Meluasnya diplomasi Indonesia

Sebagai menteri luar negeri, Sugiono perlu mewujudkan harapan Presiden Prabowo agar Indonesia memainkan peran yang jauh lebih aktif dalam urusan global. Kalangan diplomat dan staf Kementerian Luar Negeri cukup terkejut dengan pengangkatan politikus Sugiono sebagai menteri luar negeri. Pasalnya, kementerian tersebut telah dipimpin oleh tiga diplomat karier sejak Agustus 2001. Untuk pertama kalinya, kementerian tersebut juga memiliki tiga wakil menteri, termasuk seorang politikus.
 

Kementerian Luar Negeri akan terus mendapat perhatian dari Presiden Prabowo Subianto karena minatnya untuk meningkatkan peran global Indonesia. Keputusan Prabowo untuk memilih Sugiono bisa jadi didasarkan pada interaksi dekatnya dengan Kementerian Luar Negeri selama lima tahun terakhir. Prabowo butuh seorang junior baru, yang tidak perlu punya cukup pengalaman dalam mengelola kementerian tersebut. Tidak seperti pendahulunya Retno L.P. Marsudi, yang menikmati tingkat otonomi tertentu dalam kegiatan kebijakan luar negeri sehari-hari dari presiden saat itu Joko “Jokowi” Widodo, hari-hari Sugiono kemungkinan akan “menempel” Prabowo. Praktik ini mengingatkan kita pada era Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid, pada 1999-2001, saat politikus Alwi Shihab menjabat sebagai menteri luar negeri. Presiden Prabowo akan segera memanggil pejabat senior Kementerian Luar Negeri yang menjabat sebagai duta besar Indonesia. Mereka akan mendapat pengarahan tentang pandangan kebijakan luar negeri sang presiden. Tidak seperti tradisi Amerika Serikat yang mengganti duta besar setelah terjadi perubahan pemerintahan, pemerintah Indonesia biasanya tidak mengubah misi luar negerinya. Dalam kasus Prabowo, ia telah memproyeksikan untuk melanjutkan kebijakan yang ada.  Dalam 100 hari pertamanya sebagai menteri luar negeri Indonesia, Sugiono diharapkan dapat merombak kementerian. Hal itu termasuk memastikan peran efektif tiga deputinya, untuk menghindari tumpang tindih tugas dan tanggung jawab. Deputi tersebut adalah Muhammad Anis Matta, ketua Partai Gelora, Arrmanatha Christiawan Nasir, yang sekarang menjabat sebagai Wakil Tetap Indonesia untuk PBB, dan Arif Havas Oegroseno, duta besar Indonesia untuk Jerman.
 

Selain sekretariat jenderal dan inspektorat jenderal, kementerian tersebut memiliki tujuh direktorat jenderal. Masing-masing menangani wilayah Asia-Pasifik dan Afrika, wilayah Amerika dan Eropa, ASEAN, bidang multilateral, informasi dan diplomasi publik, bidang hukum dan perjanjian internasional, serta bidang protokol dan konsuler. Tugas mendesak lainnya bagi Sugiono adalah mengisi jabatan duta besar yang kosong, terutama di mitra strategis Indonesia seperti Amerika Serikat. Dalam 10 tahun terakhir, proses rekrutmen duta besar sering berjalan lambat karena adanya tarik-menarik antara presiden dan DPR. Di bawah kepemimpinan Sugiono, yang bukan dari  internal kementerian, Kementerian Luar Negeri diharapkan dapat melakukan lebih banyak terobosan, termasuk reformasi birokrasi. Kementerian Kesehatan menjadi kementerian yang reformasinya bisa menjadi contoh baik bagi para diplomat Indonesia. Ketika mantan bankir Budi Gunadi Sadikin diangkat menjadi menteri kesehatan pada 2019, ia menghadapi perlawanan internal. Namun, ia membuktikan keberaniannya dan membantu negara bertahan dari pandemi COVID-19 melalui berbagai terobosan dan inovasi. Tidak mengherankan, Presiden Prabowo mempertahankan Budi sebagai menteri kesehatan. Sugiono, 45 tahun, yang menjabat sebagai anggota DPR dari Partai Gerindra, partai yang mengusung Prabowo hingga pengangkatannya minggu lalu, secara luas dianggap sebagai "putra ideologis" Presiden. Karena Presiden Prabowo diharapkan untuk secara pribadi aktif dalam pembuatan dan implementasi kebijakan luar negeri, hubungan antara dirinya dan kepala diplomatnya kemungkinan akan dicirikan oleh hubungan yang bersifat top-down. Yang jelas, Sugiono berlatar belakang militer, sama seperti Prabowo.

Sugiono telah menorehkan prestasi dengan menghadiri KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia. Tapi, ujian pertama yang sesungguhnya bagi sang menteri luar negeri dalam diplomasi akan datang bulan depan. Presiden Prabowo dijadwalkan melakukan perjalanan ke Peru untuk menghadiri KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), kemudian bertolak ke Brasil untuk KTT Kelompok 20 pada November. Dari perspektif media, kami berharap Sugiono akan meniru pendahulunya Retno. Menteri Retno sangat mudah diakses oleh pers. Sugiono perlu sering berbicara pada media karena ia tidak begitu dikenal oleh masyarakat. Sebagai menteri luar negeri, Sugiono perlu mewujudkan harapan Presiden Prabowo agar Indonesia dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam urusan global. Itulah sebabnya ia telah memperluas pelayanan luar negeri dan menunjuk tiga deputi untuk mendukung Sugiono. Mari mendoakan kesuksesan Menteri Luar Negeri Sugiono dan korps diplomatiknya.