KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) menargetkan Indonesia tidak hanya mencapai swasembada beras, tetapi juga menjadi lumbung pangan dunia dalam beberapa tahun ke depan. Dengan strategi yang jelas dan ambisius, Kementan optimistis Indonesia mampu mengurangi impor, meningkatkan produksi, dan menjadi pemain utama dalam pasar ekspor beras global. 

Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Marginal Anny Mulyani memaparkan, peta jalan (roadmap) menuju swasembada telah disusun matang.

"Kami telah memetakan program-program strategis, seperti pompanisasi, optimalisasi lahan rawa, dan cetak sawah, yang diharapkan bisa menambah produksi beras hingga jutaan ton per tahun," ujar Anny dalam keterangan tertulis, Selasa (8/10).

Dalam peta jalan tersebut, Kementan menargetkan produksi beras meningkat secara signifikan mulai 2025. Dengan program seperti pompanisasi 1 juta hektare, optimasi lahan rawa, dan cetak sawah 1 juta hektare, Indonesia diharapkan mampu menambah produksi hingga 2,5 juta ton.

"Pada 2026, kami berencana melanjutkan cetak sawah dan perbaikan irigasi di 1 juta hektare, serta mengurangi ketergantungan pada impor. Target kami, produksi beras melonjak hingga 5 juta ton," jelas Anny.

Langkah besar lainnya, sambungnya, pada 2027 ditargetkan peningkatan produksi beras sebesar 10 juta ton melalui cetak sawah dan perbaikan irigasi di area yang sama. Pada tahun tersebut, Indonesia diharapkan telah mencapai swasembada penuh.

Tak berhenti di situ, 2028 menjadi titik krusial Indonesia mulai mengekspor beras, dengan target peningkatan produksi hingga 10 juta ton. Puncaknya yakni pada 2029, Kementan mencanangkan produksi beras mencapai 12,5 juta ton, dengan program cetak sawah, ekspor beras, dan bantuan beras untuk kebutuhan kemanusiaan.

"Peta jalan ini menggarisbawahi transformasi besar Indonesia, dari swasembada di 2027 hingga menjadi lumbung pangan dunia pada 2029. Dengan dukungan semua pihak, kita bisa mewujudkan hal ini," pungkas Anny.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan program cetak sawah perlu dilakukan untuk mempercepat swasembada sekaligus membuat Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.

Saat ini, pemerintah tengah fokus pada lahan intensifikasi sawah eksisting seluas 40 ribu hektare di Kabupaten Merauke, Papua Selatan.

"Dari jumlah tersebut, 35 ribu di antaranya dalam masa pertanaman. Ke depan akan kami perluas sehingga menghasilkan produksi yang cukup besar," tandas Amran. (E-2)