Jalan Tol Cipali akan jadi 3 lajur pada Km 87-110 arah Jakarta dan Cirebon. Rencananya akan selesai 7 bulan pengerjaan.

Oleh BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA

JAKARTA, KOMPAS — Pengelola Jalan Tol Cikopo-Palimanan atau Cipali, Astra Infra grup, akan menambah satu lajur lagi sehingga menjadi tiga lajur pada Kilometer 87 hingga Km 110, baik yang dari arah menuju Cirebon maupun yang menuju Jakarta. Penambahan lajur ini untuk menampung makin banyaknya pengguna Jalan Tol Cipali.

Direktur Operasional PT Lintas Marga Sedaya (Astra Tol Cipali) Rinaldi menjelaskan, pihaknya akan menambah satu lajur menjadi tiga lajur tepatnya di Km 87+359 hingga Km 110+359 yang berada di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Penambahan lajur dilakukan di bagian median jalan dengan setiap jalur yang sebelumnya memiliki dua lajur dan satu bahu jalan akan bertambah menjadi tiga lajur dan satu bahu jalan. Penambahan dilakukan pada jalur yang ke arah Cirebon dan Jakarta.

”Proyek ini ditargetkan selesai dalam waktu tujuh bulan pengerjaan,” ujar Rinaldi dalam siaran persnya, Kamis (18/7/2024).

Sebelumnya, pada tahun 2023, Astra Tol Cipali telah menyelesaikan penambahan lajur ketiga di Km 72+109 hingga Km 85 +850. Selain penambahan lajur di depan Rest Area Km 86, Km 102-Km 102, dan Km 130.

Ia menjelaskan, penambahan lajur ini untuk menampung pertambahan pengguna jalan tol seiring pertumbuhan mobilitas masyarakat.

Untuk menjamin keselamatan pengguna jalan dan pekerja proyek, Astra Tol Cipali juga memasang rambu-rambu sesuai aturan. Selain itu, juga telah dipasang pagar proyek daur ulang (PPDU) dan MCB (movable concrete barrier) sepanjang Km 87 hingga Km 110 untuk memisahkan area pekerjaan dengan jalur yang digunakan oleh pengguna jalan.

”Dalam proses penambahan lajur ketiga, kami terus berupaya memberikan pengalaman berkendara yang aman dan nyaman bagi pengguna jalan. Upaya-upaya itu diwujudkan dalam penerapan rencana manajemen lalu lintas dan memastikan pemenuhan aspek keselamatan pekerjaan,” ujar Rinaldi.

Lebih efisien

Di tempat terpisah, Selasa (9/7/2024), pemerintah meresmikan Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC). Adapun jalan tol ini telah tersambung penuh dengan lima ruas jalan tol dalam jaringan Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2. Jalan tol yang dibangun dan dioperasikan oleh PT Pelindo Solusi Logistik Group melalui PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (PT CTP Tollways).

Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto mengatakan, jalan tol itu sudah ditunggu banyak pihak cukup lama, termasuk industri transportasi dan logistik. Konektivitas jalan tol itu berdampak penting untuk aliran logistik, terutama untuk pengiriman ke wilayah selatan Jakarta sampai Bogor, Cianjur, Ciawi, dan Sukabumi yang selama ini tersentralisasi di akses simpang susun Cikunir dan JORR atau akses Halim, Cawang, dan Tol Jagorawi.

Akses tol ini dapat mengurangi waktu tempuh 30-60 menit jika dibandingkan akses Cikunir dan Cawang. ”Efisiensi transportasi logistik bisa mencapai 30-50 persen yang diperoleh dari penurunan biaya operasional, biaya perawatan, utilisasi aset, serta peningkatan kecepatan pengiriman dan penurunan risiko kecelakaan,” ujar Sugi.

Bagi industri manufaktur, kata Sugi, jalan tol tersebut akan memperlancar dan mempercepat proses pengiriman bahan baku (inbound), baik dari pelabuhan maupun pemasok lokal, juga pengiriman produk ke perusahaan-perusahaan pelanggan.

Peningkatan akses dengan jalan tol itu akan mendorong pembangunan dan pengembangan kawasan industri di dekat jalan tol dengan akses khusus. Beberapa ruas tol telah mendukung keberadaan sejumlah kawasan industri, seperti Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Jagorawi, Jakarta-Tangerang, Jakarta-Merak, Surabaya-Malang, dan lain-lain.

Secara nasional, keberadaan jalan tol akan mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan nasional atau jalan arteri, seperti jalan pantura, jalan arteri Cikopo-Padalarang, dan jalan lintas Sumatera. Hal ini juga berdampak terhadap pengurangan biaya pemeliharaan jalan nasional.

Penggunaan jalan tol juga berpotensi menurunkan risiko kecelakaan karena pengurangan kontak armada transportasi dengan kendaraan roda dua dan lainnya.

Tarif tol yang kompetitif akan mendorong pelaku usaha transportasi dan logistik untuk menggunakannya sehingga potensi pendapatan operator jalan tol yang tinggi dapat diharapkan dari volume tinggi (jumlah yang banyak) kendaraan yang melaluinya.