Sejumlah perajin Koperasi Serba Usaha Maju Jaya membuat meja dari akar jati di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Rabu (26/11/2014). Koperasi tersebut telah mengekspor kerajinan akar jati itu ke sejumlah negara di Eropa, Asia, dan Amerika, rata-rata sebanyak 10 kontainer senilai Rp 2 miliar per tahun. JAKARTA, KOMPAS — Penyaluran dana bergulir oleh Lembaga Pengelola Dana Bergulir-Koperasi Usaha Kecil Menengah masih terkonsentrasi di Jawa. Sejak 2008 hingga 2017, sebanyak 70 persen dana bergulir tersalur di Jawa. Koperasi yang bergerak di sektor produksi serta pelaku usaha kecil menengah di luar Jawa menjadi sasaran yang diprioritaskan untuk mendapat penyaluran dana bergulir tersebut. Tahun ini, penyaluran dana bergulir dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir-Koperasi Usaha Kecil ditargetkan mencapai Rp 1,2 triliun. ”Selama ini, penyaluran dana bergulir kebanyakan hanya berkutat di koperasi simpan pinjam” kata Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Bergulir-Koperasi Usaha Kecil Menengah Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Braman Setyo ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (12/4/2018). Dana yang digulirkan itu kebanyakan tersalur ke koperasi simpan pinjam. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah berupaya mengubah proporsi penyaluran di Jawa dan luar Jawa. Penyaluran dana bergulir ke luar Jawa targetkan mencapai 60 persen. Braman menuturkan, paradigma penyaluran dana bergulir ke koperasi dan UKM di sektor produktif ini sejalan dengan pemerataan pembiayaan, baik pembiayaan dari perbankan maupun non-perbankan. Penyaluran tersebut diyakini juga akan mendukung penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi. ”Kopi yang diolah atau disangrai, misalnya, bisa bernilai 3-4 kali lipat dibanding kalau hanya dijual dalam wujud mentah atau bahan baku,” ujar Braman. Ia mengatakan, pengurus koperasi dan UKM harus mengikuti perkembangan teknologi, termasuk mempelajari pemanfaatan internet, untuk menopang kegiatan mereka. Cara paling gampang bagi mereka yang belum akrab dengan internet adalah menghubungi dinas koperasi di kabupaten/kota dan provinsi agar dibimbing dalam memenuhi persyaratan untuk mengajukan dana bergulir. ”Tahun ini, kami menargetkan penyaluran dana bergulir sebanyak Rp 1,2 triliun. Perinciannya, sebanyak Rp 750 miliar untuk pembiayaan konvensional dan Rp 450 miliar untuk pola syariah,” kata Braman. Basis data Secara terpisah, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, Kementerian Perindustrian membangun sistem basis data IKM melalui program e-Smart IKM yang disajikan dalam profil industri, baik sentra maupun produk. ”Ada 9 sentra IKM yang kami fokuskan, yakni di sektor makanan dan minuman, logam, perhiasan, herbal, kosmetik, mode, industri telematika, kerajinan, dan mebel,” ujarnya. Pekerja menjemur biji kopi arabika Gayo di Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, Jumat (13/11/2015). Kehadiran kopi arabika Gayo memberikan dampak positif untuk masyarakat setempat, setidaknya membuka lapangan kerja. Namun, sesungguhnya yang benar-benar merasakan manfaat kehadiran kopi tersebut adalah pemilik modal, sedangkan petani murni cenderung hidup pas-pasan. Melalui program e-Smart IKM, Gati mengatakan, profil industri diintegrasikan dengan laman pemasaran yang telah ada. Ditjen IKM Kementerian Perindustrian bekerja sama dengan dua laman belanja unicorn dari Indonesia, yakni Tokopedia dan Bukalapak. ”Kami bekerja sama juga dengan Blibli.com, Shopee, dan Blanja.com,” lanjutnya. Gati menuturkan, apabila ditemukan suatu produk di laman belanja memiliki inisial e-Smart IKM, berarti produk tersebut memperoleh jaminan produk, jaminan keamanan, dan jaminan standar. Ada lokakarya di dalam program e-Smart IKM yang, antara lain, menyosialisasikan pengembangan IKM dan memfasilitasi hak atas kekayaan intelektual, serta Standar Nasional Indonesia. Selain itu, Gati mengatakan, juga ada sosialisasi kredit usaha rakyat, pengembangan produk, strategi harga, dan aplikasi pencatatan keuangan melalui kerja sama dengan Bank Indonesia. IKM pun dibimbing untuk mengunggah produk mereka di laman belanja. Menurut Ketua Bidang UKM, Perempuan Pengusaha, Perempuan Pekerja Gender, dan Urusan Sosial Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia Nina Tursinah, dukungan akses permodalan dan akses pasar penting bagi UKM dalam bersaing dengan kompetitor di luar negeri.