Berbagai jenis kendaraan niaga dipamerkan dalam Gaikindo Indonesia International Comercial Vehicle Expo di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (1/3). Pameran berkonsep business to business khusus industri kendaraan komersial yang baru pertama kali diadakan ini akan berlangsung hingga 4 Maret. JAKARTA, KOMPAS — Pasar kendaraan komersial berpotensi terus berkembang seiring meningkatnya harga komoditas. Pemerintah berkomitmen mendukung pengembangan industri untuk mengisi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. ”Saat ini, kebutuhan sarana transportasi meningkat,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pembukaan Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (1/3). Pada 2016, produksi dan penjualan truk dan bus 70.000 unit. Pada 2017, produksi sekitar 93.000 unit dengan penjualan 89.000 unit. Airlangga yakin, kebutuhan kendaraan komersial dapat dipenuhi oleh industri di dalam negeri. Pemerintah mendorong investasi dan produksi kendaraan bermotor, termasuk kendaraan komersial. Dukungan, antara lain, melalui pengaturan skema impor kendaraan terurai (CKD) atau kendaraan terurai tidak lengkap (IKD). ”Pemerintah juga akan melarang impor truk bekas yang sudah diproduksi di dalam negeri,” katanya. Airlangga mengatakan, pemerintah berkomitmen terus memperkuat basis industri kendaraan komersial, terutama untuk angkutan niaga. Perbaikan ekonomi domestik yang didorong pemulihan ekonomi global serta perbaikan harga komoditas dan industri pertambangan akan mendorong peningkatan pasar kendaraan komersial di Indonesia. Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan, penjualan kendaraan komersial di pasar domestik pada 2017 sebanyak 235.310 unit, sementara ekspor 27.358 unit. Pada 2018, penjualan ditargetkan 35.000 unit. ”Kendaraan tersebut rata-rata diproduksi di Indonesia menggunakan komponen lokal atau setidaknya dirakit di Indonesia. Penjualan kendaraan komersial tahun ini saya perkirakan akan tetap tumbuh sekitar 10-15 persen, terutama karena kenaikan harga kelapa sawit dan batubara,” kata Yohannes. Sektor logistik Sektor pertambangan menggunakan kendaraan komersial truk besar. Adapun kendaraan komersial seperti pikap banyak digunakan di sektor logistik. ”Kemampuan produksi truk lebih dari 200.000 unit per tahun, sementara penjualan masih sekitar 80.000 unit. Indonesia masih punya kelebihan kapasitas 120.000 unit sehingga tidak perlu impor apalagi kalau yang diimpor itu truk bekas,” katanya. Industri otomotif di Indonesia menyerap 1,2 juta-1,4 juta tenaga kerja. ”Pendapatan negara dari sektor ini Rp 100 triliun-Rp 120 triliun,” ujarnya. (CAS)