Sapi jenis jersey berumur belasan bulan mengisi peternakan baru milik PT Greenfields Indonesia di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi, Blitar, Jawa Timur. Peternakan itu diresmikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Selasa (6/3). Peternakan di lereng Gunung Kawi itu juga memelihara sapi jenis holstein. Sebanyak 2.900 sapi didatangkan dari Australia, Oktober 2017 dan Februari 2018.   BLITAR, KOMPAS — Pemerintah terus mendorong tumbuh dan berkembangnya peternakan sapi perah guna memenuhi kebutuhan bahan baku susu segar bagi industri di dalam negeri. Dengan penambahan jumlah sapi perah, susu yang produksi akan meningkat dan impor bahan baku susu segar bisa dikurangi. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pasokan susu segar dalam negeri baru sekitar 852.000 ton per tahun atau 23 persen dari kebutuhan industri pengolahan susu nasional yang mencapai 3,7 juta ton. Sisanya sebanyak 2,8 juta ton atau 77 persen masih diimpor, seperti skim milk powder dan butter milk powder. ”Tingginya ketergantungan bahan baku ini harus diantisipasi oleh pihak terkait,” ujar Airlangga pada peresmian peternakan sapi perah kedua milik PT Greenfields Indonesia di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang berada di lereng sisi barat daya Gunung Kawi, Selasa (6/3). Hadir pada kesempatan ini, antara lain, Presiden Komisaris Japfa Comfeed Syamsir Siregar, Chief Executive Officer AustAsia Grup Edgar Collins, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto, dan Bupati Blitar Rijanto. Airlangga menyambut baik upaya PT Greenfields Indonesia yang menambah lagi peternakan baru di Wlingi senilai Rp 612 miliar. Sebelumnya, Greenfields sudah memiliki satu peternakan di Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, dengan jumlah ternak 9.200 ekor. Peternakan di Ngadirenggo baru berisi 2.900 ekor sapi jenis holstein dan jersey yang diimpor dari Australia. Peternakan di Babadan telah menghasilkan 115 ton susu per hari. Peternakan baru belum berproduksi karena sapi itu baru berusia 16-20 bulan. Sapi perah baru berproduksi mulai usia 2 tahun. Menurut Airlangga, pemerintah telah mencanangkan pengembangan industri pengolahan susu nasional melalui program kemitraan antara industri pengolahan susu dan peternak. Selain itu juga pengembangan peternakan sapi modern terintegrasi. Melalui langkah ini, diharapkan suplai bahan baku susu segar dapat meningkat dari 23 persen menjadi 41 persen pada tahun 2022. Airlangga juga menyambut baik upaya Pemerintah Kabupaten Blitar yang mendukung masuknya investor di bidang peternakan dan berencana memperluas lebar jalan menuju ke lokasi peternakan. Cara seperti ini diharapkan bisa dicontoh oleh daerah lain. Sementara Edgar Collins menjelaskan, peternakan baru seluas 172 hektar di Ngadirenggo memiliki luas tiga kali dari peternakan pertama di Babadan. Pihaknya berencana menambah lagi jumlah sapi perah sehingga pada akhir 2018 memiliki 7.266 ekor dan 9.264 ekor sapi pada akhir tahun 2019. ”Kami mencapai kapasitas penuh pada akhir 2020 dengan menampung sapi 10.071 ekor dengan produksi 4,1 juta liter susu segar per bulan. Ini akan menambah secara signifikan kapasitas industri susu di Indonesia dan bisa menekan impor,” ujarnya. Mengenai pangsa pasar, Greenfields terus memacu pemasaran produk susu untuk kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor. Saat ini, 80 persen produk Greenfields Indonesia diperuntukkan bagi pasar dalam negeri dan sisanya 20 persen untuk ekspor. Greenfield Indonesia memiliki tiga produk, yakni susu, keju, dan yogurt. ”Kami terus pacu. Saat ini persentase untuk produk susu mencapai 70 persen, sisanya 20 persen keju, serta 10 persen yogurt dan produk lainnya,” ujar Country Head of Marketing and Sales PT AustAsia Food Syahbantha Sembiring. Menurut Syahbantha, jumlah konsumen produk susu, baik di dalam maupun luar negeri, masih cukup besar. Untuk pasar dalam negeri ditargetkan tumbuh minimal 10 persen per tahun. Produk Greenfields diekspor, antara lain, ke Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Hong Kong. (WER)