Ramadhan sebentar lagi. Tunjangan hari raya pasti dinanti. Bulan spesial bagi umat Islam yang diakhiri momen Lebaran kerap membuat masyarakat mengeluarkan dana lebih untuk berbagai kebutuhan dan kegiatan, dari membeli pakaian baru untuk keluarga hingga silaturahmi di kampung halaman.
Tunjangan hari raya (THR) yang umum didapatkan pekerja formal sebelum Lebaran tiba menjadi penyelamat atas pengeluaran khusus tersebut. Namun, jika THR masih dirasa kurang, masyarakat yang sudah familiar dengan instrumen pasar modal bisa mencoba trading (perdagangan) saham untuk mengisi pundi-pundi selama bulan puasa.
Perencana keuangan dari One Shildt, Risza Bambang, menjelaskan, perdagangan saham berbeda dengan investasi saham yang memiliki tujuan jangka panjang dengan menimbang keuntungan dari bagi hasil usaha (dividen) dan selisih harga jual dan beli (capital gain) yang terbentuk dari perkembangan bisnis emiten saham.
Baca juga: Bitcoin Diperkirakan Masih Menanjak Jelang ”Halving” April 2024
Perdagangan saham dilakukan dalam waktu jangka pendek dan membutuhkan perlakuan khusus dari pelaku perdagangan bursa (trader) untuk mengamati pergerakan harga saham setiap waktu. Saham yang berpotensi tumbuh kemungkinan hanya menghasilkan cuan atau nilai margin yang tipis.
”Trader perlu disiplin menerapkan tujuan dan juga ketat mengelola godaan untuk memperoleh cuan yang lebih tinggi sehingga hasil imbalan akan bisa diproyeksikan untuk dipakai sebagai membayar THR bagi diri sendiri, bahkan juga bisa dimanfaatkan untuk memberikan THR bagi keluarga atau mengurangi pokok utang,” tuturnya, Jumat (8/3/2024).
KOMPAS/PRIYOMBODO
Pekerja menata paket-paket yang akan dimuat ke dalam truk pengangkut untuk kemudian dikirim ke Pelabuhan Tanjung Priok dari tempat ekspedisi di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (4/3/2024). Paket tersebut didominasi oleh pakaian yang akan dijual di daerah pada momen Lebaran.
Pedagang saham perlu jeli memilih saham yang dapat diinvestasikan dalam waktu singkat pada periode Ramadhan, yang diprediksi berlangsung 12 Maret hingga 7 April 2024. Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Cindy Alicia Ramadhania, menjelaskan, pedagang saham bisa menaruh uangnya di emiten atau perusahaan tercatat yang mempunyai sentimen positif selama periode tersebut.
Baca juga: Resolusi 2022, Lebih Serius ”Trading” di Pasar Modal
Sektor yang diuntungkan dari momen Ramadhan, menurut Alicia, biasanya terkait barang konsumsi, baik sektor cyclical yang terpengaruh siklus ekonomi maupun sebaliknya, non-cyclical. Dari sisi sektor non-cyclical, ia menyorot industri peternakan yang belakangan mendapat katalis positif dari peluncuran bantuan sosial (bansos) pemerintah.
Seperti diketahui, tahun ini pemerintah menambah dua program bansos. Pertama, bansos berupa pemberian beras 10 kilogram (kg) ditambah pemberian telur dan ayam untuk keluarga yang memiliki anak balita tengkes. Total bansos itu sebesar Rp 10,5 triliun. Bansos itu efektif hingga Juni 2024.
Kedua, bantuan langsung tunai (BLT) yang jumlahnya sekitar Rp 11,3 triliun dan efektif hingga Maret 2024.
”Bansos tersebut menjadi sentimen positif bagi emiten sektor poultry (peternakan), misalnya JPFA (PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk) dan CPIN (PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk). Kondisi di sektor tersebut sedang mengalami oversupply sehingga dengan adanya program tersebut, produk-produk dari poultry bisa terserap dan membantu kinerjanya dari sisi peningkatan penjualan,” ujar Cindy, Kamis (7/3/2024).
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Aplikasi pemantau pergerakan harga saham pada layar gawai milik Roziqin Sulaiman (41), warga Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, Lampung, Jumat (15/2/2019).
Sektor cyclical, yang dulunya lebih dikenal dengan sektor ritel, juga mendapatkan angin segar dari momen Ramadhan. Kembali normalnya aktivitas masyarakat pascapandemi Covid-19 membuat masyarakat bisa melakukan agenda buka bersama di pusat perbelanjaan. Ramainya diskon baju lebaran juga diprediksi menyebabkan konsumsi masyarakat akan meningkat.
”Dari sektor ini, contoh sahamnya adalah PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI),” katanya.
Pedagang saham perlu disiplin menerapkan tujuan dan juga ketat mengelola godaan untuk memperoleh cuan yang lebih tinggi.
Di tengah keyakinan akan adanya sentimen positif yang memungkinkan kenaikan penjualan tersebut, pedagang saham dinilai perlu memperhatikan tren inflasi harga pangan yang bisa menjadi penghambat masyarakat untuk berbelanja. Diketahui pada Februari 2024, Indonesia mencatatkan inflasi di level 2,75 persen secara tahunan dan meningkat dibandingkan Januari 2024 sebesar 2,57 persen.
Inflasi pangan masih bergejolak dengan tren kenaikan di level 8,47 persen. Komoditas yang harganya naik, antara lain, beras, cabai merah, telur, ayam ras, daging ayam ras, dan kentang.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Salah satu beras kualitas atas yang dijual di salah satu toko di Pasar Raya Padang, Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (29/2/2024). Harga beras di pasar ini Rp 17.000-17.500 per kg untuk kualitas atas dan Rp 15.000-16.500 per kg untuk kualitas menengah. Harga tersebut naik Rp 500-Rp 2.000 per kg dibandingkan dengan harga sebulan lalu.
Dari sisi daya beli konsumen, yang perlu diperhatikan adalah sejak akhir tahun 2023 daya beli konsumen Indonesia mulai melemah. Hal ini membuat masyarakat lebih selektif dalam membelanjakan uangnya alias masyarakat membelanjakan uangnya untuk memenuhi konsumsi kebutuhan pokok terlebih dahulu.
Baca juga: Harga Emas Akan Terus Cetak Rekor Baru pada Maret 2024
Selain sektor barang konsumsi, sektor transportasi dan logistik, kata Cindy, juga akan mendapat berkah pada bulan Ramadhan ini. ”Apalagi momen mudik yang sudah kembali normal saat ini turut mendorong sentimen positif terutama bagi layanan transportasi masyarakat untuk akomodasi perjalanan, baik darat maupun udara,” ujarnya.
Selain itu, ada juga sektor telekomunikasi yang akan mengalami peningkatan pemanfaatan layanan untuk kegiatan silaturahmi dan kebutuhan internet untuk aktivitas media sosial selama libur panjang.
Research Associate Sector-Telco Analyst CGS International (CGSI) Sekuritas Indonesia, Rut Yesika, mengatakan, Ramadhan dan Lebaran membuat kinerja rata-rata pendapatan per pengguna (average revenue per user/ARPU) industri telekomunikasi selalu naik. Hal ini terlihat dalam lima tahun terakhir, yang secara umum momen Ramadhan jatuh pada triwulan atau kuartal kedua.
”ARPU pada kuartal kedua cenderung lebih tinggi daripasa kuartal lainnya dengan rata-rata kenaikan 25,6 persen di lima tahun terakhir,” kata Rut dalam sesi siniar CGSI Sekuritas Indonesia di kanal Youtube.
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
Tangkapan layar hasil penelitian Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia bertajuk Survei Penetrasi Internet Indonesia 2024 di Jakarta, Rabu (31/1/2024). Survei dilaksanakan pada 18 Desember 2023 hingga 19 Januari 2024 yang menyaring 8.720 responden di 38 provinsi Indonesia. Responden berusia minimal 13 tahun.
Secara fundamental, emiten sektor telekomunikasi dalam negeri juga dinilai sangat bagus. Hal ini, kata Rut, didukung persaingan sehat antarperusahaan dan peningkatan konsumsi data yang menjadi aspek potensial di saham-saham sektor telekomunikasi. Saham-saham di sektor ini antara lain PT Indosat Ooredo Hutchinson Tbk (ISAT), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Telkom Indonesia Persero Tbk (TLKM).
Memahami fundamental emiten seperti itu, kata Risza, sangat penting untuk menghindari membeli saham ”gorengan” yang kinerjanya buruk. Menurut Risza, memang diperlukan pengamatan atas rekam jejak nilai saham dan reputasi emiten selama kurang lebih lima tahun ke belakang.
”Jangan ikut-ikutan kata orang sekalipun itu orang-orang terdekat atau yang dihormati untuk tetap menjaga hubungan baik tanpa terpengaruh nilai saham yang direkomendasikan,” ujarnya.
Setelah mempertimbangkan pilihan saham-saham yang berpotensi memberi keuntungan dalam jangka pendek, dalam praktiknya, pelaku perdagangan saham perlu tetap melakukan manajemen portofolio saham secara disiplin dan ketat.
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Kesibukan pekerja di Pasar Cipulir, Jakarta Selatan, Minggu (25/2/2024). Pasar tekstil di Jakarta, seperti Pasar Cipulir dan Pasar Tanah Abang, mulai diserbu pedagang dari beberapa daerah yang hendak berbelanja stok pakaian Lebaran.
Pedagang saham kemudian perlu menghitung secara cermat kemampuan dan kondisi keuangan untuk menetapkan nilai dana yang akan dijadikan investasi saham.
”Terapkan kaidah-kaidah keuangan dengan proper, contohnya dalam menentukan portofolio aset, jangan taruh telur dalam satu keranjang. Kemudian, utamakan kebutuhan utama daripada keinginan, dan lainnya. Ketahui dan pahami juga karakteristik pribadi dalam menentukan nilai cuan,” katanya.
Risza kembali mengingatkan agar pedagang saham melakukan peninjauan berjangka atas perbandingan perkembangan keuntungan dengan target. Hal tersebut harus dilakukan karena pergerakan nilai instrumen saham dapat naik turun secara cepat.