Bambang PS Brodjonegoro Menteri Perencanaan Pembanguna Nasional  Kompas/Iwan Setiyawan (SET) 07-11-2014 DUBAI, KOMPAS–Proyek-proyek infrastruktur Indonesia mulai memasuki pasar finansial global. Sejumlah investor menanyakan secara detail beberapa proyek infrastuktur. Instrumen finansial dan organisasi yang ada di Indonesia juga dinilai memadai untuk menarik investor asing. Gambaran ini muncul dari sejumlah pertemuan di sela-sela Pertemuan Investasi Tahunan 2018 di Dubai, Uni Emirat Arab, Senin (9/4/2018) hingga Rabu (11/4/2018). Investor yang ditemui antara lain DUX Capital, Alcazar Capital, IFC, Canaccord Genuity, Abu Dhabi Global Market, dan UAE International Investors Council. Mereka membutuhkan informasi detail tentang berbagai proyek infrastruktur di Indonesia dan skema pendanaan yang ditawarkan. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang PS Brodjonegoro dalam perbincangan dengan Kompas Selasa (10/4/2018) malam mengatakan, selama ini yang masuk ke Indonesia adalah korporasi yang secara finansial kuat dan sudah memiliki pengalaman di Indonesia. Melalui pendekatan baru, terutama dalam infrastruktur dan pembangunan kawasan, sejumlah investor langsung berminat karena mendapat informasi yang memadai tentang berbagai proyek. “Mereka berminat karena mereka menguasai di beberapa bidang yang ditawarkan. Kini yang mereka butuhkan adalah mitra lokal. Nah, di sini pemerintah perlu mempunyai jawaban ketika mereka menanyakan mitra lokal yang bisa diajak bekerja sama. Masalah lainnya, meskipun sudah banyak investasi dari beberapa negara, termasuk dari Timur Tengah, namun pengetahuan tentang peluang investasi di Indonesia masih sangat kurang,” kata Bambang. Ia berharap, ketika berpromosi investasi maka semua pihak telah memiliki data tentang mitra lokal yang bisa diajak berbisnis di berbagai proyek. Untuk itu, mitra lokal yang potensial segera diajak untuk bersama-sama berpromosi karena bahasa antarpengusaha lebih jelas dibandingkan dengan birokrat atau pemerintah. Mitra lokal telah menjadi kebutuhan dalam menjalin komunikasi dengan calon investor. Beberapa korporasi meminta agar mitra lokalnya adalah BUMN. “Mereka yang saya temui juga belum tahu secara persis potensi investasi Indonesia. Saya mengawali dengan gambaran umum, kemudian mereka menangkap Indonesia adalah pasar yang besar. Selama ini fokus mereka ke negara maju karena ingin investasi yang aman. Dari pembicaraan dengan mereka, kita harus bisa meyakinkan dan memberi pandangan, proyek seperti apa yang sebaiknya mereka masuki dan bagaimana cara masuk ke Indonesia,” kata Bambang. Kemasan Sementara itu, CEO Pembiayaan Investasi Nonanggaran Pemerintah (PINA) Ekoputro Adijayanto mengatakan, salah satu pendekatan baru yang dilakukan PINA dalam mempromosikan investasi adalah membuat kemasan sejumlah proyek strategis nasional menjadi menarik dan lebih siap menampung investor. Kehadiran PINA telah dibaca investor sebagai kehadiran pemerintah Indonesia dan dukungan pemerintah. “Setelah mendapatkan penjelasan dari kami, beberapa investor tertarik masuk ke infrastruktur, logistik, pembangkit listrik bersumber biomassa, pembiayaan syariah, dan pembiayaan bersama. Ada juga yang memiliki minat khusus di pariwisata,” kata Ekoputro.