JAKARTA, KOMPAS — Dua unsur pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat, Setya Novanto dan Fadli Zon, muncul dalam acara jumpa pers kampanye yang digelar bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump. Kemunculan itu dipersoalkan. Mereka dianggap melanggar etik dan layak diadukan ke Mahkamah Kehormatan. REUTERS/LUCAS JACKSONBakal calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memperkenalkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI Setya Novanto dalam jumpa pers seusai menandatangani ikrar dengan Komite Nasional Republiken di Menara Trump, New York, Kamis (3/9) waktu AS. Anggota Komisi I DPR, Syaifullah Tamliha, di Kompleks Parlemen, Jumat (4/9), mengatakan, dua unsur pimpinan DPR itu melanggar etik karena melakukan kegiatan di luar agenda resmi. Seperti diketahui, lawatan mereka ke Amerika Serikat adalah untuk menghadiri Konferensi Dunia IV Pimpinan Parlemen Dunia di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berlangsung 31 Agustus-2 September. "Semestinya pimpinan DPR tak boleh keluar dari agenda. Kalau mau datang (bertemu Trump), jangan membawa kapasitasnya sebagai pimpinan DPR. Jangan mengenakan lambang Garuda di dada," ujarnya. Hal senada diungkapkan anggota Komisi I dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Tubagus Hasanudin. Sebagai pejabat negara, katanya, tidak etis jika pimpinan DPR bertemu dengan salah satu kandidat calon presiden negara lain. Diperkenalkan Pada Kamis (3/9), Donald Trump menggelar jumpa pers di lobi gedung Trump di New York City, AS. Mengutip situs berita CBS News, pada akhir jumpa pers, Trump yang telah menutup pernyataannya kembali ke podium, khusus untuk memperkenalkan Setya, yang hadir menggunakan jas hitam dan dasi ungu, dengan wajah cerah dan senyum mengembang. Dalam foto juga tampak Fadli Zon di barisan belakang sebelah kiri Setya. Trump memperkenalkan Setya sebagai Ketua DPR RI, orang kuat dan sangat berpengaruh, yang sengaja datang untuk menemui dirinya bersama rombongan. Kepada Setya, Trump bertanya apakah Indonesia menyukai dirinya. Setya pun menjawab ya. Sementara itu, seperti dikutip situs berita Business Insider, Fadli Zon menyatakan menyukai Trump karena dia adalah pengusaha besar yang berinvestasi di Indonesia, terutama Bali dan Jawa Barat. "Jadi, dia adalah teman Indonesia. Bagi rakyat Indonesia, ketika mereka bicara soal miliarder, yang langsung muncul di kepala mereka, ya, Donald Trump," ujar Fadli. Tarik Investasi Sementara itu, wartawan Kompas, M Hernowo, yang sedang transit di Dubai, Uni Emirat Arab, dalam perjalanan dari New York menuju Jakarta melaporkan, Setya dijadwalkan bertemu Trump pada Kamis pukul 13.00 waktu setempat di Trump Tower. Dalam pertemuan tertutup itu, Setya didampingi Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Ketua Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar Aziz Syamsuddin, Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya, Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Widya Yudha, dan anggota Komisi IV DPR Joppy Kardinal. Menurut Setya, pertemuan itu bagian dari fungsi Parlemen, yakni untuk lebih meningkatkan hubungan baik RI-AS dan meningkatkan investasi AS di Indonesia. "Kebetulan ini calon (presiden AS) yang dalam survei cukup signifikan," kata Setya. Ia menambahkan, pihaknya berterima kasih karena Trump telah bekerja sama dengan Chief Executive Officer MNC Group Hary Tanoesoedibjo membangun resor di Bali dan Lido di Bogor, Jawa Barat. "Kami harap ada investasi selanjutnya dari yang bersangkutan dan pengusaha Amerika lain. Tak hanya di properti, tetapi di bidang lain, seperti industri, perhubungan, dan infrastruktur pendukung tol laut," tuturnya. (DWA/NTA) Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 September 2015, di halaman 2 dengan judul "Temui Trump, Pimpinan DPR Dipersoalkan".