Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita Kompas/Alif Ichwan (AIC) 29-09-2016 JAKARTA, KOMPAS–Toko ritel di lingkungan pondok pesantren masih mengalami berbagai hambatan dalam mengembangkan usaha. Menghadapi kondisi itu, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia bekerja sama mengembangkan usaha ritel modern di lingkungan pondok pesantren. Para santri akan diberi pelatihan mengelola ritel modern. Ketua Umum Badan Pimpinan Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Timur Mufti Anam, Senin (9/4/2018), mengatakan, sebenarnya di pesantren ada koperasi atau usaha ritel. Namun, mereka sulit bersaing dengan ritel modern karena distribusi yang terbatas. Kondisi itu membuat produk di koperasi tidak lengkap. Akibatnya, konsumen tidak memperoleh produk yang mereka cari. “Berkaca dari kondisi itu, kami ingin membuat sebuah ritel modern di lingkup pondok pesantren, namanya Ummart,” kata Anam di Jakarta. Menurut rencana, Ummart akan dikelola para santri di pondok pesantren. Untuk tahap awal, Ummart diluncurkan di 10 pondok pesantren di Jawa Timur pada Mei 2018. Pada akhir 2019, Hipmi menargetkan jumlah Ummart bisa bertambah hingga 5.000 unit di seluruh Indonesia. Anam menambahkan, setiap Ummart sedikitnya membutuhkan modal kerja hingga Rp 400 juta. Dengan demikian, modal kerja untuk 10 Ummart mencapai Rp 4 miliar. Jumlah itu baru mencakup isi barang dagangan di dalam ritel. Apabila ditambah biaya renovasi ritel, paling tidak biaya yang dibutuhkan Rp 5 miliar untuk 10 Ummart yang menjadi percontohan. “Dananya dari tanggung jawab perusahaan ritel yang bekerja sama dengan kami,” kata Anam. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan, agar para santri memiliki pengetahuan tentang manajemen ritel modern, mereka akan dididik manajemen ritel selama dua bulan. Untuk itu, Kemendag menggandeng Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) untuk memberi pelatihan bagi para santri. Dengan bekal pengetahuan itu, Enggar berharap para santri bisa mengembangkan kemampuan, baik sebagai pekerja, pengusaha, maupun profesional di ritel-ritel modern di Indonesia. Ketua Umum Aprindo Roy Mandey menyambut baik kerja sama tersebut. Pihaknya akan mendukung tiga hal, yaitu sistem, standar operasional prosedur, dan standar pelayanan. Roy menjelaskan, dalam industri ritel modern, sistem merupakan standar yang sudah baku dan menjadi satu kesatuan.