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pelaku usaha. Oleh karena itulah, pembelian sebaiknya dilakukan sesuai kebutuhan dan tidak perlu menumpuk beras di rumah.

Operasi pasar atau pasar pangan murah akan terus dilakukan oleh pemda. Jumlahnya mencapai 30 ton per hari di Pasar Larangan. Belum lagi, di Pasar Porong sebanyak 15 ton dan Pasar Tulangan sebanyak 2 ton per hari,” ujar Muhdlor.

Muhdlor menambahkan, pemerintah daerah akan terus mengintervensi melalui operasi pasar beras SPHP untuk menjaga inflasi di bulan puasa hingga Lebaran. Distribusi beras medium Bulog seharga Rp 10.900 per kg itu tidak hanya digelontorkan di pasar tradisional, tetai juga di kantor kecamatan hingga kantor kelurahan.

Selain beras, Pemkab Sidoarjo juga mengintervensi komoditas lain, seperti telur dan cabai rawit yang harganya tinggi. Untuk telur, pihaknya sudah bekerja sama dengan Kabupaten Blitar yang merupakan sentra produsen telur di Jatim.

”Kalau memang harganya tidak bisa ditekan, kami akan memberikan subsidi angkutan. Untuk cabai rawit juga kebanyakan dari Banyuwangi juga sama upayanya,” ucap Muhdlor.

Editor:
RINI KUSTIASIH