Membangun transportasi publik yang andal bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga membangun peradaban manusia.

Oleh P BAGUS SUGIYONO

Beberapa waktu lalu di rubrik Metropolitan harian Kompas, kita membaca beberapa wacana terkait dengan upaya-upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan transportasi publik, khususnya di wilayah Jabodetabek. Diskusi dan pertimbangan mengenai kenaikan tarif, misalnya, untuk bus Transjakarta (Kompas, 19/4/2024) atau KRL Jabodetabek (Kompas, 20/4/2024) tengah dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat publik. Sementara itu, rencana perluasan jalur MRT dari Jakarta hingga ke Tangerang Selatan diberitakan masih terkendala oleh anggaran (Kompas, 19/4/2024).

Apresiasi tentu layak diberikan kepada pemerintah yang saat ini terus-menerus memperjuangkan agar transportasi publik kita semakin baik dari waktu ke waktu. Bagaimanapun, transportasi publik yang berkualitas adalah salah satu bagian penting dari dinamika pembangunan kota yang berkelanjutan (sustainable city).

Dampaknya tidak hanya berpengaruh bagi kehidupan sosial dan ekonomi, tetapi juga lingkungan hidup. Sebagai salah satu pengguna transportasi publik, saya memimpikan setidaknya ada tiga karakteristik utama yang kelak dapat melekat erat pada transportasi publik kita di Indonesia.

Tepat waktu

Karakter yang pertama adalah ketepatan waktu. Keputusan untuk menggunakan kendaraan pribadi sebagai sarana mobilitas salah satunya bermula dari keinginan untuk mampu memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tempat tujuan. Hal ini tentu tidak termasuk faktor-faktor eksternal di luar dugaan yang mungkin turut memengaruhi, misalnya kecelakaan lalu lintas. Dengan demikian, kita bisa memperkirakan dengan cukup tepat, kapan kita harus berangkat dari suatu tempat agar dapat sampai di tempat tujuan dengan tepat waktu.

Pertanyaannya kemudian, mampukah transportasi publik kita saat ini menjawab kegelisahan yang sama? Saat ini, tampaknya masih menjadi lumrah ketika kita menemukan bahwa perjalanan menggunakan transportasi publik ”memakan” waktu yang tidak bisa diperkirakan dengan baik. Apa pun itu alasannya, mulai dari ketersediaan armada hingga jalur lalu lintas yang macet. Atas alasan ini, kita kemudian menjadi skeptis dengan transportasi publik kita saat ini.

Mengatur ketepatan waktu transportasi publik sungguh suatu keharusan. Menjadi tepat waktu artinya bukan hanya per se semua transportasi publik yang ada datang dan tiba tepat pada waktunya, tetapi pada langkah selanjutnya, menjadikan waktu kedatangan dan ketibaan yang tepat ini sebagai sebuah jadwal yang terencana dengan baik.

Ini berarti bahwa masyarakat dapat mengetahui kapan saja jadwal kedatangan transportasi publik yang mereka gunakan sehari-harinya, termasuk ketibaan mereka di tempat tujuan. Sekalipun ada keterlambatan atau perubahan, sifatnya adalah situasional dan masih dapat ditoleransi.

Misalnya, bus Transjakarta datang terlambat kurang dari lima menit. Atau, karena ada perbaikan rel KRL di antara jalur menuju tujuan X, maka KRL jurusan X dalam satu minggu ke depan dialihkan dengan menggunakan KRL jurusan Y dan kemudian baru dilanjutkan kembali dengan KRL jurusan X.

Ketepatan waktu sungguh bersifat fondasional bagi keberlanjutan pelayanan transportasi publik. Apabila diabaikan, alih-alih ”menyerahkan diri dan hidupnya” pada transportasi publik, masyarakat mungkin akan lebih senang untuk dengan sengaja ”bergantung pada dirinya sendiri” dengan cara menggunakan kendaraan pribadi.

Integratif

Integratif merupakan karakter kedua yang harus ada pada transportasi publik kita. Saat ini, transportasi publik kita, terutama di kota Jakarta, terdiri dari berbagai macam pilihan, dari mobil umum (angkot), bus Transjakarta, KRL, MRT, hingga yang terakhir diresmikan, yakni LRT. Sudah selayaknya integrasi berbagai macam transportasi publik ini dilakukan agar mendorong tingkat penggunaan masyarakat lebih luas lagi.

Pengintegrasian ini juga hendaknya dibarengi dengan pemberlakuan tarif tunggal, yang penentuannya mesti dihitung secara bijaksana oleh pemerintah. Tarif tunggal di sini berarti bahwa masyarakat tidak perlu lagi membayar untuk transportasi publik berikutnya yang mereka gunakan untuk mencapai tujuan akhirnya. Semua tarifnya sudah terintegrasi menjadi satu.

Mengintegrasikan transportasi publik, dengan demikian, berarti memperluas jangkauan penggunaannya. Setiap sudut kota, mulai dari pusat hingga periferi, dapat terlalui dengan baik. Di mana pun masyarakat tinggal, mereka dapat menggunakan transportasi publik secara mudah. Apabila integrasi transportasi publik dapat ditingkatkan terus-menerus, maka pelayanan yang diberikan mampu mencerminkan nilai-nilai inklusif di mana setiap masyarakat dapat menikmati pelayanan publik yang diberikan tanpa terkecuali.

Berbasiskan aplikasi

Tidak dimungkiri, transportasi publik kita saat ini juga harus memeluk digitalisasi yang tengah berkembang pesat. Inilah karakter yang ketiga. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan mendasarkan pelayanannya pada aplikasi yang ramah pengguna. Apa yang ditampilkan di dalam aplikasi ini adalah kurang lebih mencerminkan dua hal yang sebelumnya sudah dijelaskan, yakni jadwal keberangkatan dan integrasi transportasi publik.

Ada dua tujuan utama raison d’etre keberadaan aplikasi tersebut. Pertama, menampilkan jadwal secara transparan kepada publik, bukan hanya jadwal kedatangan dan ketibaan yang telah direncanakan, melainkan juga termasuk situasi aktual, misalnya keterlambatan kedatangan, perubahan jalur, atau perbaikan jalan.

Tujuan yang kedua, mempermudah dan mendorong masyarakat menggunakan transportasi publik yang integratif. Hal ini berarti bahwa masyarakat dibuat nyaman dengan mengetahui bahwa sepanjang perjalanan dari tempat asal menuju tempat tujuan, akan selalu ada transportasi publik yang saling terkait satu sama lain.

https://cdn-assetd.kompas.id/znBzDUGKSeUfraZMCqnOcU8aRT4=/1024x1417/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F26%2F6563b48a-b591-415d-a9f7-cf17fd73e69a_png.png

Sebagai contoh, apabila kita ingin berangkat dari tempat A menuju tempat B, maka aplikasi pelayanan transportasi publik ini dapat menunjukkan berbagai kemungkinan yang dapat kita pilih. Misalnya dengan waktu sekian menit, kita dapat menggunakan bus Transjakarta untuk sampai ke tempat B dari tempat A.

Atau, di dalam pilihan yang lain, dengan waktu yang sedikit lebih lama, kita dapat menggunakan MRT terlebih dahulu hingga stasiun terakhir dan kemudian melanjutkan perjalanan dengan bus Transjakarta menuju tempat B. Aplikasi transportasi publik ini menyediakan pilihan dan masyarakat sebagai penggunalah yang menentukannya sendiri.

Selain itu, keberadaan satu aplikasi yang integratif ini tentu juga akan memangkas jumlah aplikasi transportasi publik kita yang saat ini tidak sedikit, serta mempermudah penggunaannya bagi masyarakat. Masyarakat tidak perlu lagi memiliki beragam aplikasi untuk menggunakan berbagai macam transportasi publik.

Memperbaiki secara kontinu transportasi publik agar menjadi andal pada akhirnya bukan hanya persoalan membangun sarana dan prasarana fisik, melainkan juga secara lebih lanjut membangun peradaban manusia. Ada banyak nilai dan pelajaran yang kemudian dapat ditanamkan dan ditumbuhkan dalam masyarakat kita agar menjadi pribadi dengan mentalitas yang semakin baik, bukan hanya secara personal, melainkan juga sosial.

P Bagus Sugiyono, Mahasiswa Doktoral Sosiologi Universitas Bielefeld, Jerman