Pendidikan vokasi didorong memperkuat mutu lulusan agar berdaya saing dan menguasai kecakapan abad ke-21. JAKARTA, KOMPAS Revitalisasi pendidikan vokasi, terutama jenjang sekolah menengah kejuruan, tidak hanya mengarah pada penciptaan tenaga kerja berstandar dunia usaha dan industri. Lulusan SMK juga harus dibekali kompetensi kewirausahaan agar mampu mandiri menciptakan peluang kerja. Karena itu, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan kerja sama dengan Sekretariat Organisasi Menteri- menteri Pendidikan Asia Tenggara (SEAMEO) menguatkan kompetensi kewirausahaan secara teori dan praktik dengan memanfaatkan teknologi digital. Direktur Sekretariat SEAMEO Gatot Hari Priowirjanto di Jakarta, Kamis (1/2), mengatakan, pendidikan vokasi menjadi salah satu fokus SEAMEO dalam pengembangan pendidikan di kawasan ASEAN. Indonesia yang diwakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini menjabat Presiden Council SEAMEO yang beranggotakan 11 negara di kawasan Asia Tenggara. Pendidikan vokasi diharapkan memperkuat mutu lulusan yang menguasai keterampilan abad ke-21, memiliki daya saing global, inovatif-kreatif, mampu bekerja dalam tren digital, dan tren pekerjaan di masa depan. Kerja sama SEAMEO dengan Direktorat Pembinaan SMK, dikembangkan model kelas wirausaha untuk beragam keahlian secara daring yang dibimbing ahli di bidangnya. Penciptaan wirausaha dianggap penting untuk kemajuan negara. Jepang, salah satu negara maju di Asia, mempunyai sekitar 10 persen wirausaha dari jumlah penduduknya. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyebutkan, di Indonesia jumlah wirausaha nasional dalam tiga tahun terakhir baru sekitar 2,5 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 6,128 juta orang. Menurut Gatot, ada pula program SEA Creative Camp: Future Careers for Youth. Program ini menyasar siswa dari Indonesia dan ASEAN, guru, dan pebisnis pemula berusia 15-21 tahun untuk menguasai lima bidang yang menjanjikan untuk industri masa depan, yakni entrepreneurship, multimedia (augmented reality) dan pengembangan gim, animasi/line, pertanian perkotaan, serta hospitality modern, dan bisnis dalam jaringan. Berorientasi bisnis Direktur Pembinaan SMK Kemdikbud Bakhrun mengatakan, bekal kewirausahaan dasar siswa SMK sudah dimasukkan ke dalam kurikulum. SMK ditantang mengembangkan teaching factory (pembelajaran berorientasi produksi dan bisnis). Penguatan dilakukan dengan merevitalisasi 219 SMK pada tahun lalu, terutama di bidang keahlian seni dan industri kreatif, agribisnis dan agroteknologi, kemaritiman, pariwisata, serta bidang pendukung. ”Tahun ini ditambah penguatan 350 SMK,” ujar Bakhrun. Selain itu, jumlah SMK yang ditetapkan menjadi lembaga sertifikasi profesi (LSP-P1) juga ditingkatkan. Jumlahnya sekarang ada 511 SMK. Direktur SEAMEO Biotrop (Regional Center for Tropical) Irdika Mansur, salah satu lembaga riset di bawah SEAMEO, menyatakan ingin memperkuat siswa pertanian dan perikanan agar mampu memanfaatkan riset dan teknologi yang memacu produktivitas. (ELN)