Transportasi Umum Belum Praktis, Ojek Daring Kian Diminati Oleh BUDIAWAN SIDIK A Jakarta sebagai kota metropolitan sarat dengan aktivitas perekonomian dan mobilitas masyarakat yang sangat tinggi. Hal ini membuat sektor transportasi menjadi sarana vital dalam menunjang berbagai aktivitas itu. Sayangnya, angkutan umum yang tersedia saat ini relatif belum praktis sehingga animonya masih tergolong rendah. Kendaraan pribadi masih mendominasi dan ojek daring kian diminati. Fenomena tersebut menyebabkan tingkat kepadatan arus lalu lintas kendaraan menjadi sangat tinggi di waktu-waktu tertentu, terutama saat pagi dan sore hari. Apalagi, mobilitas masyarakat di Jakarta ini tidak hanya dilakukan oleh warga setempat, tetapi juga masyarakat yang berasal dari daerah sekitarnya. Dampaknya, terjadi penumpukan kendaraan di ruas-ruas jalan tertentu yang memicu kemacetan saat hari-hari kerja. Berdasarkan laporan Statistik Komuter Jabodetabek 2023 menunjukkan bahwa jumlah kaum komuter yang ulak-alik di wilayah Jakarta dan sekitarnya mencapai 4,4 juta orang sehari. Tujuan kaum komuter itu beragam mulai dari aktivitas bekerja, bersekolah, ataupun berkegiatan lainnya. Dari seluruh wilayah Jabodetabek, jumlah kaum komuter dari kawasan Kota Depok merupakan yang terbanyak hingga mencapai 485 ribu orang atau sebesar 24,5 persen dari total komuter Greater Jakarta. Berikutnya disusul komuter dari kawasan Kota Bekasi yang mencapai 19,2 persen; Kota Tangerang Selatan 18,5 persen; Kota Tangerang 18,2 persen; Jakarta Timur 18 persen; Jakarta Pusat 16,2 persen; Jakarta Barat 15,5 persen; serta Jakarta Selatan dan Jakarta Utara yang masing-masing 14 persen. Mobilitas komuter selanjutnya berasal dari Kabupaten Bogor dan Bekasi yang mencapai 11,2 persen untuk masing-masing wilayah ini dan terkecil dari kawasan Kabupaten Tangerang yang sebesar 9 persen dari total komuter Jabodetabek. Tidak semua kelompok komuter Jabodetabek tersebut beraktivitas harian di wilayah Jakarta. Namun, sebagian besar memang masih berkutat di wilayah Jakarta yang jumlahnya mencapai kisaran 2,69 juta orang atau sekitar 61 persen dari seluruh komuter Jabodetabek. Sebagian besar, kelompok komuter yang beraktivitas di Jakarta ini umumnya berasal dari internal wilayah Jakarta sendiri yang mencapai 1,18 juta orang. Selanjutnya, di susul dari wilayah Jawa Barat seperti dari kawasan Depok, Bogor, dan Bekasi yang jumlahnya mencapai 1,05 juta orang. Terkecil, adalah komuter dari kawasan Banten yang berasal dari wilayah Tangerang Raya yang jumlahnya sekitar 451 ribu orang sehari. Seluruh kaum komuter Jabodetabek, baik yang beraktivitas di Jakarta maupun di luar Jakarta memiliki karateristik yang sama, yakni mayoritas menggunakan kendaraan pribadi. Jumlahnya mencapai 3,48 juta orang atau sekitar 79 persen yang menggunakan kendaraan pribadi baik itu sepeda motor ataupun mobil. Kaum komuter yang memanfaatkan transportasi umur tergolong masih minim, yakni hanya kisaran 861 ribu orang atau sekitar 19,5 persen saja. Sisanya, kurang dari dua persen memilih berkomuter secara aktif dengan melibatkan fisik seperti bersepeda dan jalan kaki. Fenomena tersebut menyebabkan arus lalu lintas di jalan raya menjadi sangat padat di seluruh wilayah Jabodetabek saat hari-hari kerja. Kemacetan menjadi hal biasa dan lumrah ditemui di sejumlah titik ruas jalan. Bahkan, kemacetan telah menyebar hingga ke daerah-daerah penyangga Jakarta karena tingginya arus mobilitas masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor. Mayoritas kaum komuter sekitar 67 persen mengakui pernah memiliki pengalaman buruk berupa kemacetan parah dalam perjalanannya beraktivitas sehari-hari. Bahkan, kaum komuter yang masing-masing berasal dari wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang rata-rata lebih dari 70 persennya menyatakan memiliki pengalaman kemacetan parah dalam berlalu-lintas. Transportasi umum belum praktis Beragamnya pilihan transportasi umum di wilayah Jakarta dan sekitarnya, nyatanya belum mampu secara signifikan menarik minat masyarakat untuk beralih menggunakan moda transportasi massal ini. Jaringan transportasi umum berbasis rel dan juga kendaraan darat yang kian andal dan nyaman tak juga memikat hati segenap kaum komuter untuk beralih secara mudah. Ada sejumlah alasan yang dikemukan dalam laporan Statistik Komuter Jabodetabek 2023. Di antaranya waktu tempuh menuju lokasi aktivitas menjadi lama; waktu tunggunya juga lama; tidak nyaman dan relatif tidak aman; akses menuju kendaraan umum jauh; serta tidak praktis sehingga membutuhkan biaya transportasi lebih mahal. Baca juga: Transportasi Umum, Tantangan Jakarta Menjadi Kota Global Berskala Dunia https://cdn-assetd.kompas.id/Q3UGwmjK3L0FBCrjNml5-h8LctE=/1024x1766/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F06%2F25%2Ffae57478-d0ae-412b-b0cb-3e3b5d1321b1_png.png Fenomena ketidakpraktisan yang membutuhkan waktu serta biaya lebih tinggi itu tampak dari jumlah moda transportasi yang digunakan oleh para kaum komuter menuju lokasi aktivitas. Sekitar 600-an ribu orang atau sekitar 13 persen kaum komuter harus menggunakan moda transportasi lebih dari dua kali. Bahkan, sekitar 220 ribu orang di antaranya harus menggunakan moda transportasi hingga sebanyak 3-4 kali dalam sekali perjalanan menuju lokasi. Hal ini mengindikasikan bahwa jaringan angkutan umum tidak terhubung secara langsung sehingga memaksa sebagian kaum komuter untuk berpindah-pindah moda kendaraan. Belum optimalnya pelayanan transportasi umum tersebut membuka peluang pasar bagi angkutan ojek daring untuk berkembang semakin pesat. Ketidakpraktisan jaringan angkutan umum dan juga tingkat kemacetan yang kian tinggi dan meluas di berbagai titik lokasi membuat permintaan terhadap angkutan berbasis aplikasi atau ojek online kian tinggi. Permintaan tinggi ojek daring Beradasarkan satudata.jakarta.go.id, khusus wilayah Jakarta saja, jumlah pelaku perjalanan tahun 2023 didominasi oleh ojek daring yang mencapai 1,13 juta perjalanan. Jumlah ini memberikan kontribusi sebesar 27,58 persen dari total jumlah pelaku perjalanan angkutan umum per hari di Jakarta. Permintaan perjalanan pada kendaraan umum berbasis aplikasi tersebut mengalahkan jumlah perjalanan transportasi massal yang dioperasikan oleh pemerintah pada tahun 2023. Misalnya saja seperti Bus Rapid Transit Transjakarta yang mengakomodasi sekitar 962 ribu penumpang; KRL Commuterline yang mengakut sekitar 863 ribu orang; Mass Rapif Transit yang membawa 123 ribu penumpang; Light Rapid Transit yang menarik sekitar 22 ribu penumpang; ataupun jaringan angkutan kota yang begitu banyak, tetapi hanya mengangkut sekitar 213 ribu orang saja sehari. Tingginya permintaan ojek daring itu mengindikasikan bahwa untuk sementara waktu jaringan angkutan umum yang dibangun pemerintah Provinsi Jakarta dan juga pemerintah daerah sekitarnya belum memenuhi kepraktisan yang ditawarkan ojek online. Kendaraan bermotor yang dioperasikan oleh para pekerja mitra perusahaan angkutan berbasis aplikasi itu dianggap paling memenuhi kriteria yang diharapkan para konsumen. Ada kejelasan waktu tunggu, langsung menuju lokasi yang dituju, kejelasan harga, serta mampu menghindari kemacetan yang sering terjadi di jalanan. Meskipun secara biaya relatif tidak murah karena akan sangat timpang dengan ongkos transportasi massal yang cenderung lebih murah. Kenyataan tersebut harus menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah, baik pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat untuk segera menyediakan jaringan transportasi massal yang terintegrasi dan mudah diakses ke berbagai tempat. Dengan semakin luasnya jaringan transportasi serta ditunjang saranan angkutan dan manajemen yang andal niscaya daya tarik public transport akan semakin tinggi sehingga akan mudah menarik para kaum komuter untuk beralih memanfaatkannya. Masifnya pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah Jakarta harus terus diperluas lagi hingga ke wilayah-wilayah penyangga Jakarta. Dengan jaringan yang luas hingga ke kawasan pinggiran Jabodetabek yang terintegrasi menuju pusat perekonomian di Jakarta, maka harapannya para kaum komuter yang masih menggunakan kendaraan pribadi akan tertarik dan segera beralih menggunakan angkutan umum. Citra keandalan, kenyamanan, keamanan, dan kecepatan waktu tempuh perjalanan angkutan umum harus terus ditingkatkan. Pasalnya, hingga saat ini animo para kaum komuter Jabodetabek untuk beralih menggunakan angkutan umum masih tergolong kecil, yakni hanya sekitar 133 ribu orang atau 3,8 persen dari seluruh pelaku komuter yang saat ini masih menggunakan kendaraan pribadi. (LITBANG KOMPAS)