KABUPATEN TANGERANG, KOMPAS — Semua siswa sekolah dasar di wilayah Kabupaten Tangerang akan diberikan makanan tambahan dan suplemen, antara lain bubur kacang hijau, bubur sumsum, roti, telur, dan susu. Langkah tersebut dilakukan untuk memperbaiki gizi anak-anak usia dini. ”Besok (Selasa ini), Asisten 1 akan rapat membahas rencana program. Jika ada anggaran, kami akan memasukkannya dalam perubahan anggaran dan diberlakukan mulai tahun 2019,” kata Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar di Pendopo Kabupaten Tangerang, Senin (29/1).   Pelaksanaannya, kata Zaki, makanan diberikan pada saat istirahat, sekitar pukul 09.00. Nantinya, pemberian makanan diserahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. ”Anggaran program ini dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Kami akan menghitung dulu kebutuhan anggarannya,” katanya. Program makanan tambahan bagi pelajar SD sudah dilakukan pemerintah pusat di sejumlah sekolah di Desa Kohod, Kecamatan Pakuaji, Kabupaten Tangerang. Program menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) itu diberlakukan tahun 2017 hingga kini. Anggaran dari APBN langsung diberikan kepada pihak sekolah untuk mereka kelola sendiri. ”Anak-anak menerima dampak positif dalam perkembangan mereka di sekolah dan pertumbuhannya,” kata Zaki. Itulah yang juga diharapkan terus meluas. Bayi kurang gizi Di Kabupaten Tangerang, berdasarkan data dari penimbangan reguler bulan September dan Oktober 2017 yang dilakukan kader posyandu melalui puskesmas di Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, ditemukan 25 bayi dan anak tergolong kurang gizi. Indikatornya, antara tinggi, berat badan, dan usia tidak berada pada angka perbandingan yang normal. Hasil penimbangan mengonfirmasikan anak-anak kekurangan gizi. Itu disinyalir disebabkan mereka hidup di lingkungan kurang sehat dan pola makan anak yang salah. Pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang juga terus mengawasi perkembangan mereka melalui pemberian makanan tambahan dan suplemen secara rutin. Kader posyandu juga diminta rutin aktif memberikan penyuluhan. ”Setelah diintervensi para kader posyandu melalui puskesmas dengan memberi asupan makanan tambahan kepada anak-anak, mereka tak lagi kekurangan gizi,” kata Zaki menanggapi adanya kasus kekurangan gizi yang terjadi di wilayah Kronjo. Saat ini, tinggal empat anak yang masih ditangani intensif kader posyandu melalui puskesmas setempat. Penanganan tersebut dipastikan terus dipantau hingga tuntas. ”Di sini (Desa Kronjo) tidak ada warga yang gizi buruk. Yang ada anak kurang gizi berdasarkan penimbangan reguler. Angka ini biasanya naik-turun. Setelah diberikan asupan makanan tambahan dari puskesmas, berat badan anak naik,” papar Zaki. Ia berharap para orangtua membiasakan diri memberi makanan sehat sehingga berat badan anak tidak turun lagi. Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kabupaten Tangerang Desiriana mengatakan, kasus kurang gizi memang ditemukan di Kronjo. Ada rasio berat, tinggi badan, dan usia anak yang di bawah normal. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, jumlah anak usia 0-14 tahun mencapai 985.648 jiwa. Dari setiap angka kelahiran rata-rata 60.000 per tahun, 3,5 persen mengalami kekurangan gizi. ”Secara nasional, batasannya 5 persen. Sementara di Kabupaten Tangerang masih di bawah ambang batas, yakni 3,5 persen. Artinya, kalau dibuat peta dan warna, posisi kami sudah hijau atau dalam angka yang aman,” ujar Desiriana. (PIN)