Jutaan anggota jemaah haji melemparkan kerikil ke tiga tiang di Jamarat, Mina, Arab Saudi, Mimggu (16/6/2024), sebagai ritual lempar jumrah aqabah.KOMPAS/ EVY RACHMAWATI

Jutaan anggota jemaah haji melemparkan kerikil ke tiga tiang di Jamarat, Mina, Arab Saudi, Mimggu (16/6/2024), sebagai ritual lempar jumrah aqabah.

MEKKAH, KOMPAS - Setelah bermalam atau mabit di Muzdalifah, Arab Saudi, jutaan anggota jemaah haji, termasuk dari Indonesia, menunaikan wajib haji, yakni melontar jumrah. Pemerintah Arab Saudi mengatur waktu melontar jumrah bagi jemaah haji setiap negara.

Berdasarkan pemantauan, jutaan anggota jemaah haji secara bergelombang meninggalkan Arafah setelah melaksanakan wukuf pada Sabtu (15/6/2024) malam hingga Minggu (16/6/2024) dini hari dengan menggunakan bus.

 

Jemaah mabit di tanah lapang untuk shalat dan berzikir di Muzdalifah. Tahun 2024, Pemerintah Indonesia menerapkan skema normal atau bermalam di Muzdalifah dan murur atau melintas bagi jemaah lansia, berisiko tinggi kesehatan, dan disabilitas.

Baca juga: Jemaah Haji Mulai Bergerak ke Muzdalifah

Pergerakan dari Muzdalifah menuju Mina terjadi sejak Minggu dini hari dan selesai pukul 07.37 waktu Arab Saudi. "Saat belum terik, semua jemaah Indonesia telah menuju Mina,” kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Subhan Cholid.

Mina dipadati jemaah

Setelah mabit di Muzdalifah, jemaah haji berangkat ke Mina, untuk menunaikan wajib haji, yaitu melontar jumrah di Jamarat. Sejak Minggu pagi, seusai melaksanakan shalat Idul Adha, jutaan anggota jemaah haji dari sejumlah negara terus mengalir memasuki area Mina.

Area Jamarat tampak dipadati jemaah haji dari sejumlah negara. Mereka membawa kerikil untuk dilemparkan ke tiang di Jamarat, lalu berdesak-desakan melontar jumrah. Seusai melontar jumrah, jemaah tahalulatau boleh berbuat hal yang dilarang selama berihram.

Di pelataran Jamarat, sejumlah jemaah melaksanakan tahalulditandai dengan memotong rambut oleh sesama jemaah maupun di tempat pemotongan rambut di Jamarat. Beberapa rombongan jemaah juga tampak duduk untuk beristirahat setelah lontar jumrah.

Jemaah haji Indonesia menjalani wukuf di Arafah, Arab Saudi, Sabtu (15/6/2024), sebagai bagian dari ritual puncak ibadah haji.KOMPAS/EVY RACHMAWATI

Jemaah haji Indonesia menjalani wukuf di Arafah, Arab Saudi, Sabtu (15/6/2024), sebagai bagian dari ritual puncak ibadah haji.

Padatnya jemaah di area itu membuat sejumlah anggota jemaah lanjut usia tersesat dan pingsan. Beberapa jemaah lansia dari Lampung, misalnya, kebingungan mencari jalan ke hotel (tanazul) setelah lontar jumrah sehingga diantar petugas ke penginapan.

Untuk keamanan, keselamatan, dan kenyamanan melontar jumrah, Pemerintah Arab Saudi mengatur waktu melontar bagi jemaah setiap negara. Jemaah haji harus mengikuti ketentuan waktu ini dan menghindari waktu-waktu larangan. Penentuan waktu lontar jumrah ini agar dapat menjalankan ritual ini dengan lancar dan aman.

Menurut anggota Media Center Kementerian Agama, Widi Dwinanda, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menetapkan jadwal lontar jumrah bagi jemaah Indonesia. Hal ini untuk memberi perlindungan dan kelancaran pergerakan jemaah haji saat lontar jumrah.

Untuk keamanan, keselamatan, dan kenyamanan melontar jumrah, Pemerintah Arab Saudi mengatur waktu melontar bagi jemaah setiap negara.

Jadwal lontar jumrah jemaah haji Indonesia ialah 10 Zulhijah atau 16 Juni 2024 pukul 00.00-04.30 waktu Arab Saudi dan pukul 10.00-00.00 waktu Arab Saudi. Pada tanggal ini, jemaah haji Indonesia dilarang lontar pada pukul 04.30–10.00 waktu Arab Saudi.

Kemudian, pada 11 Zulhijah atau Senin, 17 Juni 2024, jadwal lontar jumrah jemaah haji Indonesia adalah pukul 05.00–11.00 waktu Arab Saudi, pukul 11.00–17.00 waktu Arab Saudi, dan pukul 17.00–00.00 waktu Arab Saudi. Jadwal pada 12 Zulhijah ialah pukul 00.00–05.00 waktu Arab Saudi, pukul 05.00–10.30 waktu Arab Saudi, dan pukul 14.00–00.00 waktu Arab Saudi.

Selanjutnya, pada 13 Zulhijah, jadwal lontar jumrah jemaah Indonesia pukul 00.00-05.00 waktu Arab Saudi dan pukul 05.00-17.00 waktu Arab Saudi. Setelah beristirahat di tenda Mina, jemaah melontar jumrah Aqabah dengan tujuh kerikil, dilanjutkan dengan bercukur atau tahalul.

"Bagi laki-laki diutamakan mencukur gundul, sedangkan wanita cukup memotong rambutnya sepanjang ruas jari. Setelah tahap ini, jemaah dapat lepas ihram dan diperbolehkan memakai pakaian biasa,” kata Widi.

Suasana wukuf di Arafah pada puncak ibadah haji 2024, Sabtu (15/6/2024). KOMPAS/EVY RACHMAWATI

Suasana wukuf di Arafah pada puncak ibadah haji 2024, Sabtu (15/6/2024).

Mengutip Buku Manasik Haji terbitan Kementerian Agama, melontar jumrah adalah melontar batu kerikil ke arah jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah dengan niat mengenai obyek jumrah (marma) dan kerikil masuk lubang marma. Lontar jumrah dilakukan pada hari Nahar dan Tasyrik.

”Hukum melontar jumrah adalah wajib. Bila seseorang tidak melaksanakannya dikenai dam atau fidiah atau denda. Bagi jemaah yang berhalangan, melontar jumrah dapat dibadalkan (diwakilkan) oleh orang lain,” ujarnya menambahkan.

Selama di Mina, jemaah diimbau fokus beribadah. ”Minum air putih untuk menjaga kebugaran dan hidrasi tubuh serta istirahat cukup. Jemaah sebaiknya berada di tenda dan memakai masker selama di luar tenda, mengingat area Mina padat dan berdebu.”

Baca juga: Persiapan Fasilitas Jemaah di Armuzna Dikebut

”Kenali identitas dan jalur menuju tenda agar tidak tersesat. Jangan segan meminta bantuan petugas bila menemukan kesulitan,” ucapnya. Jangan tergesa-gesa berjalan menuju Jamarat dan saat kembali ke tenda.

Pihak PPIH menempatkan petugas di sepanjang jalur menuju Jamarat. Di sejumlah titik ada petugas kesehatan yang bersiaga menangani jemaah yang butuh penanganan medis. PPIH juga menyiapkan ambulans di area Jamarat bila ada jemaah yang harus mendapat tindakan medis.

Pergerakan dari Muzdalifah

Tahun lalu, ada keterlambatan pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina. Proses mobilisasi jemaah dari Muzdalifah pada 2023 berlangsung hingga 13.30 waktu Arab Saudi. Untuk mencegah terulangnya kejadian itu, Kementerian Agama melakukan langkah antisipasi sejak awal.

Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas sejak awal meminta PPIH untuk melakukan langkah antisipasi sejak awal. Terobosan dilakukan, antara lain, dengan menerapkan skema murur atau melintas di Muzdalifah bagi jemaah risiko tinggi.

Selain itu, pihaknya meminta mashariq (mitra Pemerintah Indonesia dalam menyediakan layanan bagi jemaah haji Indonesia) memitigasi risiko keterlambatan pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina, terutama soal konsumsi.

Suasana keberangkatan jemaah haji asal Jambi menuju Arafah di Sektor 2, kota Mekkah, Arab Saudi, pada Jumat (14/6/2024). Jemaah haji akan melaksanakan wukuf pada Sabtu (15/6/2024) di Arafah. KOMPAS/EVY RACHMAWATI

Suasana keberangkatan jemaah haji asal Jambi menuju Arafah di Sektor 2, kota Mekkah, Arab Saudi, pada Jumat (14/6/2024). Jemaah haji akan melaksanakan wukuf pada Sabtu (15/6/2024) di Arafah.

Kementerian Agama juga berkoordinasi dengan otoritas Arab Saudi untuk mengatur jalur agar jemaah yang memilih mabit di Mina bisa lebih lancar dan jalur yang bisa diterobos pejalan kaki sudah dibatasi oleh aparat Arab Saudi.

Sejak Minggu pagi, seusai melaksanakan shalat Idul Adha, jutaan anggota jemaah haji dari sejumlah negara terus mengalir memasuki area Mina.

Terkait logistik, mashariq menyediakan konsumsi tambahan di luar makanan yang dibawa dari Arafah, di Muzdalifah. Mashariq menyiapkan tiga botol minuman bagi tiap anggota jemaah dengan total volume 1,8 liter, kontainer es, dan payung bagi jemaah.

”Kami sepakat mengambil langkah cermat dan cepat agar tidak terjadi kepadatan di jalur Muzdalifah-Mina,” ucap Subhan. PPIH, Kementerian Haji dan Umrah, naqabah (asosiasi perusahaan angkutan darat), dan mashariq turun ke lapangan untuk melihat perkembangan.

Sebagai contoh, setelah melihat kondisi jalur Muzdalifah-Mina, otoritas Arab Saudi sepakat mengeluarkan bus tambahan. Bus ini mengangkut jemaah dari Muzdalifah menuju Mina melalui pintu belakang (kedatangan).