Cuaca ekstrem diperkirakan masih akan terjadi hingga masa Lebaran pada Maret 2025. Masyarakat dan pemerintah daerah wajib mengikuti prakiraan cuaca BMKG.
Oleh Yosepha Debrina Ratih Pusparisa
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perhubungan memproyeksikan jumlah pemudik Lebaran 2025 sebanyak 146,48 juta orang. Perjalanan lintas provinsi di Jawa masih akan mendominasi selama arus mudik Lebaran nanti. Secara nasional, puncak arus mudik akan terjadi tiga hari atau H-3 menjelang Lebaran, yaitu Jumat, 28 Maret 2025.
Dalam survei potensi pergerakan nasional oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub), mayoritas responden atau 62,6 persen bepergian ke luar kota dan luar negeri untuk merayakan Idul Fitri. Para pelaku perjalanan didominasi masyarakat dari provinsi-provinsi di Jawa, sebanyak 66,6 persen, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Sekitar 97,6 juta jiwa diproyeksi akan melakukan perjalanan lintas provinsi dan dalam provinsi. Adapun daerah tujuan mudik terbanyak adalah Jawa Tengah (36,6 juta jiwa), Jawa Timur (27,4 juta jiwa), disusul Jawa Barat (22,1 juta jiwa).
Proyeksi pergerakan pada Lebaran 2025 lebih rendah 24,4 persen dibandingkan 2024. Kala itu, pemerintah memproyeksikan ada 193,6 juta pemudik melakukan perjalanan pada Lebaran 2024. Realisasinya, mobilitas masyarakat tercatat dilakukan 162,2 juta orang pada periode yang sama.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR di Jakarta mengemukakan, puncak mudik diperkirakan terjadi pada tiga hari sebelum atau H-3 Lebaran. Proyeksinya, sekitar 11,5 persen atau 16,85 juta orang akan bergerak.
”Mobil pribadi merupakan moda transportasi dengan share (proporsi) tertinggi sebanyak 4,21 juta dengan asal perjalanan Jabodetabek dengan tujuan perjalanan ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat,” ujar Dudy, Selasa (11/3/2025).
Dalam rapat yang dipimpin Ketua Komisi V DPR Lasarus, hadir pula sejumlah pejabat lain. Beberapa di antaranya adalah Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo, Kepala Bagian Ops Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri Komisaris Besar Aris Syahbudin, serta Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. Ada pula pimpinan maskapai penerbangan nasional.
Pilihan utama responden dalam memilih moda angkutan selama libur Lebaran 2025 masih didominasi kendaraan pribadi. Secara berurutan, opsi utama masyarakat adalah mobil pribadi (23 persen), bus (16,9 persen), kereta api (16,1 persen), pesawat terbang (13,5 persen), dan sepeda motor (8,7 persen).
Guna mengurai kemacetan jelang Lebaran, pemerintah menerapkan skema bekerja dari mana saja (work from anywhere/WFA). Kebijakan ini akan berlaku bagi aparatur sipil negara (ASN). Pihaknya juga mengimbau pihak swasta menerapkan kebijakan ini bagi para pekerjanya.
Dalam skema Kemenhub, saat kebijakan WFA diberlakukan pada 24 Maret hingga 8 April 2025, maka pergeseran pola keberangkatan akan dimulai pada H-7 hingga H-5 Lebaran. Sebaliknya, saat arus balik tanpa ada WFA, lonjakan tinggi arus balik akan terjadi pada H+5 Lebaran atau 6 April 2025.
”Potensi kepadatan mobil pribadi akan terjadi di semua jalan tol, baik di Jawa maupun luar Jawa, utamanya di Tol Trans-Jawa,” kata Dudy.
Saat arus balik, lonjakan pergerakan bakal terjadi, apalagi kebijakan WFA hingga saat ini diputuskan hanya berlaku selama empat hari, yakni 24-27 Maret 2025. Alhasil, Kemenhub masih mengupayakan berkoordinasi dengan kementerian terkait agar WFA juga dapat diberlakukan saat kepulangan.
Rekayasa lalu lintas
Menurut data Korlantas Polri, angka kecelakaan pada 2024 terhadap 2023 menurun. Namun, variabel lain dalam angka kecelakaan tersebut perlu diperhatikan. Angka korban meninggal memang menyusut 12 persen, tetapi angka luka berat naik hingga 33 persen. Kejadian kecelakaan di ruas tol naik 44 persen.
”Ini ada kaitannya dengan laju kecepatan (kendaraan) Jakarta-Semarang yang makin lama makin meningkat. Penyebab kecelakaan salah satunya karena kurang menjaga jarak (antarkendaraan),” ujar Aris.
Guna mengantisipasi kepadatan kendaraan, maka delapan kepolisian daerah (polda) prioritas di Lampung, Jawa, dan Bali akan menyelenggarakan Operasi Ketupat lebih awal. Seperti WFA yang dimulai pada 24 Maret 2025, maka Operasi Ketupat juga dimulai saat itu hingga berakhir pada 8 April 2025. Polda lain akan tetap dilaksanakan selama 14 hari pada 26 Maret sampai 8 April 2025.
Aris menambahkan, ruas tol yang berisiko akan mendapat perhatian khusus kepolisian. Ruas tol yang dimaksud adalah Cikampek, Cipali, dan Cipularang; Cipali, Palikanci, hingga Kalikangkung; Semarang-Solo; ABC Semarang; Solo-Klaten-Prambanan; serta Jakarta-Merak.
Infografik Contraflow dan One Way di Jalan Tol Trans-Jawa
Berkaca dari kecelakaan yang terjadi pada Lebaran 2024, kepolisian akan tetap melakukan rekayasa lalu lintas, tetapi dengan pengamanan berbeda. Saat itu terjadi kecelakaan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek Kilometer (Km) 58 pada 8 April 2024, tepat sehari sebelum perayaan Idul Fitri. Sebuah mobil Gran Max yang berjalan di lajur contraflow masuk ke lajur reguler atau arah sebaliknya, lantas menghantam bus. Imbasnya, 12 orang tewas dalam kejadian tersebut. Contraflow merupakan sistem rekayasa lalu lintas yang mengubah arah kendaraan berlawanan dari arah normal.
Ketika didalami, mobil tersebut merupakan ”angkutan gelap” yang membawa penumpang melebihi kapasitas. Sopir kurang istirahat karena selama empat hari berturut-turut menyetir di rute Jabodetabek-Ciamis. Ia pun diduga mengalami mengantuk sesaat atau microsleep (Kompas.id, 13/4/2024).
Berdasarkan hasil evaluasi, tambah Aris, kepolisian bersama PT Jasa Marga (Persero) Tbk akan merekayasa jarak antarpembatas jalan menjadi lebih pendek guna memisahkan lajur contraflow dengan lajur reguler. Di sela-sela pembatas akan ditambah pembatas air dilengkapi dengan lampu kelap-kelip.
”Kendaraan darurat juga didekatkan (pada lajur contraflow). Ruas yang akan digunakan untuk contraflow dan one way tidak boleh melebihi kecepatan ruas existing,” katanya.
Kepolisian juga memiliki opsi memberlakukan ganjil-genap bagi kendaraan ketika arus kendaraan harus diurai. Namun, kebijakan ini bersifat tentatif, bergantung situasi jalan.
Infografik Imbauan di Tengah Cuaca Ekstrem
Tingginya mobilitas masyarakat perlu diantisipasi banyak pihak. Apalagi, cuaca ekstrem diperkirakan masih berpeluang terjadi pada Maret 2025.
”April (2025), alhamdulillah saat arus balik, cuaca sudah makin membaik, meski berpotensi terjadi curah hujan dengan intensitas menengah di hampir seluruh wilayah Indonesia,” ujar Dwikorita.
Namuan, ia menyayangkan, terkadang masyarakat meremehkan peringatan dini yang diterima. Alhasil, BMKG juga akan lebih gencar menyosialisasikan hasil prakiraan cuaca saban hari dengan informasi yang lebih detail dan sederhana pada berbagai medium.
Selain melalui media sosial dan kanal Youtube, pihaknya juga telah bekerja sama dengan sejumlah pemerintah daerah (pemda) untuk menyisipkan informasi cuaca terbaru di videotron serta melalui pengiriman pesan singkat (SMS). Harapannya, masyarakat dan pemda dapat lebih waspada dan sigap ketika ada peringatan dini.
Risiko banjir rob juga akan terjadi di sepanjang pantai utara (pantura) pada 29 Maret 2025, dua hari sebelum Idul Fitri. Proyeksi serupa pada tanggal yang sama juga rawan terjadi di sejumlah pantai di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku.
Potensi lain adalah tingginya gelombang laut yang perlu diwaspadai di pesisir pantai Samudra Hindia, baik di Sumatera Selatan maupun Jawa. Tinggi gelombang diprediksi mencapai 2-2,5 meter, yang bisa berbahaya bagi kapal kecil, termasuk yang digunakan untuk berwisata.
Zona rawan tsunami di jalan bawah tanah (underpass) lintas selatan Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, juga perlu jadi perhatian kepolisian. Mitigasi untuk buka-tutup masuk terowongan perlu disiapkan, jangan sampai terjadi kemacetan. Ketika hal itu terjadi, kendaraan yang melintas akan terjebak di terowongan saat evakuasi tsunami.
”Kesimpulannya, kewaspadaan masih tetap (perlu) dijaga, bahkan ditingkatkan, terutama kami yang bersiaga apabila sewaktu-waktu muncul bibit siklon atau bahkan berkembang jadi badai tropis. Ini dapat dideteksi 4-6 hari sebelumnya. Kami akan terus gencarkan informasi untuk mitigasi,” tutur Dwikorita.