Kawasan perkantoran penambangan bawah tanah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia Kabupaten Mimika, Papua Tengah, yang terletak di area ruang terbuka, Jumat (5/9/2024). Penambangan bawah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia merupakan area eksplorasi yang kini aktif beroperasi menggantikan penambangan terbuka di atas pegunungan Grasberg. Area penambangan di Grasberg Block Cave memiliki kandungan cadangan mineral sebesar 963 juta ton metrik, yang mencakup kandungan emas, perak, dan tembaga. KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Kawasan perkantoran penambangan bawah tanah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia Kabupaten Mimika, Papua Tengah, yang terletak di area ruang terbuka, Jumat (5/9/2024). Penambangan bawah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia merupakan area eksplorasi yang kini aktif beroperasi menggantikan penambangan terbuka di atas pegunungan Grasberg. Area penambangan di Grasberg Block Cave memiliki kandungan cadangan mineral sebesar 963 juta ton metrik, yang mencakup kandungan emas, perak, dan tembaga. Ramai hilir mudik mobil penggerak roda 4x4 khas kendaraan operasional tambang ketika semburat cahaya mentari baru muncul di ufuk timur, jadi penanda dimulainya hari di kawasan operasi tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia (PTFI) di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Di area yang sama, pada pukul 06.30 WIT, Jumat (6/9/2024) lalu, Steven Mofu (29) memasuki gedung kantor (office building) 4 yang letaknya 2.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di lantai dua gedung, pria asal Biak, Papua, ini memulai sif kerjanya sebagai supervisor kereta kendali jarak jauh, di ruang kontrol tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC). ”Sehabis serah terima pekerjaan dari sif sebelumnya, saya menganalisis dulu persoalan apa saja yang terjadi pada sif sebelumnya. Kalau ada sistem error atau loading bermasalah, perlu kita bereskan terlebih dahulu,” ujarnya kepada Kompas yang saat itu mendampinginya bekerja. Sebanyak 75 persen aktivitas penambangan GBC yang diestimasi memiliki kandungan cadangan mineral hingga 963 juta ton, dilakukan secara jarak jauh. Dalam satu sif, terdapat 50 kru yang bekerja mengendalikan load haul dump (LHD) atau kendaraan-kendaraan pengambil tanah berisi bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak, dari jarak jauh. Baca juga: Freeport Resmikan Smelter, Serapan Hilirisasi Tembaga Diyakini Bisa Optimal https://cdn-assetd.kompas.id/IN4IIk3N2W8riEoCodaovK5VoIs=/1024x789/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F09%2F23%2F3d868bb0-4652-48f0-8d78-2f9f3cc091b9_png.png Cadangan tambang Selain GBC, PTFI mengelola dua blok tambang bawah tanah lain, yakni Deep Mile Zone Level dan Big Gossan. Ketiganya berada 1.200-1.500 meter di dalam tanah dari permukaan tambang terbuka Grasberg. Jarak dari titik tambang bawah tanah menuju ruang kontrol rata-rata mencapai 7 kilometer. Dari ketiga blok tersebut, secara total rata-rata PTFI memproduksi 230.000 ton bijih per hari. Di luar ketiga blok tambang, perusahaan saat ini tengah menyiapkan blok tambang bawah tanah baru yang dinamai ”Kucing Liar”. Hengky mengatakan, blok ini ditargetkan memulai produksi pada tahun 2028, dengan kapasitas produksi 90.000 ton bijih per hari. Dengan total kapasitas produksi yang ada, PTFI dapat menambang cadangan bijih di tambang bawah tanah yang totalnya mencapai 1,5 miliar ton bijih, hingga 2041, atau tahun di mana izin usaha pertambangan khusus (IUPK) perusahaan akan berakhir. Di luar 1,5 miliar ton cadangan bijih yang sudah siap diproduksi secara ekonomis, area konsesi tambang Freeport masih punya 3 miliar ton bijih sumber daya. Hengky mengungkapkan dibutuhkan eksplorasi, beserta studi kelayakan, dan kajian ekonomi lebih lanjut, untuk membuat sumber daya ini menjadi cadangan terbukti yang dapat diproduksi. Jika sumber daya 3 miliar ton bijih tersebut terbukti menjadi cadangan, masa umur cadangan tambang PTFI diperkirakan bertambah hingga melewati tahun 2060. ”Artinya kalau kemudian kontrak kita itu hanya sampai di 2041, ada cadangan yang tidak bisa dioptimalkan,” kata Senior Vice President Underground Mine PTFI Hengky Rumbino. Baca juga: Proyek Hilirisasi Tambang Jadi Fondasi Baru Ekonomi RI Seorang petugas pengoperasian robot alat berat penambangan bawah tanah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Jumat (5/9/2024). Penambangan bawah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia merupakan area eksplorasi yang kini aktif beroperasi menggantikan penambangan terbuka di atas pegunungan Grasberg. Area penambangan di Grasberg Block Cave memiliki kandungan cadangan mineral sebesar 963 juta ton metrik, yang mencakup kandungan emas, perak, dan tembaga. KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Seorang petugas pengoperasian robot alat berat penambangan bawah tanah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Jumat (5/9/2024). Penambangan bawah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia merupakan area eksplorasi yang kini aktif beroperasi menggantikan penambangan terbuka di atas pegunungan Grasberg. Area penambangan di Grasberg Block Cave memiliki kandungan cadangan mineral sebesar 963 juta ton metrik, yang mencakup kandungan emas, perak, dan tembaga. Namun, eksplorasi serta pembangunan berbagai infrastruktur untuk memastikan sumber daya siap ditambang, memerlukan investasi modal yang besar dan waktu yang tidak sebentar. Hengky memberi gambaran, GBC memulai produksi pertama di tahun 2018, sementara Terowongan Ali Budiardjo yang menjadi akses jalan masuk menuju GBC mulai dibangun pada tahun 2004. Oleh karena itu, menurut dia, kepastian adanya perpanjangan IUPK diperlukan sesegera mungkin. Pasalnya, persiapan yang perlu dilakukan untuk operasi tambang bawah tanah membutuhkan waktu 10-15 tahun, dimulai dari membangun akses terowongan, perkantoran, perbengkelan, instalasi peralatan, dan lain sebagainya. ”Karena itu, kepastian perpanjangan IUPK diperlukan sebelum berbagai persiapan untuk mengoptimalkan sumber daya dapat dilakukan,” kata Hengky. Menurut Hengky, karakteristik tambang bawah tanah dan tambang permukaan sangat berbeda. Operasional tambang bawah tanah menggunakan metode block caving yang membiarkan bijih-bijih dalam ukuran besar runtuh karena gaya gravitasi. Setelah runtuh, baru batuan besar tersebut dibawa ke pabrik pengolahan. Baca juga: Ikhtiar Menjaga Keanekaragaman Hayati di Lereng Jayawijaya https://cdn-assetd.kompas.id/PWXYcYuFBFD7MLoKag4alneSvdY=/1024x1446/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F08%2F01%2F5bcae72e-b85e-4ad3-9ad2-555b77ccb9c1_png.png Kalau aktivitas tambang berhenti, maka akan terjadi akumulasi tegangan di dalam tanah yang akhirnya merusak infrastruktur yang ada. Jika itu terjadi, lanjut Hengky, pembangunan akses harus dimulai lagi dari awal, dengan biaya mencapai lima kali lipat dibandingkan pembangunan awal. ”Artinya, kalau kemudian kontrak kita tidak diperpanjang, bagi saya akan ada potensi kehilangan, yang bukan untuk Freeport, melainkan untuk negara,” ujarnya. Berdasarkan laporan tahunan PTFI yang terbit pada Juni 2024, kontribusi PTFI secara langsung terhadap kas negara sepanjang 2023 mencapai 2,7 miliar dollar AS (sekitar Rp 40,73 triliun) dari setoran pajak, royalti, dividen, pembayaran bea, dan kewajiban lainnya. Baca juga: Freeport: Operasi Tambang Sulit Dihentikan Lokomotif kereta listrik pengangkut hasil penambangan bawah tanah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Jumat (5/9/2024). Penambangan ini menggunakan rangkaian kereta listrik yang mampu mengangkut 2.000 ton material tambang per sif. PT Freeport Indonesia mengoperasikan 13 rangkaian kereta listrik dengan masing-masing rangkaian terdapat 11 gerbong pengangkut. Kereta ini berjalan 440 trip per hari untuk mengangkut hasil tambang. Penambangan bawah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia merupakan area eksplorasi yang kini aktif beroperasi menggantikan penambangan terbuka di atas pegunungan Grasberg. KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Lokomotif kereta listrik pengangkut hasil penambangan bawah tanah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Jumat (5/9/2024). Penambangan ini menggunakan rangkaian kereta listrik yang mampu mengangkut 2.000 ton material tambang per sif. PT Freeport Indonesia mengoperasikan 13 rangkaian kereta listrik dengan masing-masing rangkaian terdapat 11 gerbong pengangkut. Kereta ini berjalan 440 trip per hari untuk mengangkut hasil tambang. Penambangan bawah Grasberg Block Cave II PT Freeport Indonesia merupakan area eksplorasi yang kini aktif beroperasi menggantikan penambangan terbuka di atas pegunungan Grasberg. Ketergantungan Diperpanjang atau tidak operasi PTFI di Tembagapura, tingginya ketergantungan ekonomi Mimika terhadap operasi Freeport adalah fakta. Hal itu terefleksi dari kontribusi PTFI terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Mimika yang mencapai 80 persen. Apabila operasi PTFI terhenti, praktis nadi perekonomian Mimika lumpuh. ”Ini bisa menjadi bumerang bagi ekonomi daerah jika suatu waktu usia operasional tambang perusahaan berakhir,” kata Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep) Bisman Bakhtiar saat dihubungi pada Jumat (20/9/2024). Terkait perpanjangan operasi PTFI, Bisman berujar, evaluasi menyeluruh atas IUPK milik PTFI tetap harus dilakukan. Dalam melakukan evaluasi, pemerintah perlu menggandeng pihak independen seperti pakar dari perguruan tinggi, untuk menentukan urgensi dilakukannya perpanjangan. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 25 Tahun 2024 tentang Perubahan atas PP No 96/2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, pembangunan smelter menjadi syarat bagi perusahaan tambang untuk mendapatkan perpanjangan izin tambang tanpa perlu menunggu waktu 5 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu kegiatan produksi. ”Boleh diperpanjang atau tidak, yang bisa menentukan adalah evaluasi secara operasional, teknis, perekonomian, lingkungan, dan sosial,” ujarnya. Baca juga: Percepatan Perpanjangan Izin Tambang Bisa Jadi Preseden Buruk https://cdn-assetd.kompas.id/RXN9SAJIKoW5zXYAGAL4veF3quw=/1024x793/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F09%2F25%2F277c29de-c5e4-4d37-9115-dd40281ca526_png.png Sementara itu, menurut Peneliti Alpha Research Database sekaligus penulis buku Freeport: Bisnis Orang Kuat VS Kedaulatan Negara, Ferdy Hasiman, ketergantungan PDRB Mimika pada operasional Freeport ibarat bom waktu. Jika ini dibiarkan, saat masa berlaku IUPK PTFI habis, perekonomian daerah Mimika akan roboh. ”Sekarang Papua, kan, termasuk kategori daerah paling miskin di Indonesia. Sementara sumber daya alam mereka melimpah. Jangan sampai setelah habis sumber daya alam melimpah begitu besar, tidak ada dampak bagi pengembangan manusia di sana,” ujar Ferdy saat dihubungi, Rabu (25/9/2024). Ferdy menekankan sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Mimika atau Provinsi Papua Tengah untuk menentukan arah perekonomian mereka pascatambang. Misalnya, dengan memprioritaskan sektor kelautan mengingat daerah pesisir di Distrik Mimika Timur kaya akan sumber daya laut. Di sisi lain, kemampuan pemerintah daerah di Papua untuk melakukan improvisasi ekonomi sangat lemah. Di sanalah Freeport sebagai sektor swasta berperan untuk membimbing pemda. Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, Energi, dan Sumber Daya Mineral Papua Tengah Frets James Boray mengungkapkan, ketergantungan pada sektor pertambangan Freeport sudah seharusnya menjadi perhatian daerah-daerah. Selama ini, dana bagi hasil yang ditransfer langsung ke masing-masing kabupaten, seharusnya harus dimanfaatkan dalam investasi sosial yang berkelanjutan pula. ”Sekarang ini, ketergantungan pada sektor pertambangan ini masih besar. Namun, ada sektor lain pertanian, perikanan, dan perkebunan. Kopi-kopi kita sudah terkenal hingga ke mancanegara. Ini yang seharusnya kita terus maksimalkan,” katanya.