KOMPAS/PRIYOMBODO Warga berbelanja cabai di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (4/3/2018). Bahan makanan seperti beras, cabai, bawang menjadi penyumbang inflasi bulan Februari sebesar 0,17 persen. Pemerintah menargetkan inflasi tahun ini 3,5 persen. JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menargetkan harga  bahan  pokok stabil menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini. Namun, harga sejumlah komoditas masih di atas harga acuan serta harga eceran tertinggi ketetapan pemerintah. Harga beras, gula, daging sapi segar, serta daging dan telur ayam ras  pada Jumat (29/3), berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, umumnya di atas harga acuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 27 Tahun 2017. Komoditas lain yang tidak di atur dalam ketentuan itu, seperti bawang putih dan cabai, juga masih fluktuatif. Harga rata-rata beras nasional, misalnya, mencapai Rp 11.850 per kilogram (kg). Angka itu cenderung turun dibandingkan dua bulan sebelumnya, tetapi masih lebih tinggi dari harga acuan Rp 9.500 per kg atau harga eceran tertinggi (HET) menurut Permendag 57/2017 yang ditetapkan Rp 9.450-10.250 per kg. Harga daging sapi juga masih di atas harga acuan meski pemerintah melalui Perum Bulog mengimpor daging beku. Demikian pula dengan harga daging dan telur ayam ras yang masih di atas harga acuan meski cenderung turun dua bulan terakhir. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, seusai rapat stabilisasi harga dan ketersediaan pasokan barang di Jakarta, pekan lalu mengajak para pelaku usaha perdagangan untuk mengendalikan harga bahan pokok. Khusus beras, pedagang diminta menjual sesuai ketentuang HET, setidaknya pada awal April 2018. Pemerintah menargetkan penanganan harga bahan pokok menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, inflasi bulanan pada Juni 2017 atau ketika Ramadhan dan Lebaran tahun lalu, sebesar 0,69 persen. Angka itu disebut paling rendah terkait Ramadhan-Lebaran dalam kurun tiga tahun. KOMPAS/RADITYA HELABUMI Kesibukan di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta dan Banten di Jakarta Utara, Jumat (5/1/2018). Pemerintah melalui Perum Bulog mengintervensi pasar melalui operasi untuk menurunkan harga beras. Fluktuasi Akan tetapi, situasi harga beberapa komoditas pangan pokok berbeda, sebagian  berpotensi bergejolak ketika permintaan naik. Komoditas itu antara lain beras, bawang putih, cabai, dan bawang merah. Harga beras diharapkan turun seiring meluasnya panen, penyaluran bantuan sosial beras sejahtera (rastra), serta intervensi melalui operasi pasar. Sementara harga bawang putih diharapkan turun seiring masuknya impor. Namun, harga bawang merah masih berpotensi naik. Pantuan Kompas di sejumlah pasar induk dan pasar tradisional di Jakarta, Jumat-Sabtu (30-31/3), menunjukkan adanya tren penurunan harga, seperti beras, cabai rawit merah, bawang putih, dan bawang merah. Namun, situasi harga dinilai masih tinggi. Haryono, pedagang di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, menyebutkan, harga cabai rawit merah  yang sempat melejit hingga Rp 69.000 per kg pada Februari 2018, belakangan turun jadi Rp 58.600 60.000 per kg. Sementara bawang putih yang  sempat menyentuh Rp 42.000 per kg, perlahan turun jadi Rp 36.000 per kg. “Harga bawang merah yang tidak pernah turun  sejak awal tahun sampai hari  ini. Awal tahun masih dijual Rp 28.000 per kg dan kini  Rp 35.000 per kg,” kata Haryono. Menurut Supriyo, pedagang di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan menambahkan, harga bawang putih berangsur turun sejak Kamis pekan lalu. Namun, para pedagang memperkirakan tetap ada kenaikan menjelang Ramadhan dan Lebaran, sebab adanya kenaikan permintaan. Namun, kenaikannya bakal tidak signifikan jika pasokan lancar. Aseng (48), pemilik toko beras Rajawali di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, mencontohkan situasi harga pada tahun 2016 dan 2017. Menurut dia,  harga beras akan naik menjelang Lebaran, tetapi tak lebih dari Rp 500 per kg. “Tahun ini mungkin akan stabil. Kalaupun naik, tidak terlalu tinggi,” ujarnya. Masari (42), pedagang cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur menambahkan, harga akan stabil jika pasokan lancar. Dia mencontohkan harga cabai rawit merah. Sempat naik hingga Rp 60.000 per kg pada Februari 2018, belakangan turun jadi Rp 35.000 per kg seiring meningkatnya pasokan. Ketua Dewan Hortikultura Nasional, Tonny Kristianto menyebutkan, ketidakstabilan pasokan menjadi kendala utama fluktuasi harga komoditas hortikultura. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengatur produksi nasional, yakni dengan membuka luas data lokasi, luas tanam, dan perkiraan produksi secara periodik. KOMPAS/RADITYA HELABUMI Pedagang menyiapkan sejumlah bahan pangan yang akan dijual di Pasar Jembatan Lima, Jakarta, Selasa (12/12/2017). Harga cabai dinilai masih berisiko naik menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun 2018 antara lain karena faktor fluktuasi pasokan. Intervensi Terkait stabilisasi harga, Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyatakan, pihaknya bakal terus memperkuat stok dan mengintervensi pasar menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini. Harapannya, pasokan dan harga kebutuhan pokok stabil. Menurut Djarot, Bulog memiliki stok beras dan daging kerbau impor yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar.   Terkait harga beras, Bulog menurunkan fleksibilitas harga pembelian beras dari 20 persen menjadi 10 persen (di atas harga pembelian pemerintah/HPP). Artinya, harga beras di pasar berangsur turun. Dalam rangka meredam kenaikan harga beras, Bulog menggelar operasi pasar, antara lain  melalui mitra bulog dan gerai rumah pangan kita. Bulog juga menjual beras komersil melalui kerja sama dengan  pihak lain, seperti Satgas Pangan, BUMN pangan, dan pemerintah daerah. Bulog juga mempercepat penyaluran bantuaj sosial beras untuk masyarakat pra sejahtera. Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Siti Kuwati menambahkan, meski belum ada tugas stabilisasi dari pemerintah, Bulog mengantisipasi ketersediaan bawang merah dengan   membeli produksi  petani  dalam jumlah terbatas. Pembelian antara lain  di Brebes Jawa Tengah, Solok Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur,  sesuai  harga acuan pembelian yang ditetapkan  Kementerian Perdagangan. (GER/FER/MKN)   KOMPAS/PRIYOMBODO Warga berbelanja cabai di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (4/3/2018). Bahan makanan seperti beras, cabai, bawang menjadi penyumbang inflasi bulan Februari sebesar 0,17 persen. Pemerintah menargetkan inflasi tahun ini 3,5 persen. JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menargetkan harga  bahan  pokok stabil menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini. Namun, harga sejumlah komoditas masih di atas harga acuan serta harga eceran tertinggi ketetapan pemerintah. Harga beras, gula, daging sapi segar, serta daging dan telur ayam ras  pada Jumat (29/3), berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, umumnya di atas harga acuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 27 Tahun 2017. Komoditas lain yang tidak di atur dalam ketentuan itu, seperti bawang putih dan cabai, juga masih fluktuatif. Harga rata-rata beras nasional, misalnya, mencapai Rp 11.850 per kilogram (kg). Angka itu cenderung turun dibandingkan dua bulan sebelumnya, tetapi masih lebih tinggi dari harga acuan Rp 9.500 per kg atau harga eceran tertinggi (HET) menurut Permendag 57/2017 yang ditetapkan Rp 9.450-10.250 per kg. Harga daging sapi juga masih di atas harga acuan meski pemerintah melalui Perum Bulog mengimpor daging beku. Demikian pula dengan harga daging dan telur ayam ras yang masih di atas harga acuan meski cenderung turun dua bulan terakhir. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, seusai rapat stabilisasi harga dan ketersediaan pasokan barang di Jakarta, pekan lalu mengajak para pelaku usaha perdagangan untuk mengendalikan harga bahan pokok. Khusus beras, pedagang diminta menjual sesuai ketentuang HET, setidaknya pada awal April 2018. Pemerintah menargetkan penanganan harga bahan pokok menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, inflasi bulanan pada Juni 2017 atau ketika Ramadhan dan Lebaran tahun lalu, sebesar 0,69 persen. Angka itu disebut paling rendah terkait Ramadhan-Lebaran dalam kurun tiga tahun. KOMPAS/RADITYA HELABUMI Kesibukan di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta dan Banten di Jakarta Utara, Jumat (5/1/2018). Pemerintah melalui Perum Bulog mengintervensi pasar melalui operasi untuk menurunkan harga beras. Fluktuasi Akan tetapi, situasi harga beberapa komoditas pangan pokok berbeda, sebagian  berpotensi bergejolak ketika permintaan naik. Komoditas itu antara lain beras, bawang putih, cabai, dan bawang merah. Harga beras diharapkan turun seiring meluasnya panen, penyaluran bantuan sosial beras sejahtera (rastra), serta intervensi melalui operasi pasar. Sementara harga bawang putih diharapkan turun seiring masuknya impor. Namun, harga bawang merah masih berpotensi naik. Pantuan Kompas di sejumlah pasar induk dan pasar tradisional di Jakarta, Jumat-Sabtu (30-31/3), menunjukkan adanya tren penurunan harga, seperti beras, cabai rawit merah, bawang putih, dan bawang merah. Namun, situasi harga dinilai masih tinggi. Haryono, pedagang di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, menyebutkan, harga cabai rawit merah  yang sempat melejit hingga Rp 69.000 per kg pada Februari 2018, belakangan turun jadi Rp 58.600 60.000 per kg. Sementara bawang putih yang  sempat menyentuh Rp 42.000 per kg, perlahan turun jadi Rp 36.000 per kg. “Harga bawang merah yang tidak pernah turun  sejak awal tahun sampai hari  ini. Awal tahun masih dijual Rp 28.000 per kg dan kini  Rp 35.000 per kg,” kata Haryono. Menurut Supriyo, pedagang di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan menambahkan, harga bawang putih berangsur turun sejak Kamis pekan lalu. Namun, para pedagang memperkirakan tetap ada kenaikan menjelang Ramadhan dan Lebaran, sebab adanya kenaikan permintaan. Namun, kenaikannya bakal tidak signifikan jika pasokan lancar. Aseng (48), pemilik toko beras Rajawali di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, mencontohkan situasi harga pada tahun 2016 dan 2017. Menurut dia,  harga beras akan naik menjelang Lebaran, tetapi tak lebih dari Rp 500 per kg. “Tahun ini mungkin akan stabil. Kalaupun naik, tidak terlalu tinggi,” ujarnya. Masari (42), pedagang cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur menambahkan, harga akan stabil jika pasokan lancar. Dia mencontohkan harga cabai rawit merah. Sempat naik hingga Rp 60.000 per kg pada Februari 2018, belakangan turun jadi Rp 35.000 per kg seiring meningkatnya pasokan. Ketua Dewan Hortikultura Nasional, Tonny Kristianto menyebutkan, ketidakstabilan pasokan menjadi kendala utama fluktuasi harga komoditas hortikultura. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengatur produksi nasional, yakni dengan membuka luas data lokasi, luas tanam, dan perkiraan produksi secara periodik. KOMPAS/RADITYA HELABUMI Pedagang menyiapkan sejumlah bahan pangan yang akan dijual di Pasar Jembatan Lima, Jakarta, Selasa (12/12/2017). Harga cabai dinilai masih berisiko naik menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun 2018 antara lain karena faktor fluktuasi pasokan. Intervensi Terkait stabilisasi harga, Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyatakan, pihaknya bakal terus memperkuat stok dan mengintervensi pasar menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini. Harapannya, pasokan dan harga kebutuhan pokok stabil. Menurut Djarot, Bulog memiliki stok beras dan daging kerbau impor yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar.   Terkait harga beras, Bulog menurunkan fleksibilitas harga pembelian beras dari 20 persen menjadi 10 persen (di atas harga pembelian pemerintah/HPP). Artinya, harga beras di pasar berangsur turun. Dalam rangka meredam kenaikan harga beras, Bulog menggelar operasi pasar, antara lain  melalui mitra bulog dan gerai rumah pangan kita. Bulog juga menjual beras komersil melalui kerja sama dengan  pihak lain, seperti Satgas Pangan, BUMN pangan, dan pemerintah daerah. Bulog juga mempercepat penyaluran bantuaj sosial beras untuk masyarakat pra sejahtera. Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Siti Kuwati menambahkan, meski belum ada tugas stabilisasi dari pemerintah, Bulog mengantisipasi ketersediaan bawang merah dengan   membeli produksi  petani  dalam jumlah terbatas. Pembelian antara lain  di Brebes Jawa Tengah, Solok Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur,  sesuai  harga acuan pembelian yang ditetapkan  Kementerian Perdagangan. (GER/FER/MKN)