KOMPAS/WISNU WIDIANTORO Petugas medis Puskesmas Sawa Erma, Tuti Handayani memeriksa kondisi badan Yuvensias Tombitan (2) yang berbobot 5,8 kilogram dalam pemeriksaan anak dan ibu hamil di Pustu Kampung Sawa Distrik Sawa Erma, Kabupaten Asmat, Senin (15/1). MAKASSAR, KOMPAS — Universitas Hasanuddin, Makassar, berniat mengirim tim yang terdiri dari dokter umum dan spesialis serta melibatkan mahasiswa kedokteran dan kesehatan masyarakat ke Kabupaten Asmat, Papua, secara rutin. Hal itu untuk membantu penanganan jangka panjang terkait masalah kesehatan di daerah tersebut. Selain itu, Universitas Hasanuddin (Unhas) juga akan membuka pendidikan vokasi bidang kesehatan terpadu di Asmat bekerja sama dengan lembaga pendidikan setempat.   ”Kami sudah memetakan masalah di Asmat. Yang terjadi di sana tidak bisa diselesaikan dengan program jangka pendek. Harus ada penanganan jangka panjang dan berkesinambungan, termasuk edukasi terhadap masyarakat agar bisa mandiri menyelesaikan masalahnya,” kata Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu di Kampus Unhas, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (5/2). Kemarin, Unhas mengirimkan tim kesehatan ke Asmat. Tim dilepas oleh Menteri Sosial Idrus Marham. Selain dokter umum dan spesialis, dalam tim juga ada tenaga ahli berbagai disiplin ilmu, antara lain kesehatan masyarakat, ekonomi, dan antropologi. Dokter spesialis yang dikirim di antaranya spesialis anestesi, anak, obstetri dan ginekologi, ortopedi, gizi, serta dokter gigi. Tim pertama ini adalah tim tanggap darurat yang akan bekerja selama sebulan. Selanjutnya tim lain akan dikirim untuk penanganan jangka menengah dan panjang. Tim didampingi Prof Idrus Paturusi yang berpengalaman dalam penanganan tanggap darurat di beberapa daerah bencana dan konflik, termasuk di luar negeri. Motivator Idrus Marham mengatakan, selain penanganan masalah kesehatan, Unhas diharapkan juga mengambil peran sebagai motivator untuk membangkitkan semangat dan motivasi hidup masyarakat di Asmat. ”Salah satu tugas yang penting adalah melakukan revolusi mental. Bagaimana semangat dan motivasi hidup warga Asmat kita bangkitkan. Ini hal mendasar yang harus dilakukan. Saya berharap ini dilakukan tim Unhas. Peran perguruan tinggi sangat besar untuk menjadi motivator. Dengan semangat dan motivasi, warga Asmat diharapkan akan bangkit,” kata Idrus. Selain berbagai bantuan yang saat ini mengalir ke Asmat, kata Idrus, pemerintah juga melanjutkan program pembangunan infrastruktur agar daerah-daerah terisolasi di Papua bisa dibuka. Salah satunya adalah pembangunan jalan Trans-Papua, yang diyakini akan membuat banyak perubahan positif bagi daerah tersebut. Sementara itu, Idrus Paturusi mengatakan, untuk penanganan jangka panjang, terutama edukasi, dipikirkan agar pendidikan dijalani mahasiswa di Asmat tanpa harus datang ke Unhas. Ini dapat dilakukan untuk pendidikan vokasi setingkat D-2 yang dilaksanakan di Asmat. Ia menambahkan, perguruan tinggi di seluruh Indonesia harus meningkatkan program afirmatif, yakni menerima calon mahasiswa dari Papua tanpa tes. Tujuannya, menyiapkan tenaga-tenaga yang berasal dari warga asli Papua untuk kelak mengabdi di daerahnya. (REN)