Komisi VII DPR meminta SKK Migas mengevaluasi target produksi 1 juta barel minyak siap jual per hari pada 2030.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
 
 

JAKARTA, KOMPAS — Target produksi siap jual atau lifting minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari pada 2030 masih menjadi mimpi. Sebab, realisasinya hingga akhir 2023 masih jauh dari harapan. Sejalan dengan desakan Komisi VII DPR, yang meminta target itu ditinjau ulang, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas pun menyiapkan rencana jangka panjang baru.

Berdasarkan data SKK Migas, realisasi lifting minyak bumi hingga akhir 2023 hanya 605.500 barel per hari. Angka ini jauh di bawah target APBN 2023 sebesar 660.000 barel per hari dan target berdasarkan rencana kerja dan anggaran (WP&B) 2023 sebesar 621.000 barel per hari.

 

Baca juga: Produksi Minyak Indonesia Belum Sesuai Harapan

Realisasi ini membuat target 1 juta barel per hari pada 2030 semakin sulit dikejar. Sejumlah anggota Komisi VII DPR menyoroti persoalan ini dalam rapat kerja bersama Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto serta perwakilan 10 besar kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/3/2024).

Anggota Komisi VII DPR mengusulkan agar SKK Migas tak lagi memasang target 1 juta barel per hari pada 2030. Alasannya, target itu pada kenyataannya sulit dicapai. Selanjutnya, SKK diharapkan mematok target yang lebih realistis.

https://cdn-assetd.kompas.id/CeVRBjv6iRb1aOa5CbBQ0a6HVIw=/1024x498/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F11%2Ff20edf28-467f-4868-a1b8-29f29904e9f5_jpg.jpg

Soal strategi

Dwi menjelaskan, rencana jangka panjang (long term plan/LTP) yang digunakan saat ini, termasuk target 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada 2030, disusun pada 2019. Setelah itu, terjadi pandemi Covid-19 yang turut menghambat realisasi lifting migas. Setelah lima tahun berjalan, SKK Migas berencana meninjau ulang target beserta realisasinya.

”Selain memang sudah lima tahun, juga kita menghadapi pandemi selama 2-3 tahun. Juga (melihat) realisasi pencapaian. Sebenarnya kami sudah dapat resumenya, tetapi belum resmi diluncurkan menjadi LTP baru. Intinya (dalam LTP baru) mundur 2-3 tahun,” ujarnya.

Dwi menambahkan, para KKKS sebenarnya telah berupaya untuk memperbaiki capaian dengan memastikan penurunan produksi minyak bumi terus ditekan serta meraih peningkatan produksi. Namun, ia mengakui, sejumlah strategi yang telah disusun belum berjalan optimal.

Ia mengakui, sejumlah strategi yang telah disusun belum berjalan optimal.

Salah satu strategi yang belum berjalan ialah pengurasan minyak tingkat lanjut (enhanced oil recovery/EOR). ”Waktu itu (diharapkan) bisa memberi pengaruh besar, tetapi ternyata tantangannya besar. Sesungguhnya pemerintah sudah memberi ruang dan kondisi jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya, khususnya menjamin keekonomian lapangan,” katanya.

SKK Migas, menurut Dwi, terus berupaya memantau untuk mempercepat temuan menjadi cadangan dan berlanjut pada produksi. SKK Migas pun telah memiliki daftar temuan yang belum dibuat rencana pengembangan lapangan (plan of development/POD) sekaligus temuan yang sudah dilengkapi dengan POD-POD, tetapi mangkrak. Bahkan, jika tak ada perkembangan, SKK Migas tak segan mencabut POD.

Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi Chalid Said Salim menyatakan, Pertamina sebenarnya telah meraih tren positif. ”Termasuk di Wilayah Kerja Rokan (Riau). Apabila tidak dilakukan upaya apa-apa sejak serah terima (dari Chevron pada 2021), mungkin sekarang di kisaran 130.000 barel minyak per hari. Tapi, sekarang naik (sekitar 167.000 barel minyak per hari). Ini akan kami lanjutkan terus. Juga di WK-WK lain,” ujarnya.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto (kiri) menyapa wartawan saat mengikuti seremoni tajak atau pengeboran perdana untuk eksplorasi sumur minyak nonkonvensional di Lapangan Gulamo, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (27/7/2023).

KOMPAS/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto (kiri) menyapa wartawan saat mengikuti seremoni tajak atau pengeboran perdana untuk eksplorasi sumur minyak nonkonvensional di Lapangan Gulamo, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (27/7/2023).

Investasi

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar, Dyah Roro Esti, mengatakan, bagaimanapun, upaya perusahaan dalam mencapai target lifting migas perlu diikuti peningkatan investasi hulu migas. Ia mempertanyakan apakah memang peraturan ataupun syarat-syarat selama ini turut membebani sehingga investasi yang masuk tidak optimal atau belum sesuai harapan.

”Target 1 juta barel minyak per hari pada 2030 menjadi mimpi bagi kita semua, lalu bagaimana mimpi itu direalisasikan? Memang investasi 2022 hingga 2024 meningkat, tetapi apakah (jumlahnya) terlalu rendah? Ini yang perlu disepakati bersama agar setiap tahun tak membahas yang gini-gini saja. (Pembahasan target dan realisasi lifting migas) Sudah jadi bahasan langganan," kata Dyah.

Baca juga: Pembenahan Fasilitas Produksi Migas yang Menua Dipercepat

Realisasi investasi hulu migas pada 2023 sebesar 13,7 miliar dollar AS atau meningkat dibandingkan realisasi 2022 sebesar 12,1 miliar dollar AS. Akan tetapi, nilai itu masih di bawah target investasi 2023, yakni 15,56 miliar dollar AS.

Selain meminta peninjauan ulang target 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada 2030, Komisi VII DPR juga mendorong Kepala SKK Migas untuk meningkatkan investasi eksplorasi hulu migas untuk memperbesar peluang ditemukannya cadangan migas besar.

”(Di samping itu) Komisi VII DPR mendesak Kepala SKK Migas untuk memastikan proyek Abadi Masela on stream (beroperasi) sesuai target, pada 2029,” kata Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno.