MACHRADIN WAHYUDI RITONGA UNTUK KOMPAS Direktur Agensi Perdagangan Italia Alessandro Liberatori bersama Manajer Ekonomi dan Pers Asosiasi Industri Mesin Tekstil Italia (ACIMIT) Mauro Badanelli di booth pameran Indo Intertex 2018 di Jakarta, Rabu (4/4/2018) JAKARTA, KOMPAS – Bagi Italia, peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah di bagian Industri Manufaktur memegang peranan penting. Lebih dari 90 persen industri mesin dan teknologi di Italia terdiri dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bekerja sama dengan perusahaan besar, sehingga menyerap banyak tenaga kerja. Direktur Agensi Perdagangan Italia Alessandro Liberatori di Jakarta, Rabu (4/4/2018) menjelaskan, UMKM berperan penting dalam roda perekonomian Italia, khususnya di bidang industri mesin. Di Italia, terdapat 4 juta UMKM yang menopang industri. Mereka berperan dalam produksi komponen-komponen kecil dan detail yang akan digunakan dalam produk dari perusahaan yang lebih besar. Di Italia, terdapat 4 juta UMKM yang menopang industri. Mereka berperan dalam produksi komponen-komponen kecil dan detail yang akan digunakan dalam produk dari perusahaan yang lebih besar. Menurut Liberatori, pemberdayaan UMKM mampu menyerap tenaga kerja yang ada dengan maksimal. Untuk industri mesin tekstil saja, di Italia terdapat sekitar 300 perusahaan yang mampu menyerap 12.000 tenaga kerja. Tidak hanya produksi, Liberatori menuturkan, ada aksi berbagi pengetahuan (sharing knowledge) antara UMKM dan industri besar. Kerja sama ini membuat seluruh industri menjadi adaptif di era perkembangan teknologi yang cepat. “Bagi kami, tidak ada persaingan di dalam industri mesin antara perusahaan kecil dan besar. Mereka saling melengkapi, dengan satu tujuan,” tuturnya saat ditemui di pameran Indo Intertex di International Expo, Kemayoran, Jakarta. Liberatori menjelaskan, meskipun mayoritas komponen berasal dari perusahaan kecil,  mesin-mesin yang diproduksi oleh Italia memiliki kualitas lebih baik dibandingkan produksi negara lain. Meskipun lebih mahal, Ia menjamin, kualitas hasil produksi bisa lebih unggul serta pemanfaatan bahan yang lebih efisien sehingga mengurangi residu dan polusi. Manajer Ekonomi dan Pers Asosiasi Industri Mesin Tekstil Italia (ACIMIT) Mauro Badanelli menambahkan, industri ini menyumbang 2,9 miliar Euro untuk Italia. China masih menjadi negara terbesar yang mengimpor mesin tekstil Italia. Dalam periode Januari-September 2017, Italia mendapatkan 267 juta Euro untuk transaksi ini. Indonesia masih berada di posisi ke lima untuk ekspor mesin asal Italia di kawasan Asia. “Namun, ini akan meningkat dari waktu ke waktu, mengingat Indonesia membutuhkan mesin untuk industry tekstil, dan kami bisa menyediakannya,” ujar Badanelli Pemberdayaan Liberatori berpendapat, seperti Italia, Indonesia juga memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi pemain penting dalam perdagangan Internasional. Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia yang tersebar di berbagai UMKM. Potensi ini akan menjadi lebih besar jika UMKM ini diberdayakan untuk memproduksi berbagai barang jadi. Saya melihat Indonesia masih bergantung kepada bahan mentah. Ini sangat berisiko, karena negara jadi terlalu bergantung dengan harga pasar dunia. Memang, Indonesia akan mendapatkan keuntungan jika harga sedang naik. Namun, jika harga anjlok, negara akan merasakan banyak kerugian “Saya melihat Indonesia masih bergantung kepada bahan mentah. Ini sangat berisiko, karena negara jadi terlalu bergantung dengan harga pasar dunia. Memang, Indonesia akan mendapatkan keuntungan jika harga sedang naik. Namun, jika harga anjlok, negara akan merasakan banyak kerugian,” tuturnya. Sama seperti Italia, ujar Liberatori, pemberdayaan UMKM di Indonesia akan menyerap tenaga kerja, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (DD12)