Minggu ini diharapkan semakin banyak jalur ke Aceh bisa ditembus.

Oleh Dahlia Irawati

MALANG, KOMPAS — Jalur transportasi darat menuju Aceh terus dipulihkan. Minggu ini diharapkan sebagian jalur di Aceh sudah bisa ditembus. Terbukanya jalur darat dinilai akan mengoptimalkan distribusi bantuan kepada para korban bencana.

Hal itu dikatakan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari dalam siaran pers pada Selasa (9/12/2025).

”Beberapa titik amblas diupayakan terus bisa diperbaiki. Di beberapa ruas jalan provinsi, target penyelesaian (penanganan jalur jalan dan jembatan) mulai 14-17 Desember. Kami harapkan beberapa titik akses darat signifikan tersebut bisa selesai minggu ini, sedangkan jalur Gayo Luwes-Aceh Tenggara bisa selesai sekitar tanggal 20,” tutur Abdul Muhari.

Beberapa jalan yang ditangani saat ini adalah jalur Aceh Utara-Bireun, Gayo Luwes ke Abdia, Pidie Jaya-Bireun, Bireun-Aceh Utara. ”Adapun akses Gayo Luwes-Aceh Tenggara target fungsionalnya pada 20 Desember mendatang,” katanya.

Perbaikan jalur transportasi ke daerah bencana Sumatera, menurut Abdul Muhari, penting, terutama untuk bisa mengoptimalkan pengiriman bantuan dan bahan bakar minyak (BBM) kepada korban bencana melalui jalur darat.

Per Selasa (9/12/2025), distribusi logistik ke Sumatera dilakukan melalui jalur darat, laut, dan udara. Ke Aceh, misalnya, Selasa, didistribusikan tiga kali pengiriman bantuan melalui jalur darat dengan tonase sebesar 14 ton. Sebanyak 17 angkatan melalui jalur udara dengan tonase 7,5 ton.

”Untuk daerah yang sudah tembus jalur darat, akan diupayakan distribusi logistik dengan truk. Ini karena menggunakan truk, dimensi barang diangkut bisa bervariasi. Adapun pengiriman bantuan via udara dioptimalkan ke kantong-kantong atau titik-titik masyarakat yang masih terpisah dan yang masih butuh dukungan,” katanya.

Menurut Abdul Muhari, pengiriman logistik melalui jalur darat lebih optimal daripada jalur laut atau udara. Itu sebabnya ia berharap penyelesaian perbaikan jalur transportasi darat segera bisa dilakukan.

”Hal signifikan lain pengiriman logistik hari ini adalah pengiriman BBM solar sebanyak 20 drum atau 4 ton dengan menggunakan pesawat TNI AU dan 10 ton makanan via Hercules TNI AU. Pengiriman ini sudah tiba di Bandara Rembele (Bener Meriah Aceh),” katanya.

Empat hari sebelumnya, menurut Abdul Muhari, pemerintah sudah bisa mengirim BBM sebanyak 1.000 liter. ”Hari ini BBM solar. Logistik ini untuk dua kabupaten, yaitu Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah,” katanya.

Adapun pengiriman logistik untuk Sumatera Utara per Selasa ini dilakukan dengan 14 kali pengiriman melalui jalur udara dengan kapasitas total 7,1 ton. Target pengiriman langsung ke kantong-kantong pengungsian.

”Sedangkan untuk Sumatera Barat, jalur darat sudah mulai optimal sehingga kami bisa mendistribusikan 17 truk logistik via darat dengan tonase 27,7 ton, 4 angkatan via udara dengan total 3 ton dan 1 angkatan melalui jalur laut dengan kapasitas 13,4 ton. Hari ini untuk Sumatera Barat terdistribusi makanan dan nonmakanan dengan total 44 ton. Dari sini terlihat pentingnya akses jalur darat guna optimalisasi distribusi logistik,” katanya.

Adapun secara umum, hingga hari ini, pencarian korban terus dilakukan. ”Hari ini petugas menemukan tiga jasad sehingga total korban, dari 961 korban meninggal yang ditemukan kemarin, per hari ini bertambah tiga orang menjadi 964 korban meninggal dan 264 korban masih hilang,” kata Abdul Muhari.

Adapun jumlah pengungsi datanya terus akan diverifikasi. Jika sebelumnya ada 1 juta lebih pengungsi, per Selasa terjadi penurunan menjadi 894.101 pengungsi. ”Kami akan turunkan enumerator untuk mendata. Dalam tiga hari ke depan, mereka akan bekerja sehingga bisa memberikan data lebih baik lagi,” katanya.

Selain pencarian korban dan distribusi logistik, Abdul Muhari mengatakan bahwa modifikasi cuaca juga terus dilakukan. Operasi modifikasi cuaca tersebut dioptimalkan di aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Hal itu diharapkan bisa mendukung penanganan bencana Sumatera.

”Pemerintah akan terus mengoptimalkan segenap sumber daya dari semua kementerian dan lembaga, bekerja sama dengan private sector, pemda, dan lainnya, dengan tujuan akselerasi proses tanggap darurat menuju rehabilitasi dan rekonstruksi agar saudara kita yang terdampak bisa kita pulihkan hidup dan penghidupannya,” tuturnya.

Solidaritas

Adapun solidaritas terkait bencana Sumatera juga terus mengalir dari berbagai pihak. Universitas Brawijaya (UB), misalnya, mengirimkan alat penjernih air portabel untuk membantu korban bencana di Sumatera Barat. Pengiriman bantuan dilakukan pada Minggu (7/12/2025), bertepatan dengan rangkaian Dies Natalis UB.

Program ini merupakan kolaborasi lintas fakultas, yang diinisiasi oleh dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UB, Muhammad Fakhri, dan dikembangkan secara teknis oleh dosen Fakultas Teknik UB, Riyanto Haribowo.

Sebanyak 10 alat penjernih air dan 10 genset diberangkatkan terlebih dahulu menuju Palembayan, Kabupaten Agam, salah satu wilayah yang membutuhkan dukungan akses air bersih. Selanjutnya, UB merencanakan distribusi ke berbagai lokasi lain berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan di lapangan.

Riyanto, mengatakan, ide pembuatan alat tersebut muncul dari kegiatan pengabdian UB yang fokus membantu korban bencana di Sumatera Barat.

”Pada situasi bencana, akses air bersih sering terputus sehingga dibutuhkan alat yang praktis, mudah dipindahkan, dan mampu menghasilkan air layak pakai dengan cepat,” kata Riyanto.

Alat penjernih air dikembangkan tim FT tersebut menggunakan sistem filtrasi dan sterilisasi bertingkat. Unit tersebut dilengkapi multisand filter FRP 1035, empat housing filter 10 inci berisi sedimen dan karbon aktif, serta sterilisator UV kapasitas 12 GPM.

Sistem ini juga ditunjang oleh pompa air, panel listrik, pressure gauge, serta rangka galvanis dengan pipa PVC. ”Semua komponennya memang kami rancang agar mudah dipindahkan dan digunakan langsung di lapangan,” katanya.