Kesadaran terhadap keselamatan berkendara semakin tinggi. Penggunaan sepeda motor untuk menempuh perjalanan jauh pada masa Lebaran semakin minim.
Oleh Yohanes Advent Krisdamarjati
Kesadaran para pemudik Lebaran terhadap keselamatan berkendara semakin tinggi. Penggunaan sepeda motor untuk menempuh perjalanan jauh menuju kampung halaman semakin minim. Para pemudik sepeda motor itu sebagian telah beralih menggunakan moda transportasi umum. Selain itu, juga memanfaatkan mudik bersama gratis yang diselenggarakan berbagai institusi.
Fenomena tersebut tertangkap dari hasil jajak pendapat Kompas pada 4-7 Maret 2025 yang menjaring sejumlah responden di 38 provinsi di Indonesia. Hasil polling terkait Lebaran itu menunjukkan adanya peralihan menggunakan moda transportasi yang lebih aman dalam menempuh perjalanan jauh.
Dalam jajak pendapat tersebut disajikan pertanyaan ”Pada Lebaran 2024, transportasi apa yang Anda gunakan untuk mudik?”. Jawaban dari pertanyaan ini kemudian diolah secara tabulasi silang dengan jawaban dari pertanyaan ”Transportasi apa yang Anda pilih untuk mudik Lebaran 2025?”
Hasil cross tabulation itu menunjukkan sejumlah peralihan dari penggunaan sepeda motor pada Lebaran 2024 ke sejumlah moda transportasi yang lebih aman pada Lebaran 2025 ini. Sebanyak 13,3 persen bergeser ke moda kereta api; 4,5 persen lainnya memilih menggunakan bus atau travel; dan 4 persen lainnya lagi menempuh perjalanan dengan mengendarai mobil.
Temuan tersebut menjadi indikasi positif bagi keselamatan perjalanan selama arus mudik dan arus balik masa Lebaran. Dengan semakin minimnya pemudik dengan sepeda motor, harapannya tingkat kecelakaan lalu lintas juga semakin susut.
Menurut catatan Korlantas Polri pada Operasi Ketupat 2024, tingkat kecelakaan mencapai 75 persen sepanjang periode arus mudik dan arus balik Lebaran 2024. Angka tersebut sangat tinggi apabila dibandingkan dengan lakalantas yang melibatkan bus dan mobil angkutan orang yang berada di kisaran 12 persen.
Kesadaran beralih menggunakan moda transportasi itu ada yang bersifat pribadi ataupun karena didukung berbagai program kebijakan pemerintah. Salah satunya dengan program mudik gratis, baik bagi para penumpangnya maupun untuk sepeda motornya. Dengan demikian, para pemudik menempuh perjalanan jauh dengan menggunakan transportasi umum yang telah disediakan, tetapi sekaligus tetap dapat menggunakan sepeda motornya di kampung halaman.
Sepeda motor pemudik itu diangkut dengan transportasi barang lainnya, seperti truk dan kereta api. Pemudik dapat mengambil sepeda motornya di tempat tujuan sehingga tinggal menempuh perjalanan pendek ke kampung halaman.
Salah satu institusi yang menyediakan kuota motor gratis (motis) pada masa Lebaran adalah Kementerian Perhubungan. Program ini mengangkut motor para pemudik secara cuma-cuma dari statiun kota asal ke stasiun tujuan pemudik. Pada Lebaran 2025 ini, kuota Motis yang disediakan 7.424 unit motor dan 16.960 penumpang kereta api. Bila dibandingkan dengan Lebaran 2024, kuota ini menyusut karena pada tahun lalu mengakomodasi 12.180 unit sepeda motor dan 28.196 penumpang moda transportasi umum.
Program tersebut turut mengakselerasi perpindahan moda tranportasi para pemudik dari sepeda motor ke moda transportasi yang jauh lebih aman.
Ke mana saja tujuan pemudik pesepeda motor?
Meskipun jumlah pemudik sepeda motor semakin menyusut, tetap saja pada Lebaran 2025 ini ada sebagian masyarakat yang tetap memilih sepeda motor sebagai moda mudik andalannya. Hal yang menarik dicermati dari fenomena ini adalah ke mana saja tujuan mereka dan seberapa jauh perjalanan yang akan ditempuh para pengendara sepeda motor itu.
Dari hasil jajak pendapat menunjukkan ada tiga pengelompokan daerah yang menjadi tujuan para pengguna sepeda motor tersebut. Pertama, yang paling dekat mudik di dalam area kota atau kabupaten saja. Selanjutnya, lebih jauh lagi mencakup perjalanan antarkota dalam provinsi (AKDP) dan terjauh adalah perjalanan antarkota antarprovinsi (AKAP).
Ditilik secara proporsi nasional, 5 dari 10 pemudik sepeda motor hanya bepergian di dalam kota atau kabupaten domisili mereka. Sementara itu, 4 dari 10 pemudik sepeda motor ini berencana bepergian dalam cakupan AKDP. Terakhir, kelompok pemudik bermotor yang bersiap menempuh perjalanan panjang antarkota antarprovinsi terbilang sangat minim, yakni hanya 9,2 persen atau sekitar 1 dari 10 pemudik.
Temuan tersebut menggambarkan bahwa pemudik Lebaran 2025 dengan sepeda motor tetap masih ada. Hanya saja, proporsi pemudik yang akan menempuh perjalanan jauh hingga lintas provinsi sangatnya sedikit. Sebagian besar hanya berkutat di sekitaran dalam kota ataupun wilayah yang masih satu provinsi dengan para pemudik. Relatif masih aman untuk ditempuh dengan menggunakan sepeda motor.
Bila dilihat dari segi geografis berdasarkan gugus kepulauan, yakni Pulau Sumatera, Pulau Jawa, serta Luar Jawa dan Sumatera, terdapat pola yang sedikit berbeda terkait pemudik sepeda motor itu.
Hasil jajak pendapat menunjukkan pemudik sepeda motor di Pulau Jawa proporsinya paling banyak akan melakukan perjalanan AKAP apabila dibandingkan dengan situasi di Sumatera ataupun luar Jawa dan luar Sumatera. Dengan demikian, pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada wilayah ini terkait keselamatan berkendara, khususnya bagi pengendara roda dua.
Di antaranya dengan menyediakan rekayasa jalur yang aman dan lancar bagi sepeda motor ataupun kendaraan pribadi lainnya yang menempuh perjalanan jauh sehingga tidak terjebak dalam kemacetan lokal yang sering terjadi di suatu daerah. Selain itu, menyediakan sarana pendukung untuk istirahat yang memadai, khususnya bagi para pengendara sepeda motor.
Meskipun kini sudah tampak tanda-tanda positif para pemudik mulai beralih ke transportasi lain yang lebih aman, pemerintah tetap perlu meningkatkan perhatian agar pemudik sepeda motor jarak jauh dapat terus ditekan seminimal mungkin jumlahnya. Kuota Motis Lebaran 2025 yang menurut dari tahun sebelumnya patut dievaluasi kembali.
Harapannya, keselamatan berkendara selama masa Lebaran dapat terus terus ditingkatkan. Moda transportasi yang memiliki risiko kerentanan tinggi lakalantas harus ditingkatkan mitigasinya.
Apalagi, pada masa arus Lebaran itu, volume kendaraan yang melintas melonjak signifikan dari hari biasanya. Artinya, durasi perjalanan akan bertambah lama dan akan menguras cukup banyak energi, terutama bagi pengendara sepeda motor ataupun penumpang yang dibonceng. Ditambah, kondisi cuaca yang kadang berubah drastis, bisa tiba-tiba hujan lebat, tetapi bisa pula panas terik sepanjang hari. Oleh karena itu, upaya untuk terus meningkatkan keselamatan dalam menyambut tradisi mudik Lebaran itu menjadi sebuah keniscayaan yang harus dilakukan pemerintah. (LITBANG KOMPAS)