Peta Palangkaraya, Kalimantan Tengah.   PALANGKARAYA, KOMPAS — Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah menyatakan, gizi buruk yang dialami Yani Ato (6) dan Linda Lestari (10) di Kabupaten Lamandau bukan kasus gizi buruk murni. Kasus itu terjadi karena ada penyakit lain. Kedua anak menderita marasmus atau kurang gizi kronis dan dirawat di RSUD Sultan Imanuddin, Kabupaten Kotawaringin Barat. Yani meninggal pada Rabu (17/1), sedangkan Linda masih dirawat intensif di RSUD, (Kompas, 24/1).   Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Ferry Iriawan mengatakan, kedua pasien mengalami gizi buruk pada usia di atas lima tahun karena berbagai penyakit lain. ”Ini bukan gizi buruk murni, seperti di Asmat, Papua. Kedua pasien sakit terus-menerus sehingga asupan makanan berkurang sampai kekurangan gizi. Saat masih anak balita status gizi mereka normal,” kata Ferry di Palangkaraya, Rabu kemarin. Ferry menyatakan, pada kasus Yani, pihaknya sudah melakukan intervensi di awal 2017. Saat itu kondisinya membaik. Kondisi Yani yang menderita penyakit kronis memburuk saat ditinggal oleh ayah angkatnya untuk pulang kampung ke Nusa Tenggara Timur. ”Walau kemudian dirawat di RSUD, karena stres, Yani makin drop. Yani kena diare parah,” ujar Ferry. Pada Linda, menurut Ferry, sudah pernah dilakukan pendataan di lingkungan tempat tinggal keluarganya. Saat berusia empat tahun, Linda tidak menunjukkan gejala gizi buruk. Ferry mengatakan, Linda masih dirawat intensif dan dilakukan intervensi dengan memberikan asupan makanan bergizi dan suplemen. Namun, Linda juga menderita gangguan paru, asma, dan radang tenggorokan. ”Penyakitnya harus disembuhkan lebih dulu baru perbaiki gizi bisa maksimal,” kata Ferry. Kasus gizi buruk Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, pada 2015, kasus gizi buruk ada 86 dan sudah disembuhkan pada tahun itu juga. Tahun 2016 kasus gizi buruk turun menjadi 32. Satu kasus meninggal, yakni pasien asal Barito Selatan. Sedangkan pada 2017 terdapat 41 kasus gizi buruk. Semuanya sudah membaik. Menurut Ferry, kasus gizi buruk terdeteksi di Lamandau pada 2016. Pada 2017, tidak terdata ada kasus gizi buruk. Kasus gizi buruk Yani terjadi akibat penyakit kronis lain yang dideritanya. Ayah angkat Linda, Sucipto (32), saat dihubungi dari Palangkaraya, mengatakan, belum banyak perubahan pada anaknya. Berat badan Linda naik sedikit menjadi 10 kilogram (kg) dari sebelumnya hanya 9 kg. ”Linda belum bisa bicara. Badannya masih kurus dan lesu. Dokter terus memberikan makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin,” kata Sucipto. Sebelum sakit selama 2 minggu sehingga harus dirawat di RSUD, berat badan Linda 15 kg. Menurut Ferry, yang dideteksi jajarannya lewat posyandu hanya anak balita. Usia di atas balita, tidak terdeteksi. Namun, jika anak sakit dibawa ke puskesmas kemudian diketahui mengalami gizi buruk, pasti akan diperbaiki. Ferry menyatakan, saat ini pihaknya sudah melakukan intervensi baik terhadap Linda maupun orangtuanya. Antara lain, pemeriksaan kesehatan orangtua Linda dan memeriksa kondisi lingkungan tempat tinggal Linda. ”Kedua orangtua dari Yani dan Linda ini bekerja dan kadang tinggal di kebun sawit yang jaraknya jauh dari layanan kesehatan,” kata Ferry. (IDO)